Barusan baca salah satu tret bermutu di ka*kus dengan judul yang sama.
Tret tersebut sendiri bersumber dari sini
Intinya
bahwa ada baiknya kita sebagai muslim tidak mudah terprovokasi, ambil
sisi baiknya, barangkali pendeta Terry yang mengajak untuk bersama-sama
membakar Al-Qur'an pada tanggal 11 September hanya ingin menyadarkan
kaum Muslim untuk kembali menyentuh Al-Qur'an, membaca kembali,
mempelajari, menghayati dan menjalankan seperti yang tertuang di
Al-Qur'an.
Berpura-pura membela Al-Qur'an tidak pernah lebih baik dari pada membacanya. Walau mungkin nanti hancur, tapi setidaknya ada satu dua ayat yang menyangkut dihati.
======================================================
Membaca
artikel ini sungguh membuatku tertohok. Betapa selama ini aku sudah
sangat jarang "membaca" benar-benar membaca Al-Qur'an.
Menyentuhnya
hanya pada bulan Ramadhan, dan saat Ramadhan berlalu, Al-Qur'an kembali
di tempatkan di rak paling sudut, kembali tak tersentuh, dan kembali
berdebu.
Saat pagi ini aku kembali membaca berita ini :
http://berita.liputan6.com/luarnegeri/201009/296609/Pembakaran.Alquran.Ternyata.Jadi.Dilakukan
atau melihat foto ini :
Apakah aku berhak marah?
Rasanya ingin marah, tapi apa hak ku untuk marah?
Jika selama ini, aku telah cukup jauh dari Al-Qur'an?
Hanya menjadikan Al-Qur'an teronggok disudut yang berdebu?
Jangankan membaca tafsirnya, membaca harfiahnyapun aku jarang.
Jika begini, bagaimana bisa aku disebut sebagai muslim? jika aku tidak cukup menjadikan Al-Qur;an sebagai kitab suciku?
Astagfirullah.... Astagfirullah.... Astagfirullah....
Maka mungkin, ini adalah teguran untuk ku.
Teguran, untuk kembali "menyentuh" Al-Qur'an.
Menempatkannya
kembali sebagai kitab suci, benar-benar kitab suci, yang tidak hanya
diagunggkan di lisan, tp juga dalam tindakan.
Menjadikannya sebagai pedoman hidup, bukan untuk disucikan, dicium dan dibersihkan secara fisik.
Maka jika itu sudah dijalankan, tak akan ada pengaruhnya, jika seluruh orang Amerika membakar Al-Qur'an.
Karena aku akan menempatkan Al-Qur'an dihati, bukan di rak bukuku.
Menempatkannya dalam setiap langkah hidupku, bukan di mesjid-mesjid.
Maka biarlah mereka membakar Al-Qur'an fisik itu.
Karena Al-Qur'an sesungguhnya akan tetap bersemayam dalam hati umat muslim.
Maka bakarlah Al-Qur'an itu, karena tak akan ada pengaruhnya.
Karena berjuta-juta hafidz (penghapal Al-Qur'an) akan tetap menyenandungkan ayat-ayatnya di seluruh penjuru negeri.
ALLAHU AKBAR!!!
Nb.
Aku ingin setiap muslim tidak mudah terpancing emosi oleh tindakan
semacam ini. Jadikan ini sebagai teguran untuk umat muslim, agar kembali
pada Al-Qur'an.
Mereka bisa membakar seluruh fisik Al-Qur'an,
tapi Al-Qur'an sebenarnya ada dalam diri setiap muslim yang taat, wujud
dalam setiap tindakan setiap muslim, bernafas dalam setiap langkah umat
muslim.
Karena Al-Qur'an adalah pedoman hidup kita, umat muslim.
Al-Qur'an bukan untuk dicium dan dilihat dg penuh rasa hormat, tapi Al-Qur'an untuk direnungi, dipelajari dan dijalankan.
Semoga aku mampu, semoga kita mampu, semoga setiap muslim mampu!
Ya Allah, teguhkan hati kami, untuk selalu istiqomah di jalanMu!
Ya Allah, Sang Maha pembolak-balikkan hati, berilah hidayahmu untuk mereka yang membenci kami!
Dan jadikanlah kebencian itu, sebagai motivasi bagi kami untuk selalu dekat denganMu.
Amin Ya Rabb
Credit to: Ari Ratnayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar