Rating: T (Teen) untuk sedikit konten seksual dan ketergantungan kepada obat-obatan.
Sinopsis: Miles Edgeworth, seorang Kepala Jaksa di Los Angeles, Amerika, yang sangat tampan, tidak pernah tertarik pada wanita manapun. Sampai akhirnya, mantan asistennya, Kay Faraday, yang sudah lama menghilang dari kehidupannya selama 8 tahun, muncul kembali dan menjadi asistennya. Mereka pun saling jatuh cinta. Awalnya, hubungan mereka sangat mulus, sampai akhirnya Edgeworth didianogsa menderita aritmia (kelainan jantung), dan membuatnya dihadapkan dua pilihan yang sulit: mempertahankan hubungannya atau menghentikan hubungannya demi kebaikan mereka berdua.
BAB I
Sang Gadis yang Mencuri Hatinya
October 8th,
2026
Kantor Kepala Jaksa
18.00
Kantor Kepala Jaksa
18.00
Miles Edgeworth menghela nafas,
menggosok dahinya, dan meminum tehnya. Ia merasa sangat lelah setelah menjalani
hari yang cukup panjang di kantornya. Ia memandang telepon genggamnya sesekali
dengan penuh harap, sambil menuang dan meminum tehnya. Beberapa saat kemudian,
telepon genggamnya berbunyi, dan tiga buah pesan masuk. Edgeworth mengambil
telepon genggamnya dan membaca satu demi satu pesan yang masuk. Ia membaca
pesan pertama dari Phoenix Wright, sahabat karibnya sejak SD:
“Maaf Edgey, aku tidak bisa, aku sudah berjanji kepada Maya akan
menemaninya membelikan hadiah untuk ulang tahun Pearls. Mungkin lain kali,
oke?”
Menghela nafas, sang Kepala Jaksa
kemudian membaca pesan yang kedua, dari adik adopsinya, Franziska von Karma.
“Adik kecil yang bodoh, kau lupa aku sudah berjanji untuk nonton di
bioskop dengan Lang? Kalau kau mau ikut, silahkan.” Edgeworth tersenyum
kecil dan menjawab, “Tidak, Franziska.
Selamat berkencan dan bersenang-senang dengan pacar kau. Sampaikan salam aku
untuk Lang.” Yeah, menurutnya bukanlah ide yang baik bila ia ikut menonton
di bioskop bersama adik adopsi dan pacarnya yang sedang dimabuk asmara. Mungkin
ia malah hanya akan menyaksikan mereka berdua berciuman dan berpelukan di dalam
bioskop. Edgeworth kemudian membuka pesan yang terakhir, dari Detective
Gumshoe.
“Tuan Edgeworth, pal! Sangat menyenangkan kalau bisa ikut, tapi Maggey
sedang sakit. Maaf sekali, Tuan Edgeworth!”
Tersenyum kecil, Edgeworth
mematikan telepon genggamnya dan membenamkan diri di atas sofa. Untuk pertama
kali dalam hidupnya, ia merasa kesepian. Ia bukan tipe orang yang mengajak
teman-temannya makan malam setiap hari. Ia hanya ingin refreshing, mengobrol,
dan melupakan sejenak segala beban dan tekanannya sebagai seorang kepala jaksa
di kota sebesar Los Angeles. Tapi ia lupa, seluruh sahabatnya sekarang sudah
memiliki pasangan masing-masing. Mereka punya kehidupan cinta di luar pekerjaan
mereka, tidak seperti dia. Wright sudah bertunangan dengan Maya. Franziska
berkencan dengan Lang sudah hampir satu tahun. Detective Gumshoe bahkan sudah
menikah dengan Maggey.
Ah, betapa bodohnya dia. Tentu
mereka lebih memperhatikan pasangan mereka masing-masing dibanding ajakan makan
malam darinya. Mungkinkah setelah mereka semua menikah dan memiliki keluarga, mereka
akan melupakannya? Dia tidak tahu bagaimana rasanya jika berada dalam hubungan.
Dia tidak pernah memiliki pacar sebelumnya, bahkan hingga sekarang saat usianya
sudah menginjak 34 tahun. Tentu, banyak sekali wanita yang mendekatinya, tapi
tak satupun dari mereka membuatnya tertarik. Bukan karena ia asexual atau bukan
karena ia seorang gay. Banyak yang berspekulasi bahwa ia adalah seorang gay dan
memiliki perasaan terhadap Wright. Tapi, tidak, ia mengakui di dalam lubuk
hatinya bahwa ia menyayangi Wright, tapi tak lebih dari sebagai saudara. Ia
hanya tidak mengerti akan cinta.
Di saat kesepian seperti ini, mungkin akan sangat indah jika memiliki
pacar….Edgeworth meneguk tehnya lagi, dahinya berkerut. Sial. Ada apa sebenarnya dengan aku? Aku
seorang kepala jaksa, dan aku iri kepada teman-teman aku yang telah memiliki
pasangan? Edgeworth mengernyit.
Edgeworth, kau berusia 34 tahun dan kau memiliki pikiran seperti anak SMA
berusia 17 tahun?
Edgeworth tersadar dari
lamunannya saat ia mendengar pintu kantornya diketuk. “Masuk,” ucapnya pendek. Seorang
wanita yang sepertinya sudah berusia 23-25 tahun, dengan rambut berwarna
abu-abu gelap terurai panjang, dan memakai blazer serta celana berwarna coklat
muda melangkah masuk. Edgeworth tidak mengenali wanita ini, tapi dalam hatinya
ia mengakui kalau wanita ini cantik.
“Silahkan duduk, Nona,” ucap
Edgeworth, berusaha seramah mungkin. “Apa ada yang bisa aku bantu?”
Si wanita tidak langsung
menjawab, ia melihat Edgeworth dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Tuan
Edgeworth, ternyata bertambah tua membuat ingatan kau memburuk eh?” ucap wanita
itu geli, kemudian terkikik. Meski ia sudah tidak mendengar tawa itu selama
beberapa tahun, tapi Edgeworth masih mengenali suara tawa itu.
“Kay…………?!!” ucapnya gugup. “Astaga,
kau tumbuh begitu cepat, aku benar-benar tidak mengenali kau! Kau sangat
berbeda, Kay. Eh, apa kabar, Kay?”
“Sangat baik, Tuan Edgeworth! Aku
dengar kau adalah Kepala Jaksa di LA sekarang. Aku sama sekali tidak terkejut.” jawab Kay dengan ceria.
“Ya, begitulah. Ah, sudah berapa
tahun sejak terakhir kali kita bertemu?”
“8 tahun, Tuan Edgeworth! Kau
percaya itu? Waktu cepat sekali berlalu, ya? Usia aku 25 sekarang, Tuan
Edgeworth! Dan tebak, aku baru saja lulus bar exam!” ucap Kay lagi sambil
menunjukkan lencana jaksa penuntut di dadanya dengan bangga.
“Wow. Aku ikut senang
mendengarnya, Kay,” jawab Edgeworth kikuk. Entah mengapa, ia merasakan sensasi
aneh di dadanya untuk bisa melihat Kay lagi setelah bertahun-tahun.
“Dan untuk itulah, aku kesini, Tuan
Edgeworth! Aku ingin…..aku ingin kau menjadi mentor aku, dan aku ingin melamar
menjadi asisten kau! Yah, tentu hanya jika kau mau dan tidak keberatan,tentu
saja.. Aku tidak bisa memikirkan jaksa lain yang cocok menjadi mentor aku,”
ucap Kay dengan terburu-buru.
Memiliki asisten dan menjadi
mentor Kay? Well, dia rasa itu bukan ide yang buruk. Kay akan membantunya, dia
tidak akan merasa kesepian selalu sendirian di kantor lagi, dia bisa membantu
Kay mewujudkan impiannya untuk mengikuti jejak almarhum ayahnya, Byrne Faraday.
Dia sudah mengenal Kay lama, dan ia percaya Kay tidak akan mengecewakannya.
Edgeworth tersenyum, kemudian menjawab, “Baiklah, Kay. Selamat datang di kantor
aku.”
Sebulan sudah berlalu sejak Kay
datang ke kantornya dan menjadi asistennya. Seperti yang ia tebak, Kay sangat
banyak membantunya dan tidak mengecewakannya. Kay juga sangat cepat belajar,
sehingga Edgeworth yakin gadis ini akan menjadi seorang jaksa penuntut yang
hebat suatu saat nanti.
Waktu semakin berlalu, Edgeworth
semakin dekat dengan Kay. Mereka melakukan segala sesuatu berdua. Mereka
menyortir berkas-berkas kasus berdua, menyelidiki tempat kejadian perkara
berdua, dan juga bekerja sebagai tim berdua di pengadilan. Saat Kay menangani
kasus, Edgeworth bertindak sebagai penasihatnya. Ia merasa sangat bangga
terhadap kemajuan Kay yang begitu pesat dari hari ke hari. Karena Kay dan
Edgeworth selalu bersama-sama dan sepertinya tidak terpisahkan, muncul lagi
rumor bahwa mereka berkencan.
Suatu hari, Edgeworth datang
pagi-pagi sekali ke kantor. Ia merasa kurang enak badan dan belakangan ini
kepalanya sering pusing secara tiba-tiba. Tapi ia tidak menghiraukannya, karena
ia pikir ini hanyalah akibat stress pekerjaan biasa. Ia kemudian menyeduh teh
seperti yang biasa ia lakukan, meneguk tehnya, mulai membaca berkas kasus yang
bertumpuk di meja, tapi ia tidak bisa konsentasi. Ia merasa lebih pusing dari
sebelumnya. Matanya kemudian beralih ke koran yang tergeletak di sofa. Ia
kemudian membaca koran itu. Ia hampir menyemburkan tehnya saat membaca berita
tentang dirinya dan Kay.
Kay Faraday dan Kepala Jaksa Miles Edgeworth Berkencan?
Kay Faraday, 25 tahun, dan Kepala Jaksa Miles Edgeworth, 34 tahun,
dikabarkan berkencan. Hal ini dibenarkan oleh teman terdekat Kepala Jaksa Miles
Edgeworth, Phoenix Wright (34 tahun) yang akan segera menikahi tunangannya,
Maya Fey. Berikut petikan wawancara kami saat menemui Tuan Wright di lobi ruang
sidang.
“Ya betul, Edgeworth dan Kay berkencan. Meski mereka tidak pernah
mengakuinya, atau setidaknya, belum mengakuinya. Kay adalah asisten dan murid
Edgeworth sejak beberapa bulan lalu, dan mereka selalu melakukan segalanya
berdua. Kalau saya perhatikan, Edgeworth nyaris tidak pernah melepaskan
pandangannya dari Kay. Dan, semenjak Kay menjadi asistennya, Edgeworth jauh
lebih sering tersenyum daripada dulu, ia sangat dingin. Sebagai teman baiknya,
tentu saya sangat bahagia, akhirnya ia menemukan wanita yang tepat untuk
mengisi hatinya.”
Edgeworth berhenti membaca,
meneguk tehnya lebih cepat lagi, dan bersumpah akan membunuh Wright jika bertemu
dengannya. Dasar orang media yang tidak
punya kehidupan. Mengusik kehidupan pribadi orang lain seperti ini. gerutunya
sebal. Ia membaca ulang kata-kata yang diucapkan Wright.
Kalau saya perhatikan, Edgeworth nyaris tidak pernah melepaskan
pandangannya dari Kay.
Alis Edgeworth berkerut semakin
dalam. Benarkah itu? Ia tidak pernah
melepaskan pandangannya dari Kay? Sialan kau, Wright. Mengapa kau memperhatikan
aku sampai sedetail itu? Tapi Edgeworth mengakui, ia memang merasa sangat
bahagia setiap kali Kay berada di dekatnya. Perasaan bahagia itu tak pernah ia
rasakan sebelum Kay menjadi asistennya.
Apakah aku akhirnya jatuh cinta, setelah 34 tahun aku berada di dunia
ini? Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepada Kay Faraday?
Edgeworth mengernyit lagi, dan
menggelengkan kepalanya. Tidak. Ini
pasti tidak lebih dari perasaan bangga seorang mentor terhadap muridnya. Lagipula……Kay 9 tahun lebih muda dari aku!
“Pagi, Tuan Edgeworth!” sapa Kay
ceria. Edgeworth tidak menjawab.
Perasaan itu lagi. Kenapa jantung aku harus berdebar-debar hanya karena
ia memanggil nama aku?
“Hellooooo? Tuan Edgeworth? Kau
baik-baik saja? Kau pucat sekali, Tuan Edgeworth…kau sakit?” tanya Kay sambil
menekan dahi Edgeworth dengan telapak tangannya.
Gulp. Edgeworth menelan ludah. Jantungnya berdegup lebih kencang. Apa gadis ini sadar tubuhnya sangat
berdekatan dengan aku sekarang?
“Tuan Edgeworth! Badan kau panas,
kau benar-benar sakit! Apa kau mau aku antar pulang, Mr. Edgeworth?” ucap Kay
lagi dengan nada penuh kekhawatiran.
“Tidak, Kay, aku baik-baik saja,
sungguh,” jawab Edgeworth, dan setelah ia selesai berbicara, ia batuk kencang
sekali. Batuknya kasar dan kering, membuat Kay semakin panik.
“Tidak, Tuan Edgeworth! Kau tidak
baik-baik saja. Berbaringlah di sofa, Tuan Edgeworth. Aku akan segera kembali,
aku akan ke apotik,” ucap Kay. Tapi Edgeworth menggenggam tangan Kay. Selama
beberapa detik, ada kesunyian yang canggung di antara mereka berdua. Edgeworth
kemudian melepaskan genggaman tangannya dari tangan Kay dan berkata kikuk,
“Maaf Kay, maksud aku, kau tak perlu repot-repot, eh……..”
Kay, yang wajahnya memerah,
menjawab, “Tidak apa-apa, Tuan Edgeworth. Tunggu disini, aku tidak akan lama,”
gumam Kay kikuk dan ia keluar dari kantor dengan setengah berlari.
Tolol, dasar tolol, kau tolol, Miles Edgeworth. Apa yang aku pikirkan,
menggenggam tangannya begitu aja? Dia kelihatan sangat tidak nyaman.
Sial.
Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepada wanita yang telah aku kenal
sejak ia berusia 10 tahun?
Bodoh.
Kenapa aku tidak bisa mengerti akan perasaan aku sendiri?
Aku butuh jawaban. Kepada siapa aku harus bertanya?
Wright? Tidak. Dia akan meledek aku habis-habisan.
Franziska? Tidak. Dia akan memukul aku dengan cambuknya dan berkata
betapa tololnya aku tidak dapat mengerti perasaan aku sendiri.
Ah. Tentu saja. Lang. Dia tidak akan meledek aku dan dia akan
memberikan nasihat-nasihat bagus.
Pintu kantor kembali terbuka,
membuat Edgeworth terlonjak. Kay kembali dari apotik, membawa beberapa bungkus
obat dan kompres.
“Berbaringlah, Tuan Edgeworth,” ucap
Kay. Edgeworth tidak menjawab apa-apa dan berbaring di atas sofa. Kay kemudian
mulai mengompres dahinya. Edgeworth beberapa kali harus menelan ludah.
Wajah Kay
yang begitu dekat dengannya saat ia mengompresnya membuat Edgeworth sulit
sekali berkonsentrasi. Oh Tuhan, apa dia
sadar dia ada di posisi yang sangat intim sekarang?
Setelah selesai mengompres
Edgeworth, Kay menuangkan obat batuk dan menyuapi Edgeworth.
“Bagaimana perasaan kau, Tuan Edgeworth?”
“Jauh lebih baik, Kay. Terima
kasih.” Jawab Edgeworth penuh dengan rasa terima kasih.
“Ah, itu bukan apa-apa, Tuan
Edgeworth. Aku rasa lebih baik kau pulang saja sekarang, Tuan Edgeworth!
Istirahatlah. Biar aku yang menangani semua pekerjaan hari ini.”
Edgeworth mengangguk, berdiri
perlahan, dan bermaksud memberikan kecupan terima kasih di pipi Kay. Awalnya ia
sungkan untuk melakukannya, tapi, bagaimanapun, Kay pantas mendapatkannya. Kay
banyak membantunya dalam beberapa bulan terakhir ini. Sebuah kecupan terima
kasih di pipi, hanyalah hal yang bisa dilakukannya setelah Kay begitu banyak
membantunya. Kay, yang sedang membereskan bungkusan obat di meja, berbalik
dengan cepat. Akibatnya, secara tak sengaja, bibir ia dan bibir Edgeworth
saling bersentuhan. Edgeworth melotot, dan mundur beberapa langkah. Sementara
Kay ternganga sedikit.
“Kay…….! Sungguh, aku tak
bermaksud…….Aku tak sengaja….aku…aku….” seru Edgeworth terbata. Sebelum ia bisa
melanjutkan, Kay berdiri dan menampar pipinya. Kemudian dengan marah ia
berteriak, “Kau pikir wanita macam apa aku ini, Tuan Edgeworth?!!!!” Lalu Kay
berlari keluar dan membanting pintu.
“LANG!”seru Edgeworth kesal. “Aku
kesini karena ingin curhat dengan kau, bukan mendengar kau mentertawakan aku
terus-terusan!”
“Maaf, Edgey-boy,” ucap Lang
sambil meneguk minumannya, masih tertawa terbahak-bahak. “Tapi, Jesus Christ! Kau
berusia 34 tahun, dan kau adalah seorang Kepala Jaksa, Edgey-boy! Dan kau
bertingkah seperti anak SMA berumur 17 tahun!”
“Sudah aku bilang, aku tidak
sengaja! Aku hanya ingin memberikan kecupan di pipinya, dan kemudian ia
berbalik, dan, dan…….”
Lang mengusap matanya. “Edgey-boy.
Akui saja. Jujur saja pada aku. Kau jatuh cinta kepada Nona Faraday, bukan?”
“Justru karena itu aku ingin
bicara kepada kau, Lang! Jujur saja, aku sendiri tidak mengerti.” jawab
Edgeworth sambil menggaruk hidungnya.
“Mph. Tidak mengerti, oke. Nah,
sekarang, jawab pertanyaan aku. Dengan jujur. Apa yang kau rasakan saat Nona
Faraday bersama dengan kau?”
“Jantung aku berdebar-debar. Dan
well….Aku merasa aku selalu ingin memandang wajahnya.”
“Apa kau pernah merasakan seperti itu terhadap wanita lain? Kau bekerja dengan banyak wanita sebelumnya, bukan?”
“Apa kau pernah merasakan seperti itu terhadap wanita lain? Kau bekerja dengan banyak wanita sebelumnya, bukan?”
Edgeworth mengernyit, kemudian
menggelengkan kepalanya. “Tidak.”
Lang menjentikkan jarinya. “100%,
Edgey-boy. Kau jatuh cinta kepada Nona Faraday. Karena itulah yang aku rasakan
juga terhadap adikmu Franziska sebelum kami berkencan.”
Edgeworth mengangkat alisnya. “Tapi,
Lang! Kay 9 tahun lebih muda dari aku! Aku mengenalnya sejak ia masih berusia
10 tahun, tidakkah menurut kau ini….salah? Bisa dikatakan aku ini termasuk
pedofil?”
“Astaga, Edgey-boy. Tentu saja
tidak. Tuan Wright dan Nona Fey juga punya perbedaan usia yang hampir sama
dengan kalian berdua. Jadi, tunggu apalagi, Edgey-boy? Ungkapkan perasaan kau
terhadap Nona Faraday.”
“Apa?” ucap Edgeworth. “Lang, dia
menampar pipi aku karena aku tak sengaja mencium bibirnya selama beberapa
detik. Jika aku bilang bahwa aku jatuh cinta kepadanya, ia akan melempar aku ke
dalam lift!”
Lang kembali tertawa. “Heh, heh,
heh, heh. Astaga, Tuan Kepala Jaksa meminta aku mengajari tentang cinta, hffft.
Kau mau jawaban, bukan? Jangan menjadi pengecut, Edgey-boy! Aku rasa Nona
Faraday menyukai kau juga!”
Setelah percakapannya dengan
Lang, Edgeworth berpikir keras saat di rumahnya. Dia harus memastikan ini
semua. Dia rasa Lang memang benar. Bahkan di rumahnya pun, dia tidak bisa
menyingkirkan Kay dari pikirannya. Dia masih memikirkan Kay. Sebelumnya, dia
tidak pernah memikirkan seseorang terus-terusan seperti ini selain memikirkan
almarhum ayahnya.
Jadi, dia benar-benar jatuh cinta
pada Kay. Tapi bagaimana jika Kay tidak merasakan hal yang sama kepadanya? Dia
ingat ketika dia iseng bertanya kepada Kay apakah dia memiliki pacar. Dan
jawaban Kay adalah tidak. Ya, Kay adalah wanita single. Tapi itu bukan berarti
Kay akan membalas perasaannya. Kay, dia muda, enerjik, pintar, dan….cantik. Sementara aku tua. Aku bahkan tidak bisa
berkomunikasi dengan baik.
Apa yang akan aku rasakan jika Kay tertarik kepada pria lain?
Patah hati?
Dia tidak pernah merasakan hal
seperti itu. Dia adalah pria yang menikah dengan pekerjaannya. Dia merasa patah
hati jika kriminal berkeliaran dengan bebas. Bukan karena cinta yang bertepuk
sebelah tangan.
Ia berguling di tempat tidurnya,
dan menutup matanya. Hal pertama yang muncul dalam pikirannya ketika ia menutup
matanya adalah wajah Kay, dan senyuman Kay, yang sangat ia sukai. Tapi
bagaimana jika senyuman itu dimiliki oleh pria lain pada akhirnya, bukan dia?
Cinta menyakitkan.
Tuhan. Jadi begini rasanya menahan perasaan kepada seseorang yang
bahkan kau tidak tahu apakah ia mencintai kau juga atau tidak. Sepertinya aku
harus minta maaf pada Wright karena mentertawakan dia saat ia melihat Maya
menggenggam tangan pria lain.
Syukurlah, Wright tidak bisa membaca pikiran aku sekarang.
Aku butuh jawaban. Aku ingin tahu. Dan aku harus tahu.
Kay sekarang berdiri di depan
meja kerja Edgeworth. Edgeworth sibuk mengetik di laptopnya, sama sekali tidak
menyadari kedatangannya sampai Kay berdeham. Edgeworth memalingkan wajahnya
dari laptopnya, dan menatap Kay dalam-dalam.
“Pagi, Tuan Edgeworth,” ucap Kay
pelan.
“Halo, Kay, pagi,” jawab
Edgeworth dengan suara yang tidak kalah pelan, kemudian kembali memandang ke
arah laptopnya.
“Tentang kemarin…….aku
sungguh-sungguh minta maaf, Tuan Edgeworth. Aku……aku terkejut sekali kau
tiba-tiba mencium bibir aku seperti itu, aku hilang kontrol, padahal aku tahu
kau tidak sengaja, aku tahu kau bukan tipe pria yang seperti itu, aku..aku…
Kalau kau mau memecat aku, tidak apa-apa, Tuan Edgeworth! Tapi sungguh, aku
harap kau mau memaafkan aku atas sikap aku yang begitu kasar!”
Edgeworth tersenyum dan bangkit
dari kursinya.
“Tidak apa-apa, Kay. Aku bisa
mengerti. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku jadi kau,” ucap
Edgeworth lembut, kemudian ia maju selangkah agar jarak ia dan Kay berdiri
semakin dekat. Badannya langsung gemetar, dan jantungnya kembali berdegup
dengan kencang. Ia membuka mulutnya, kemudian menutup mulutnya lagi.
Jangan menjadi pengecut, Edgeworth! Kau seorang Kepala Jaksa, dan kau tidak
berani mengungkapkan perasaan kau terhadap gadis yang usianya 9 tahun lebih
muda dari kau? Payah!
“Tuan Edgeworth?” tanya Kay
khawatir. “Kau sakit lagi?” Perasaan Kay menjadi semakin tak enak karena
Edgeworth maju selangkah lagi, membuat tubuh mereka hampir saling bersentuhan.
“Kay,” ucap Edgeworth, berusaha
keras memantapkan suaranya, “Aku..aku ingin mengatakan sesuatu kepada kau.
Aku..aku menyukai kau.” Astaga, payah
sekali, Tuan Kepala Jaksa! Kau seharusnya mengatakan kalau kau mencintainya!
Kay menatap Edgeworth dengan
bingung. Apa maksud Tuan Edgeworth
tiba-tiba mengatakan itu? Ia tidak pernah berbicara ataupun bertingkah seperti
ini sebelumnya!
“Eh…terima kasih, Tuan Edgeworth.
Senang jika ada yang menyukai aku, well, aku berusaha keras untuk menjadi orang
yang baik supaya orang-orang menyukai aku,” ucap Kay sambil tertawa dengan
salah tingkah.
Bukan itu maksud aku! Ayo, Miles Edgeworth!
“Eh……bukan itu maksud aku, Kay.
Aku menyukai kau bukan karena kau orang yang baik…….Aku..menyukai
kau…….karena……” Edgeworth menelan ludah. Katakan
saja, Edgeworth! “Karena aku jatuh cinta kepada kau.”
Sunyi selama beberapa saat. Kay
menatap Edgeworth dengan tak percaya. Apakah
ini mimpi? Kepala Jaksa Miles Edgeworth, jaksa paling tampan di Amerika, tidak
pernah tertarik dengan wanita manapun, mengatakan bahwa ia jatuh cinta
kepadanya? Kay mengangkat tangannya, dan menampar pipinya beberapa kali.
Ouch. Sakit sekali. Ini bukan mimpi.
Ia juga telah jatuh cinta kepada
Edgeworth sejak bekerja dan menjadi murid Edgeworth. Tapi tidak pernah, dalam
pikiran yang paling gila sekalipun, bahwa Edgeworth akan jatuh cinta juga
kepadanya. Di luar sana banyak sekali wanita cantik yang tentunya jauh lebih
pantas untuk sang Kepala Jaksa! Sebenarnya, apa yang Edgeworth lihat darinya?
Kay menatap Edgeworth lagi, yang
sekarang menunduk menatap sepatunya, dan wajahnya merah padam. Dia tidak
mungkin serius, kan? Kay menunggu hingga Edgeworth mengangkat wajahnya, kembali
dingin seperti biasa, dan berkata bahwa dia hanya membuat lelucon sebagai
hukuman karena Kay telah menamparnya. Ia menunggu dan menunggu, dan Edgeworth
tetap menundukkan kepalanya.
Dia benar-benar serius?!
“Buktikan.” ucap Kay pendek.
Edgeworth mengangkat wajahnya dengan cepat.
“Apa maksud kau, Kay?” tanya
Edgeworth gugup.
“Buktikan kalau kau benar-benar
mencintai aku. Berikan aku bukti, Tuan
Kepala Jaksa.” jawab Kay sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat
Edgeworth merasa jantungnya merosot hingga ke kakinya. Edgeworth menelan ludah.
Edgeworth bersumpah dia hampir mati saat itu.
Ayolah, Miles Edgeworth! Kau tidak akan meninggalkan kasus yang tak
terselesaikan, bukan?
“Aku punya bukti yang kuat, Nona Faraday.”
Maka Edgeworth melompat maju, memiringkan
kepalanya, dan mengunci mulutnya dengan mulut Kay. Kay mencium Edgeworth balik,
bibir Edgeworth terasa seperti campuran antara teh dan gula yang manis, dan ia
sangat menyukainya.
Edgeworth tidak pernah mencium
seorang perempuan sebelumnya. Ciuman yang pernah ia rasakan adalah ciuman dari
Wendy Oldbag yang sedang mabuk, dan ia tidak mau mengingat salah satu hal
paling mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupnya setelah peristiwa DL-6. Menurutnya,
Kay sangat profesional. Mereka terus berciuman dengan lapar, hingga akhirnya
berhenti untuk udara.
Kay terkikik. “Astaga, Tuan
Edgeworth, untuk seorang Kepala Jaksa yang banyak dikagumi orang, kau
benar-benar pencium yang buruk.”
Pipi Edgeworth memerah seketika.
“Aku tidak pernah mencium wanita sebelumnya, Kay. Dan, maukah kau berhenti
memanggil aku Tuan Edgeworth? Berapa banyak wanita yang memanggil pacar mereka ‘Tuan’?”
Kay terkikik lagi, dan menjawab,
“Baiklah kalau begitu, Miles.”
Mereka berdua kemudian berciuman
lagi, sebelum akhirnya dikejutkan oleh suara blitz dan suara ‘click’ dari luar
jendela. Dengan kaget mereka berdua berhenti berciuman dan menoleh ke arah
jendela. Beberapa wartawan memotret mereka dari luar jendela, dan salah satu
dari wartawan itu berteriak, “Apa kubilang! Mereka berdua memang berkencan! Kepala
Jaksa Miles Edgeworth akhirnya menemukan cinta juga!”
“Dan aku pikir Kepala Jaksa Miles
Edgeworth adalah seorang asexual.”
“Nah, aku pikir dia adalah gay.”
Edgeworth mendengus. “Bahkan di
dalam kantor aku sendiri aku tidak bisa punya privasi. Maafkan aku, Kay.”
“Heh, heh, heh, Miles. Aku tidak peduli sama sekali. Dan aku tidak
keberatan.”
Kemudian mereka berdua berciuman
kembali setelah para wartawan pergi. Beberapa kali Kay mencubit lengannya untuk
memastikan sekali lagi bahwa ini semua bukan mimpi. Melainkan sebuah kenyataan.
Kenyataan yang indah.
Tapi, ia tidak sadar, kenyataan
yang indah ini akan berubah menjadi suatu kenyataan yang pahit.
Tiga bulan berlalu sejak
Edgeworth dan Kay resmi berkencan. Mereka menjadi pasangan paling terkenal di
Los Angeles dan di Amerika, layaknya pasangan selebriti Hollywood. Banyak yang
bahagia dengan hubungan mereka, tapi banyak juga yang tidak senang dan iri. Hampir
setiap hari, jika jalan-jalan bersama Edgeworth, Kay harus menerima pandangan
sinis dari para gadis yang menganggap ia tak cukup cantik dan tak pantas untuk
Edgeworth. Tapi Kay tidak peduli. Ia mencintai Edgeworth. Dan Edgeworth juga
mencintainya. Edgeworth bukan tipe pacar yang selalu mengatakan ‘I love you’
atau memberikannya bunga dan coklat setiap saat, tapi ia adalah pacar yang
perhatian dan sangat baik. Dan itu lebih dari cukup untuk Kay.
Teman-temannya, seperti Maya,
Phoenix, Lang, Franziska, juga sangat bahagia dengan hubungan mereka berdua. Mereka
tidak pernah bertengkar, dan selalu saling mengerti satu sama lain. Phoenix dan
Franziska tidak henti-hentinya berpesan kepada Kay agar menjaga Edgeworth dengan
baik, dan Kay bersumpah ia tidak akan mengecewakan mereka. Sejak kehilangan
ayahnya, Byrne Faraday yang meninggal di pengadilan, Kay tidak pernah merasa
hidupnya sesempurna ini. Karir yang bagus, penghasilan yang lebih dari cukup, pacar
yang tampan dan mencintainya. Ah, dia tidak pernah sekalipun bermimpi akan
kehidupan yang indah seperti ini.
Namun, suatu hari saat ulang
tahun Edgeworth, kehidupan yang sempurna itu berubah.
“Oke, Miles, ini berkas terakhir
yang harus kau tanda tangani. Setelah itu, kita bisa pulang dan merayakan ulang
tahun kau!” ucap Kay sambil menaruh beberapa berkas ke atas meja kerja
Edgeworth. Edgeworth tidak menjawab. Ia membelakangi Kay, dan tubuhnya bergetar
hebat sekali.
“Miles?” panggil Kay pelan. Kali
ini Edgeworth memutar kursinya, dan ia mencengkeram dadanya dengan kencang
sekali.
“K-kay…dada aku..sakit,” ucap
Edgeworth lemah. Lalu secara tiba-tiba, lututnya melengkung, dan ia terjatuh
dari kursi meja kerjanya.
“MILES!” teriak Kay panik, lalu
ia berlutut di sebelah Edgeworth. Ia mengangkat kepala Edgeworth dengan
hati-hati ke pangkuannya agar kepala Edgeworth tidak membentur lantai. Edgeworth
menggertakkan giginya, mencengkeram dadanya lebih erat lagi. “Ahn----!” seru Edgeworth lagi.
Selama beberapa saat, pikiran Kay
menjadi kosong dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menangis memandangi
kekasihnya mencengkeram dadanya dengan kesakitan di pangkuannya.
Panggil ambulans, idiot! Bisik sebuah suara di dalam kepalanya.
Benar. Dengan panik Kay meraba-raba
kantongnya, dan ia baru ingat kalau ia menyimpan ponselnya di dalam tas. Mengutuk
pelan, Kay mengangkat kepala Edgeworth dengan hati-hati dan berlari mengambil
tasnya.
“Miles, sayang, tahanlah, aku
akan panggil ambulans, aku mohon, tahan!” seru Kay. Ia mengambil ponselnya dan
menekan 911 dengan cepat. Tidak ada jawaban. Kay mencoba beberapa kali, tetap
tidak ada jawaban. Dengan putus asa akhirnya ia menelepon Phoenix.
“TUAN WRIGHT! TUAN
WRIGHT!!!!!!!!” teriak Kay sejadi-jadinya.
“Kay?! Kay, ada apa? Kau
baik-baik saja?!”
“Tolong ke kantor Miles sekarang,
Tuan Wright, ia mencengkeram dadanya dan hampir pingsan,aku mohon bantuan kau, aku
memanggil ambulans dan tidak ada jawaban………”
“Baiklah, Kay. Tetap tenang, oke?
Aku akan segera kesana.”
Kay menutup teleponnya, dan
kembali berlari menuju Edgeworth. Wajah Edgeworth sudah sangat pucat pasi
sekarang, dan seluruh wajahnya dipenuhi keringat dingin. Kay membelai rambut
Edgeworth, air mata mengalir di pipinya dan jatuh ke wajah Edgeworth.
“Bantuan akan segera datang,
Miles, aku mohon, bertahanlah……..” isak Kay. Tidak berapa lama kemudian,
Edgeworth tak sadarkan diri di pangkuan Kay.
“MILES!!!” teriak Kay sambil mengguncang
badan Edgeworth dengan kasar. “MILES!!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar