BAB V
Kesempatan Kedua
Setelah Edgeworth selesai mandi
dan berpakaian, ia bersiap-siap ke kantor Phoenix terlebih dahulu untuk
mengembalikan magatama dan minta maaf kepada Phoenix dan Maya atas sikapnya
yang kasar. Sebelum ia pergi ke kantor Phoenix, Edgeworth menyempatkan diri untuk
berkaca dulu. Ia cukup kaget dengan tubuhnya yang sekarang sangat kurus dan
wajahnya yang sangat pucat, membuat ia tampak seperti penderita kanker, bukan
penderita arrhythmia.
Tenang saja, Edgeworth…. Setelah kau berdamai dengan Kay, ia pasti akan
memasak berbagai macam makanan enak kesukaan kau dan bisa membuat berat badan
kau menjadi normal lagi…
Edgeworth tersenyum pasrah. Yeah, kalau ia mau memaafkan aku.
Menyisir rambutnya sekali lagi,
Edgeworth kemudian menyimpan magatama Maya dengan hati – hati ke dalam tasnya,
dan berangkat menuju kantor Phoenix.
November 2nd, 2027
Wright Anything Agency
Wright Anything Agency
Kay, Franziska, Phoenix, dan Lang
mendengarkan dengan penuh seksama laporan Maya setelah berhasil memanggil arwah
Gregory Edgeworth. Maya membacakan kepada mereka semua penjelasan Gregory
Edgeworth yang ditulis di dalam kertas.
“Mr. Gregory bilang, ia berhasil
membujuk Edgeworth agar mau keluar dari kamar dan minta maaf kepada kita semua,
termasuk kau juga, Kay. Ia juga bilang, Edgeworth tidak henti-hentinya menangis
saat melihat ia lagi…Ah, Edgeworth yang malang,” gumam Maya. “Kurasa ide kau
memang berhasil, Kay, dan usaha aku untuk memanggil arwah Mr. Gregory tidak
sia-sia.”
Kay tersenyum lemah. “Semoga saja
Miles benar-benar menepati janjinya kepada ayahnya… Aku… aku sangat
merindukannya. Aku ingin sekali……. Bisa menjalani hari-hari bersamanya lagi….”
Bel kantor kemudian berdering.
Dengan cepat Maya bangkit dari kursinya.
“Tunggu sebentar, aku akan lihat
siapa yang datang.”
Maya kemudian membuka pintu, dan
alangkah terkejut serta bahagianya ia melihat Edgeworth berdiri di depan pintu
kantor. Maya memperhatikan Edgeworth dengan seksama, setidaknya ia terlihat
sedikit lebih baik sekarang, meski tubuhnya sangat kurus dan wajahnya sangat
pucat. Sungguh saat yang tepat! Kay
sedang berada disini, dan kami bisa mendamaikan mereka berdua dengan cepat! Pikir
Maya senang.
“Halo.” Ucap Edgeworth kaku,
bingung harus mengatakan apalagi.
“Halo, Tuan Edgeworth! Selamat
pagi! Ah, cuaca mendung terus, ya? Bagaimana kabar kau? Kau, eh, kelihatan
lebih sehat.”
“Aku, um, baik. Aku, eh, datang
kesini untuk mengembalikan magatama milik kau, Maya. ”
“Magatama punya aku?” Alis Maya
berkerut. “Bagaimana magatama aku bisa ada pada kau, Tuan Edgeworth?”
Edgeworth nyengir. “Karena kau
memanggil arwah ayahku tadi malam, Maya. Dan magatama kau tertinggal di kamar
aku setelah arwah ayah aku pergi. Ini, jangan sampai kau teledor lagi, barang
ini bukankah sangat penting untuk kau?” Kemudian ia menyerahkan magatama itu ke
tangan Maya.
“Oh!” Pipi Maya memerah seketika.
“Terima kasih banyak, Tuan Edgeworth. Dan…eh…aku minta maaf jika aku lancang, tapi…yah…aku
hanya ingin mencoba menolong kau, Tuan Edgeworth.”
“Tidak apa-apa, Maya. Well, um,
aku justru, eh, sangat berterima kasih, karena kau, aku bisa berbicara dengan
ayah aku lagi…Aku juga minta maaf atas sikap aku yang kasar kemarin pagi.”
“Sudahlah, tidak ada yang perlu
dimaafkan. Ayo, silahkan masuk dulu, Tuan Edgeworth! Tidak baik berdiri di luar
lama-lama dengan cuaca sedingin ini.” Ucap Maya. Baru saja Edgeworth membuka
mulut untuk menolak, Maya sudah menggenggam pergelangan tangannya dan
menyeretnya masuk ke dalam kantor. Saat Edgeworth masuk dan melihat Kay sedang
berada di dalam juga, suasana menjadi hening seketika. Selama beberapa detik,
Edgeworth dan Kay hanya saling pandang dengan pipi merah tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.
“Halo, Kay.” gumam Edgeworth
pelan sambil memandang ke lantai, dengan suara pelan yang hampir tak terdengar
sama sekali.
“Hai, Miles.” jawab Kay, juga
sambil merunduk, tanpa memandang wajah Edgeworth sama sekali.
Phoenix dengan tak sabar menghela
nafas dalam-dalam dan bangkit dari kursinya. Kemudian ia berdiri di
tengah-tengah Kay dan Edgeworth. Dengan agak kasar, Phoenix menarik tangan
Edgeworth dan Kay untuk membuat mereka saling berjabat tangan.
“Kalian ini seperti anak SMA
saja! Ayo, Kay, Edgeworth, apa kalian tidak punya kata-kata lain selain halo
dan hai?” ucap Phoenix gemas. Lang, Franziska, dan Maya meledak tertawa.
“Ayolah, Edgey-boy, katakan
sesuatu,” ucap Lang.
“Ayo, adik kecil bodoh,
jangan diam saja seperti robot! Buktikan kalau kau masih mencintai Kay!” seru
Franziska tiba-tiba sambil mengayunkan cambuknya.
Sambil menghindar dari cambuk
Franziska, Edgeworth menelan ludah.
“Maafkanakuatassikapaku,”
gumam Edgeworth cepat sekali.
“Maaf?” tanya Kay dengan
bingung.
“Aku….aku….” Edgeworth
memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya, kemudian melanjutkan, “Aku… minta
maaf kepada kau, Kay. Maafkan aku telah mempermalukan kau di pesta ulang tahun
kau, maafkan aku atas sikap aku yang kasar saat kau sedang bersama Debeste, maafkan
aku telah menyakiti hati kau dengan mengabaikan kau…Maukah…” Edgeworth kembali
menelan ludah. “Maukah kau..memberi aku kesempatan kedua? Jika kau memberikan
aku kesempatan… Aku bersumpah… Aku akan mencintaimu dengan benar.”
Kay diam saja. Tak lama kemudian,
ia maju selangkah, dan menampar pipi kiri Edgeworth. Edgeworth menggosok pipi
kirinya, dan menatap Kay dengan tercengang. Sementara Lang, Franziska, Maya,
dan Phoenix juga ikut tercengang melihat reaksi Kay.
“Itu untuk kau menganggap kau
terlalu lemah untuk aku dan merasa kau menjadi beban aku.” Setelah itu, Kay
sekali lagi menampar pipi Edgeworth, kali ini pipi kanan. “Itu untuk kau telah
membiarkan media mengalahkan kau dan kau menyiksa diri kau sendiri.” Tangan Kay
terayun lagi, dan kali ini ia mencubit lengan kiri Edgeworth. “Itu untuk kau
tidak pernah check-up ke dokter lagi dan membahayakan kesehatan kau.” Lalu ia
mencubit lengan kanan Edgeworth. “Itu untuk kau membuat badan kau menjadi kurus
sekali. Tapi tenang, Tuan Kepala Jaksa, kau tetaplah sangat tampan bagi aku.”
Kay kemudian mengalungkan
lengannya di leher Edgeworth, dan mencium bibirnya. Wajah Edgeworth menjadi
sangat merah padam.
“Jadi kau mau memaafkan aku, Kay?
Kau mau memberi aku kesempatan kedua?” tanya Edgeworth setelah mereka
melepaskan ciuman mereka. Kay mencubit
pipi Edgeworth, dan mengecup pipinya.
“Tentu saja, Tuan Kepala Jaksa. The prosecution has no objection for give
you a second chance.”
“T-teima kasih, Kay.” Gumam
Edgeworth pelan, kemudian mengecup tangan Kay dengan lembut. Dalam sekejap,
kantor itu dipenuhi dengan gumaman “Awwww.” Edgeworth buru-buru mundur
selangkah, ia benar-benar lupa kalau saat itu sedang tidak berada di kantornya,
melainkan di kantor Phoenix.
“Nah, akhirnya kita mendapatkan
Edgeworth yang dulu! Semoga tidak ada lagi yang merintangi hubungan kalian,”
ucap Phoenix.
“Terima kasih, Wright. Ngomong-ngomong…. Aku juga ingin minta maaf kepada kalian semua, Franziska, Lang, Wright..
atas sikap aku yang kasar kemarin… Maaf aku sudah marah-marah dan mengusir
kalian dengan kasar dari rumah aku seperti itu… Aku harap kalian mau memaafkan
aku,” gumam Edgeworth pelan. Lang dan Phoenix mendengus tertawa.
“Sudahlah, Edgeworth. Kami sudah
memaafkan kau dari awal. Tidak usah dipikirkan,” ucap Phoenix sambil menepuk
punggung Edgeworth, yang dibalas oleh Edgeworth dengan senyuman kecil.
“Terima kasih, Wright.”
“Tuan Kepala Jaksa,” potong Kay,”apakah
ini berarti saya bisa bekerja di kantor anda lagi?”
“Betul sekali, Yang Mulia. Ayo,
kita ke kantor aku sekarang. Selamat pagi, semuanya.”
“Bye, Edgeworth! Bye, Kay!
Hati-hati di jalan,” ucap Phoenix dan Maya. Edgeworth kemudian menggandeng
tangan Kay, dan mereka berangkat menuju kantor Edgeworth.
November 2nd, 2027
Kantor Kepala Jaksa
Kantor Kepala Jaksa
“Huwaaah….” ujar Kay saat sampai
di kantor Edgeworth. “Padahal aku meninggalkan kantor ini hanya kurang dari
sebulan tapi rasanya seperti sudah berpuluh-puluh tahun. Oh, sofa merah, oh,
set catur, aku benar-benar rindu pada kau.”
Edgeworth tertawa kecil. “Jangan
bilang kau jauh lebih merindukan sofa merah dan set catur dibanding pemilik
dari kantor ini?”
“Tentu saja tidak, Tuan Kepala
Jaksa,” Kay terkikik. “Aku merindukan segala tentang kau, rambut kau, mata, hidung,
alis, dan juga cravat kau.” Kay berdiri dan mengecup bibir Edgeworth dengan lembut.
Edgeworth membalas mengecup bibir Kay, sementara ia mengalungkan lengannya di
leher Kay. Kay membalas dengan mengalungkan lengannya di pinggang Edgeworth,
sebelum mulai mencium Edgeworth dengan cepat dan ganas.
“Jadi, apa yang kalian
bicarakan?” tanya Kay saat mereka berhenti berciuman.
“Hm?”
“Apa yang kau bicarakan dengan
Ayah kau? Sampai akhirnya kau mau bangkit lagi?”
“Yah, tidak begitu banyak,
sebetulnya…. Dia menasihati aku… Dia bilang dia selalu mengawasi aku… Dan… ia
mengatakan bahwa tiada hari tanpa ia terharu karena sangat bangga terhadap
aku.” Edgeworth menjawab dengan suara tercekat.
“Kau pasti sudah merindukannya
lagi, ya?” tanya Kay sambil membelai punggung Edgeworth dengan lembut.
“Y-yeah… Aku agak kecewa karena
Ayah berbicara dengan aku hanya sebentar saja… W-well… Aku sempat menangis saat
memintanya untuk tinggal. Sangat kekanak-kanakan, bukan?”
“Aku mengerti bagaimana perasaan
kau, Miles. Aku juga merindukan Ayah setiap hari. Kadang aku berkhayal bisa
berada di dalam pelukan atau pangkuannya lagi.”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak
meminta Maya untuk memanggil arwah Ayah kau, Kay? Setidaknya itu bisa mengobati
rindu kau.”
Kay tersenyum lemah, dan
menggelengkan kepalanya. “Tidak, Miles. Meminta Maya untuk memanggil arwah Ayah
hanya agar aku bisa berbicara dengannya lagi hanya akan membuat aku tidak bisa
menerima kenyataan, Miles. Kenyataan bahwa Ayah sudah berada di alam yang
berbeda dengan aku. Kenyataan bahwa Ayah sudah meninggal. Aku takut, jika aku
melihat arwah Ayah lagi, aku akan marah dengan semua yang terjadi…dan itu hanya
akan mengakibatkan luka lama yang sudah aku kubur menjadi terbuka lagi.”
Edgeworth tersenyum kecil. “Kau
benar-benar bijaksana, Kay.” Kemudian tiba-tiba ia teringat lagi ucapan Ayahnya
tentang Ibunya.
“Kay, Ayah juga mengatakan bahwa
aku…aku harus minta maaf kepada Ibu atas sikap aku yang kasar di rumah sakit
dan… ia juga bilang bahwa aku harus memaafkan Ibu. Bagaimana menurut kau? Jujur
saja… sulit bagi aku untuk bisa memaafkannya.”
Sambil membelai pipi Edgeworth
dengan lembut, Kay menjawab, “Miles. Aku sependapat dengan Ayah kau. Menyimpan
dendam itu tidak baik. Aku tahu Ibu kau telah melakukan kesalahan di masa lalu…
Memang, aku tidak tahu bagaimana sakitnya diabaikan oleh seorang Ibu, karena
Ibu aku sudah meninggal setelah melahirkan aku…Tapi… Semua orang berhak
mendapatkan kesempatan kedua, bukan? Seperti aku yang memberi kau kesempatan
kedua… Kau beruntung, Miles. Setidaknya Ibu kau masih hidup, dan sehat… Kau
masih punya kesempatan untuk merasakan kembali pelukan dan kasih sayang seorang
Ibu… Lakukan itu, Miles. Minta maaf dan memaafkan. Sebelum kau menyesal karena
semuanya terlambat.”
Edgeworth menatap Kay dengan
tajam. Inilah mengapa ia jatuh cinta kepada Kay. Kay sangat bijaksana untuk
usianya, melebihi dirinya. Dia sangat tangguh dan selalu ceria dalam situasi
apapun. Ia sangat kagum dengan mata hijaunya yang memancarkan aura seseorang
yang selalu memandang sesuatu dari sisi positif.
“Terima kasih, Kay. Aku…lebih
lega sekarang. Aku…aku akan meminta maaf kepada Ibu.”
“Kau tahu dimana dia tinggal
sekarang, Miles?”
“Y-yeah… Dia mengirim aku kartu
namanya beberapa waktu lalu.. Aku tidak pernah melihatnya, tapi aku ingat,
ulang tahun Ibu sebentar lagi. Tanggal 10 November.”
“Kalau begitu, ambil kartu itu
dan kita kunjungi Ibu kau nanti di hari ulang tahunnya. Kau berjanji?”
“Baiklah. Terima kasih banyak
sekali lagi, Kay.”
Edgeworth memiringkan kepalanya
lagi dan mencium Kay, yang dibalas oleh Kay dengan cepat dan ganas.
Saat mereka berhenti sejenak untuk
udara, Kay memainkan cravat Edgeworth dengan tangannya, kemudian memandang
Edgeworth dengan pandangan yang sangat menggoda penuh arti.
“Ada apa, Kay? Mengapa kau
memandang aku seperti itu?”
“Kau masih mencintai aku, kan?”
Edgeworth mengangguk pelan. Tentu saja, Kay! Kau satu-satunya wanita
yang mengisi hati aku. Apa yang ia mau?
“Apakah kau sudah minum obat kau,
Miles?”
Edgeworth kembali mengangguk.
“Bagus. Anggap saja ini hadiah
selamat-datang-kembali-hubungan-kita,” ucap Kay, dan sebelum Edgeworth bisa
bertanya atau berteriak “TUNGGU DULU” atau “KEBERATAN”, Kay sudah merobek
cravatnya, kemudian dengan sangat cepat membuka kancing kemeja dan jasnya. Tersenyum
licik, Kay kemudian melempar cravat, kemeja, dan jas Edgeworth ke atas sofa.
“H-hey, Miss Faraday!” seru
Edgeworth. “The prosecution has an objection! Kau merobek crava—MPPPH!” protes
Edgeworth terpotong dengan ciuman Kay yang begitu ganas dan tak beraturan. Edgeworth
membalas ciuman Kay dengan lidahnya, kemudian, tanpa disadarinya, ia merobek
kaos dan bra Kay. Keduanya telanjang dada sekarang. Kay tertawa terbahak-bahak.
“Kau adalah pemain yang tajam Tuan Kepala Jaksa? Oh, dasar anak nakal!”
Balas tertawa, Edgeworth memeluk
Kay dengan sangat erat, dan ia bisa merasakan dadanya dan dada Kay menekan satu
sama lain. Ia bisa merasakan detak jantungnya dan detak jantung Kay saling
beradu, layaknya sebuah harmoni dalam music orchestra. Ia bisa merasakan
kehangatan dalam pelukan ini, sesuatu yang hilang dari hidupnya belakangan ini.
Mulut mereka saling beradu lagi, sementara tangan Edgeworth dengan nakal memainkan
payudara Kay. Saat mereka berhenti berciuman kembali untuk udara, Edgeworth
berlutut, dan mencium serta menjilat payudara Kay dengan ganas.
“Miles…. kau menjilat...menjilat seperti.... Sapi yang kelaparan akan susu!”
Seperti sapi?!! Menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak,
Edgeworth bangkit kembali, dan kali ini menyerang leher Kay dengan ciumannya.
Kay terkikik geli, kemudian perlahan-lahan mendorong Edgeworth untuk berbaring
di lantai. Kay merangkak di atasnya, dan membelai dadanya dengan pelan.
“Apa kau siap, Miles?” bisik Kay.
“Lebih dari siap.”
Tersenyum licik, Kay membuka rok
dan celana dalamnya, sebelum ia membuka ikat pinggang dan celana Edgeworth. Dunia
terasa bagaikan surga untuk Edgeworth saat itu. Ia benar-benar tergila-gila
dengan segala sesuatu tentang kekasihnya, rambutnya, mata hijaunya, bau
parfumnya, senyumnya….
Tak henti-hentinya Edgeworth menggumamkan nama Kay dan
berbisik “I love you” saat tubuh mereka akhirnya menjadi satu. Ia akhirnya bisa
melakukan seks bersama Kay tanpa diserang sakit dada lagi, tanpa harus membuat
Kay ketakutan lagi… Saat mereka mencapai klimaks, Edgeworth mencium bibir dan
leher Kay lagi, kemudian berkata,
“Kau adalah gadis yang mencuri hati aku.”
“Dan lebih baik kita tidak memberitahu Ibu kau tentang ini.
November 10th, 2027
Hari ini adalah hari ulang tahun
Ibu Edgeworth. Setelah mengambil kartu nama Ibu Edgeworth dari rumah Edgeworth,
Kay dan Edgeworth bersiap-siap untuk berangkat menuju kediaman Stella
Edgeworth. Selama menyetir dan mencari alamat Ibunya, berbagai pikiran muncul
di benak Edgeworth. Seperti apa rupa
suami baru Ibu? Seperti apa wajah saudara tiri aku? Apa yang akan Ibu katakan
jika melihat aku muncul di depan pintu rumahnya?
Mereka berhenti sejenak di sebuah
toko untuk membeli seikat bunga mawar dan sebuah kado, kemudian melanjutkan
perjalanan mencari alamat ibu Edgeworth.
November 10th , 2027
Rumah Stella Edgeworth
Rumah Stella Edgeworth
Mereka akhirnya sampai di alamat
yang mereka cari. Edgeworth benar-benar terkejut akan keadaan rumah sang Ibu.
Dari luar, rumah itu kelihatan kecil dan kusam. Perasaan bersalah menghantui Edgeworth.
Sang Ibu tinggal di rumah seperti ini, sementara ia tinggal di rumah yang
sangat mewah… Ia berdiri terpaku di depan pintu yang sepertinya sudah sangat
usang, memegang bunga yang baru dibelinya, terpaku, dan gugup.
“Ayo, Miles.” bisik Kay sambil
mendorong Edgeworth sedikit. Dengan gugup dan tangan bergetar, Edgeworth
memencet bel. Tidak lama kemudian, Mrs. Stella keluar, dan betapa terkejutnya
ia melihat putra kecilnya, yang memakinya saat terakhir mereka bertemu, berdiri
di depan pintu rumahnya, dengan membawa seikat bunga dan sebungkus kado.
“H-halo, Ibu.” bisik Edgeworth
terbata. “S-selamat ulang t-tahun, Ibu.” Kemudian dengan tangan bergetar, dan tanpa
memandang wajah sang Ibu, Edgeworth menyerahkan bunga dan sebungkus kado yang
dibawanya.
“MILES! OH, NAK! Terima kasih
banyak!” seru Mrs. Stella sambil menerima bunga dan kado dari Edgeworth,
kemudian membenamkan Edgeworth ke dalam pelukannya. Setelah itu Mrs. Stella
mencium kepala Edgeworth berkali-kali. Air matanya bercucuran dan jatuh ke
rambut Edgeworth. Kay yang tersentuh melihat kejadian itu, air matanya ikut
tumpah.
Mrs. Stella sepertinya memeluk
Edgeworth sangat lama sekali sebelum akhirnya melepaskan pelukannya. Dengan
kikuk ia menghapus air matanya.
“Maaf… Ayo, silahkan masuk, Nak,
Nona Faraday……”
Mereka bertiga kemudian masuk,
dan saat Edgeworth masuk ke dalam rumah ibunya untuk pertama kalinya, ia
kembali merasa bersalah. Ibunya benar-benar hidup dalam kemiskinan. Rumah itu
sangat kotor, kecil, dan juga bau. Tentu bukan tempat tinggal yang baik untuk
seseorang menikmati masa tuanya. Edgeworth memandang berkeliling, dan ia
tercengang melihat sebagian dinding rumah itu ditutupi oleh kliping berita
tentang dirinya. Ia kemudian melihat foto saat ia masih berusia 3 tahun bersama
Gregory dan Stella dibingkai dengan sangat rapi, dan di sebelah foto itu,
terletak guntingan kliping berita dengan headline : Baca wawancara kami dengan jaksa penuntut pendatang baru yang jenius, Miles
Edgeworth! Dan di bawahnya, Ibunya menuliskan, “Sangat bangga kepada kau, my baby boy =).”
Ibunya ternyata tidak pernah
melupakannya… Ibunya selalu memikirkannya sepanjang waktu…
Edgeworth dan Kay kemudian duduk
di atas sofa yang sudah sangat usang. Mrs. Stella tampak sangat salah tingkah.
“Maaf, rumah aku tidak nyaman… Kotor
dan kecil.. Hehe… Eh, kalian mau minum apa, Miles, Nona Faraday? Aku hanya
punya air putih hangat…”
Kay melambaikan tangannya. “Tidak
usah repot-repot, Mrs. Edgeworth.” Lalu ia menyenggol Edgeworth. “Miles.
Katakan sesuatu.” bisiknya karena Edgeworth diam saja.
“M-mom,” ucap Edgeworth sambil
mengangkat kepalanya, “Eh….dimana… suami kau?”
Mrs. Stella tersenyum lemah. Saat
melihat ibunya tersenyum, Edgeworth baru menyadari betapa cantiknya ibunya..dan
ia memiliki mata dan bentuk hidung yang sama dengannya.
“Ia sudah meninggalkan aku dan
menikah lagi, Miles. Ia juga membawa Andreo & Geraldo. Aku tinggal
sendirian disini.”
Dalam sekejap, kemarahan yang
dipendam Edgeworth kepada ibunya selama bertahun-tahun berubah menjadi rasa iba
dan rasa bersalah. Ibunya tinggal di
rumah kotor dan kecil seperti ini di masa tuanya, sedangkan aku, putranya
satu-satunya hidup bergelimang harta dan kemewahan……
“Dan…. Apa yang kau lakukan untuk
membiayai hidup kau, Mrs. Stella?” tanya Kay.
Sesaat, wajah Mrs. Stella
memerah. Dengan malu ia menjawab, “Aku menjadi tukang cuci pakaian panggilan.
Para tetangga biasanya memanggil aku untuk menggunakan jasa mereka.”
Edgeworth terperangah. Ia,
seorang Kepala Jaksa di Los Angeles, mempunyai mobil sport dengan harga
ribuan dolar, tinggal di rumah yang sangat mewah, dan ia membiarkan ibunya
menjadi seorang tukang cuci pakaian….
“Ibu... Maafkan aku.. Sungguh..”
bisik Edgeworth pelan. “Maafkan aku atas sikap aku yang kasar di rumah sakit kepada
kau, Ibu… Maaf aku juga selalu mengabaikan semua surat-surat yang kau kirimkan…
Aku… Kalau saja aku tahu kau hidup seperti ini, Ibu….”
Mrs. Stella tersenyum lemah dan
membelai rambut Edgeworth dengan lembut.
“Nak, tidak apa-apa, sungguh. Ibu
mengerti kau marah saat melihat Ibu di rumah sakit, Ibu tahu kau sangat terluka
karena Ibu telah menelantarkan kau… Maafkan Ibu sekali lagi, ya? Maukah kau
memaafkan Ibu?”
“T-tentu, Mom.”
Mrs. Stella membenamkan Edgeworth
ke dalam pelukannya lagi. Dan Edgeworth tiba-tiba merasakan kehangatan yang
luar biasa dalam pelukan Ibunya itu. Ia merindukan ini… Pelukan hangat seorang
Ibu…
“Miles, bagaimana dengan penyakit
kau? Apa kau sudah sembuh? Ibu marah sekali ketika membaca berita yang bilang
kau berbohong tentang penyakit kau…”
“W-well… sudah lebih baik, I-Ibu.”
“Oh, syukurlah, Nak. Setiap hari
Ibu selalu berdoa agar kau sembuh dan Ibu selalu khawatir akan terjadi apa-apa
pada diri kau..” Mrs. Stella kemudian melepaskan pelukannya, menatap Edgeworth
dengan seksama, kemudian air matanya bercucuran lagi. “Astaga, Nak, Ibu tidak
pernah menyadari betapa tampannya kau.”
Edgeworth tersenyum kecil,
kemudian berkata,”Ibu… Maukah..maukah kau tinggal bersama aku di rumah aku?”
Ibunya memang telah
menelantarkannya saat ia masih kecil, tapi bagaimanapun, Mrs. Stella adalah
ibunya, darah dagingnya, dan telah mengandungnya selama 9 bulan. Ibunya telah
mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya. Tidak, ia tidak akan membiarkan
ibunya tinggal sendirian di tempat kotor dan kumuh seperti ini.
Baik Kay dan Mrs. Stella
ternganga.
“M-miles?? Kau tidak mungkin serius, kan?” tanya Mrs. Stella.
“Ibu, aku serius. Sangat serius.
Tidak sepatutnya kau tinggal di rumah seperti ini. Aku…..aku tidak mau
menelantarkan ibu aku sendiri, Mom. Aku mohon. Aku…aku tak mau kau menjadi
tukang cuci pakaian keliling lagi….”
“Oh, astaga, Nak! Tentu saja Ibu
mau ! Ibu bisa menjaga dan mengawasi kau! Oh, Nak! Terima kasih banyak!” Mrs.
Stella lalu menyerang pipi Edgeworth dengan ciumannya. Kay senang sekali melihat
itu semua. Ia telah berhasil mempersatukan kembali kekasihnya dan calon ibu
mertuanya.
Sudah satu bulan Mrs. Stella
tinggal bersama Edgeworth. Awalnya, Edgeworth merasa canggung dan kikuk dengan
ibunya, tapi lama kelamaan, ia menjadi terbiasa. Ia merasa bahagia sekali
sekarang. Kay telah kembali kepadanya, ia sudah berdamai dengan ibunya. Hubungan
Kay dengan ibunya juga sangat baik, bahkan ibunya memaksa Kay untuk
memanggilnya “Ibu” juga.
Setiap hari, sebelum berangkat
bekerja, Mrs. Stella bersama Luciana selalu memasak makanan favoritnya. Selain
itu, Mrs. Stella selalu mengecup pipi Edgeworth sebelum ia berangkat bekerja. Meski
ia sudah berusia 35 tahun, tapi Edgeworth sangat senang dicium oleh ibunya. Hal
yang tak pernah ia dapatkan selama tinggal di rumah Von Karma. Dan Edgeworth benar-benar menyesal karena
baru sekarang ini, ia menyadari bahwa ibunya sangat menyayanginya.
December 4th , 2027
Rumah Miles Edgeworth
Rumah Miles Edgeworth
Hari ini adalah hari Sabtu, dan
Kay serta Edgeworth sudah berencana akan menghabiskan akhir pekan untuk check
up ke dokter. Kay menjadi sangat cerewet sekali karena sudah lama Edgeworth
tidak melakukan check-up ke dokter. Ia terus-terusan mengoceh, membenarkan jam
tangan Edgeworth, dan menyisir rambut Edgeworth lebih dari sekali.
“Miles, lihat jadwal check up
kau! Aku tidak percaya kau melewatkan check-up selama sebulan lebih! Dokter
Leona pasti akan sangat marah kepada kau, Miles, astaga… dan lihat betapa masih
banyaknya obat-obatan kau! Bagaimana jika kau tidak sadar meminum obat yang
sudah kadaluarsa? Miles, kau bukan sakit demam, bukan chicken pox, ini jantung,
Miles, jantung kau! Alat organ yang paling vital dalam hidup kau….” Oceh Kay
tanpa henti sambil menyisiri rambut Edgeworth. Edgeworth kemudian menutup mulut
Kay dengan tangannya.
“Mph!” Kay menurunkan tangan
Edgeworth dari mulutnya dengan gemas. “Miles, apa-apaan kau ini! Aku hampir
tidak bisa bernafas, tahu!”
“Kau cantik sekali ketika kau
marah, Kay,” goda Edgeworth. “Secantik Cruela Devil.”
“Miles!” Kay memonyongkan
bibirnya, kemudian memukul kepala Edgeworth dengan sisir yang telah ia pegang.
“Tega-teganya kau menyebut kekasihmu ini Cruela Devil! Rasakan ini! Ini ! Dan
ini!”
Edgeworth tertawa terbahak-bahak.
“Habis kau cerewet sekali! Ayo, kita berangkat sekarang, nanti kita terlambat.”
“HOLD IT!” seru Kay tiba-tiba. “Anda
terlalu pucat, Tuan Kepala Jaksa! Ketampanan anda tersembunyi di balik
kepucatan itu! Sini, aku poles dulu wajah kau!” Kemudian Kay mengambil sekotak
bedak dari laci meja kamar Edgeworth yang nyaris tidak pernah Edgeworth sentuh,
dan menyerang wajah Edgeworth dengan spons bedak. Edgeworth berusaha keras
menghindar.
“Hey!! Aku tidak mau dipakaikan
bedak! Kay! Cukup! Aku bukan badut! Aku tidak butuh make-up, HEY!”
Wajah Edgeworth menjadi sangat
putih akibat bedak sekarang. Kay tertawa terbahak-bahak sambil memegangi
perutnya.
“Miles, kau seperti…seperti
seekor domba!”
“Pertama sapi, sekarang domba, aku
ini pacar kau atau daftar menu makanan kau?”
“Ha ha, itu pembalasan karena kau
telah memanggil aku Cruela Devil.” Kay kemudian mengecup pipi Edgeworth.
“Miles, Kay, sarapan sudah siap!”
terdengar suara Mrs. Stella memanggil mereka. Mereka kemudian ke ruang makan
untuk sarapan sebelum berangkat check-up.
“Hati-hati di jalan ya Nak,
jangan menyetir dengan kecepatan tinggi,” ucap Mrs.Stella sambil mengecup pipi
Edgeworth dan pipi Kay. “Semoga hasil check-up nya bagus.”
December 4th , 2027
Hickfield Hospital
Dr. Leona’s Office
Hickfield Hospital
Dr. Leona’s Office
“Woah, Tuan Kepala Jaksa! Ini
benar-benar kejutan! Senang sekali bisa melihat anda lagi,” sapa Dokter Leona
dengan gembira saat Edgeworth dan Kay sampai di rumah sakit. “Sudah berapa lama
anda tidak melakukan check-up, Tuan Kepala Jaksa?”
“Satu bulan, Dokter Leona,” jawab
Kay.
Dokter Leona ternganga lebar
sekali. “Satu bulan, Tuan Kepala Jaksa? Astaga, sadarkah anda betapa berbahayanya jika anda melewatkan
check-up anda? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada jantung anda?
Bagaimana kondisi jantung anda, dan sebagainya? Apa yang membuat anda
mengabaikan jadwal check-up anda begitu lama, Tuan Kepala Jaksa?”
“Er…um…. Aku tidak mau membicarakannya, Dokter,” gumam Edgeworth dengan malu.
“Baiklah, saya tidak mau
mencampuri urusan pribadi anda. Nah, sekarang, buka kaus anda, dan berbaringlah
di tempat tidur itu.”
Kay kemudian membantu Edgeworth
melepas kausnya dan berbaring di atas tempat tidur. Entah mengapa, meski sudah
sering mengantar Edgeworth check-up ke dokter, Kay selalu merasa ketakutan. Dokter
Leona kemudian mengecek detak jantung Edgeworth dengan stetoskopnya, sambil
memijit dan menekan dada Edgeworth
dengan pelan.
“Ow…ow…ow..pelan-pelan, Dokter.”
rintih Edgeworth. Dokter Leona mengangkat sebelah alisnya.
“Sakit, Tuan Kepala Jaksa?
Hmmm…ini aneh, padahal aku memijit dan menekan dada anda dengan pelan….”
“Apa yang aneh, Dokter? Apa
kondisi jantung Miles semakin memburuk?” tanya Kay dengan panik sambil
menggigit kukunya.
“Saya belum tahu, Nona Faraday. Sebentar,
saya akan membuat catatan detak jantung Tuan Kepala Jaksa dan akan saya bawa ke
lab untuk dianalisa. Kalian tunggu disini.”
“Miles, jangan-jangan kondisi
jantung kau semakin memburuk karena kau mengabaikan check-up begitu lama,” ucap
Kay setelah Dokter Leona pergi. “Miles, seharusnya aku mengawasi kau, maafkan
aku.”
“Kay, untuk apa kau minta maaf?
Kau adalah kekasih aku, bukan dokter atau perawat aku.” jawab Edgeworth sambil
mengecup tangan Kay. Tak lama kemudian Dokter Leona muncul kembali dengan
menggenggam sebuah clipboard.
“Jadi…. Bagaimana diagnosisnya,
Dokter? Bagaimana kondisi jantung Miles?” tanya Kay dengan gugup.
“Dari data yang ada…. Kondisi
jantung anda benar-benar lemah, Tuan Kepala Jaksa. Jantung anda berdetak sangat
lambat. Normalnya, untuk orang dewasa, detak jantung orang dewasa seharusnya di angka 60-100 detak per menit. Kau, kau hanya di 30-40 detak per menit, Tuan Kepala Jaksa.”
“Dan apa artinya itu, dokter?”
tanya Edgeworth sambil menelan ludah.
“Anda harus dioperasi pemasangan
alat pacu jantung sekali lagi, Tuan Kepala Jaksa. Sangat riskan kalau anda
hanya….”
Gulp. Operasi lagi?!! No way…….pikir Edgeworth.
“Maksud anda, Miles harus
dipasang DUA alat pacu jantung?!” seru Kay histeris.
“Tepat sekali, Miss Faraday. DUA
alat pacu jantung. Karena jantung Tuan Kepala Jaksa kondisinya sudah sangat,
sangat lemah. Tapi, untuk langkah pertama, saya harus melakukan suntik di dada
anda untuk……..”
“Apa?!!! Suntik di dada?!” seru
Edgeworth dengan nada suara yang sangat tinggi tanpa ia sendiri menyadarinya.
“Ya, Tuan Kepala Jaksa. Suntikan
ini namanya Revascor. Ini untuk mencegah anda mendapatkan serangan jantung
mendadak. Potensi anda kena serangan jantung meningkat 70%, Tuan Kepala Jaksa… Kalau
saja anda tidak mengabaikan check up anda…” Dokter Leona menghela nafas. “Kita
tidak mau mengambil resiko anda terkena serangan jantung sebelum dioperasi
pemasangan alat pacu jantung tahap 2. Sebentar, saya akan ambil obat
suntiknya.”
Selain takut kepada lift,
Edgeworth juga sangat takut kepada jarum suntik. Mata Edgeworth melebar
ketakutan dan ia mencengkeram tangan Kay erat sekali saat Dr. Leona mengeluarkan
jarum suntik dari laci meja kerjanya. Jika situasinya tidak sedang seserius
itu, Kay akan tertawa terbahak-bahak melihat wajah hijau Edgeworth yang
ketakutan karena hendak disuntik.
“Jangan kau lepaskan tangan kau,
Kay,” gumam Edgeworth.
“Tidak akan, Miles. Ini tidak
akan lama, hanya satu suntikan, dan selesai. Tidak perlu takut, aku disini
untuk kau, Miles.”
“Oke. Bisa anda berbaring
kembali, Tuan Kepala Jaksa?”
Dengan perlahan, Kay membantu
Edgeworth untuk berbaring kembali. Dokter Leona kemudian menancapkan jarum
suntik itu ke dada Edgeworth secara perlahan, kemudian dengan cepat mencabutnya
kembali.
“OOOOOOOOOOWWWW!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
teriak Edgeworth sejadi-jadinya. Kay merasa marah sekali. Ingin rasanya ia
memukul kepala dokter itu sekarang juga. Kenapa
ia tidak menyuntik Miles secara perlahan? Kasar sekali cara dia menyuntik!
“Dokter,” ucap Kay, berusaha agar
tidak terdengar marah, “Apa anda tidak bisa menyuntik Miles lebih pelan?
Sepertinya..itu…terlalu keras…dan terlalu….kasar…”
“Maaf, Nona Faraday. Tapi memang
beginilah cara menyuntik pencegahan serangan jantung.” Jawab Dokter Leona dengan
tenang. “Ayo, 4 kali lagi saja, Tuan Kepala Jaksa, setelah itu anda boleh
pulang.”
“4 kali lagi?!” seru Edgeworth.
“Tidak bisakah saya pulang sekarang—“
“Sayangnya, aturannya anda harus
disuntik 5 kali, Tuan Kepala Jaksa. Siap?”
Dokter Leona kembali menyuntik
dada Edgeworth, membuat Edgeworth terus berteriak sejadi-jadinya. Kay
menggenggam tangan Edgeworth dengan sangat erat, berharap setidaknya genggaman
tangannya bisa membuat rasa sakit yang diderita Edgeworth sedikit berkurang. Setelah
20 menit yang menyiksa dan seperti neraka untuk Edgeworth, akhirnya ia
diperbolehkan pulang.
“Oh ya, Dokter, kapan kira-kira
Miles harus dioperasi tahap 2?” tanya Kay saat ia membantu Edgeworth memakai
pakaiannya kembali dan bersiap-siap untuk pulang.
“Nanti akan saya telepon anda,
Miss Faraday. Selamat siang, Tuan Kepala Jaksa, Miss Faraday. Selamat berakhir
pekan.”
December 4th, 2027
Rumah Miles Edgeworth
Rumah Miles Edgeworth
“Kay, Miles? Bagaimana hasil
check-up nya?” tanya Mrs. Stella saat mereka pulang ke rumah. Ia khawatir melihat
putra satu-satunya itu kelihatan sangat kesakitan setelah pulang dari rumah
sakit.
“Miles harus dioperasi lagi, Mom,”
jawab Kay. “Operasi pemasangan satu alat pacu jantung lagi. Dr. Leona bilang,
kondisi jantung Miles sudah benar-benar sangat lemah sehingga satu alat pacu
jantung saja tidak cukup. Ini akibat Miles terlalu lama mengabaikan check-up
nya.”
“Oh, astaga, Nak…” desah Mrs.
Stella sambil memeluk Edgeworth. “Tidak seharusnya kau mengabaikan check-up…
Dua alat pacu jantung? Lalu, kapan kau akan dioperasi lagi, Miles?”
Edgeworth mengangkat bahunya.
“Aku belum tahu, Mom. Dr. Leona bilang ia akan mengabari kami.”
“Kenapa dada kau ada memar
seperti itu, Miles?” tanya Mrs. Stella setelah menyadari ada memar bekas
suntikan di dada Edgeworth. “Kau jatuh?”
“Tadi Miles disuntik di dadanya
oleh Dr. Leona,” Kay tiba-tiba terkikik. “Mom, seharusnya kau melihat bagaimana
ketakutan dan wajah Miles berubah menjadi hijau saat disuntik. Ia kelihatan
seperti Shrek!”
Mrs. Stella tertawa terbahak-bahak, sementara Edgeworth cemberut.
“Nah, Miles, karena kau akan
dioperasi lagi, kau harus makan makanan yang bergizi! Daging, sayur, wortel,
brokoli, dan sebagainya!” ucap Kay. Edgeworth mengerang pelan.
“Tidak mau! Kau tahu betul aku
tidak suka segala macam sayur, Kay……..”
“Tapi kau harus, anak nakal! Kau
harus makan makanan yang sehat! Setuju, Mom?”
“Kay benar, Nak,” ucap Mrs.
Stella. “Kau harus makan makanan bergizi. Ayo, kita masak, Kay! Satu mangkuk
besar sup sayur hanya untuk Miles, bagaimana, kau setuju?”
“Setuju sekali! Ayo, kita masak
di dapur, Mom! Dan Miles, jadi anak baik, tunggu disini, berbaring di sofa dan
tonton koleksi DVD Steel Samurai kau sementara aku dan Ibu memasak!”
Edgeworth mengangkat bahunya,
menggerutu pelan karena tidak bisa protes, lalu berbaring di atas sofa. Ia
kemudian menyalakan DVD Steel Samurai miliknya dan mulai menonton.
Baru saja 10 menit Edgeworth
menonton DVD Steel Samurai miliknya, Kay sudah keluar dari dapur.
“Kay? Sudah selesai memasaknya?
Cepat sekali,” tanya Edgeworth heran.
“Tidak, Miles. Aku akan keluar
untuk belanja wortel dan tomat sebentar di Shop Ink Mall. Tidak ada tomat dan
wortel di dapur. Aku juga mau sekalian belanja lipstick dan make up, punya aku
sudah habis.”
Edgeworth memutar bola matanya.
“Dasar wanita. Kau mau aku antar?”
“Tidak usah, Miles. Kau istirahat
saja. Aku tidak akan lama. Sampai nanti.”
Kay mengecup pipi Edgeworth,
kemudian pergi berbelanja. Sementara ibunya masih sibuk di dapur, Edgeworth
melanjutkan menonton DVD Steel Samurai miliknya. Kemudian, tanpa disadarinya,
ia tertidur. Saat Mrs. Stella keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh,
dilihatnya Edgeworth sudah tertidur pulas di atas sofa sedangkan DVD Steel
Samurai nya masih menyala. Mengerutkan keningnya, Mrs. Stella kemudian
mematikan DVD itu. Saat memasukkan keping DVD itu ke dalam kemasannya, Mrs.
Stella tertawa pelan. Ia sama sekali tidak menyangka putranya, sang Kepala Jaksa, ternyata adalah penggemar acara untuk anak-anak.
Tidak tega untuk membangunkan
Edgeworth, Mrs. Stella mengambil selimut dari kamar Edgeworth dan
menyelimutinya. Dengan penuh kasih sayang ia kemudian mengecup dahi Edgeworth. Melihat
wajah putranya yang begitu damai dalam tidurnya, perasaan bersalah muncul di
benak Mrs. Stella. Seandainya saja dia dulu tidak naïf dan tidak tergoda dengan
lelaki itu… Mungkin ia bisa mengawasi dan menjaga kesehatan Edgeworth dengan
baik. Jika saja dia tidak menelantarkan Edgeworth, mungkin Edgeworth tidak akan
sakit parah seperti ini. Putra satu-satunya ini baru berusia 35 tahun, dan ia
sudah harus dipasangi 2 alat pacu jantung…. Sambil menyeka matanya yang
tiba-tiba basah, Mrs. Stella kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak. Ia
kemudian menyetel radio untuk mendengarkan lagu sambil memasak.
“…Maaf pemirsa, lantunan lagu dari Bryan Adams tadi harus kami interupsi.
Breaking news, pemirsa! Shop Ink Mall kebakaran, dan menurut sumber kami,
beberapa orang telah berhasil dievakuasi, tapi ada satu yang masih terjebak di
lantai 3. Sumber kami mengatakan bahwa yang terjebak di lantai 3 adalah jaksa
penuntut Kay Faraday.”
PRANG. Mrs. Stella menjatuhkan
piring yang hendak dicucinya. Kay?!! Kay
terjebak di gedung yang terbakar?? Apa yang harus aku katakan pada Miles??
Sebelum Mrs. Stella mengatasi
rasa shock-nya, Edgeworth sudah muncul di dapur. Mrs. Stella rupanya tidak
sadar kalau ia menyetel radio itu dengan volume yang keras.
“I-ibu!” seru Edgeworth. “K-kay!
Tadi aku dengar di radio…. Apa aku salah dengar?!”
Mrs. Stella hanya mengangguk
pelan. Mata Edgeworth melotot, kemudian ia memutar badannya.
“Miles, tunggu, Nak!” seru Mrs.
Stella. “Kau mau kemana, sayang?”
“Aku akan pergi kesana!” jawab
Edgeworth sambil memakai jaketnya dengan terburu-buru tanpa menoleh ke arah
Mrs. Stella.
“Tunggu, Nak! Ibu juga ikut!”
December 4th, 2027
Shop Ink Mall
Los Angeles City
Shop Ink Mall
Los Angeles City
Dengan tergesa-gesa Edgeworth
memarkir mobilnya, kemudian turun diikuti ibunya. Kerumunan orang banyak
sekali, semua menengadah menatap gedung Shop Ink Mall yang sudah terbakar
dengan api ganas. Edgeworth kemudian menerobos kerumunan orang-orang itu, dan
bertemu dengan salah satu polisi yang sedang sibuk bicara dengan walkie talkie.
“Officer!” seru Edgeworth. “Apa
Kay Faraday masih terjebak di dalam sana?”
“Tuan Kepala Jaksa? Ya, benar, Nona Faraday masih terjebak, kami sedang memanggil tim untuk
menyelamatkannya….”
“Berapa lama?!!” teriak
Edgeworth.
“Kira-kira 45 menit, Tuan Kepala
Jaksa….”
“45 MENIT?!!!” teriak Edgeworth
sejadi-jadinya. “Kay bisa dilahap habis oleh api itu!!!” Lalu, tanpa pikir
panjang lagi, Edgeworth membuka jaketnya, kemudian melemparkannya ke tanah.
“H-hey!!” seru sang polisi. “Tuan
Kepala Jaksa, apa yang hendak anda lakukan?! Tunggu disini! Anda tidak boleh kesana!
Terlalu berbahaya!” Sang polisi kemudian memegang pinggang Edgeworth dengan
kencang untuk mencegahnya masuk ke dalam gedung.
“Lepaskan! Lepaskan aku!” teriak
Edgeworth, lalu ia menendang tulang kering sang polisi hingga sang polisi
kesakitan dan melepaskan cengkeramannya dari pinggang Edgeworth. Edgeworth
kemudian berlari ke arah gedung mall itu, mengabaikan teriakan ibunya dan
kerumunan orang-orang yang menyuruhnya untuk kembali.
Edgeworth kemudian mulai memanjat
gedung mall yang terbakar itu. Kaki dan tangannya bergetar, sakit dadanya mulai
kambuh, dan ia mulai sesak nafas. Edgeworth tahu tindakannya ini bodoh, ia tahu
ini sangat berbahaya, ia takut ketinggian, tapi ia tidak peduli. Yang ia
pikirkan adalah Kay terjebak di dalam sana, dan ia harus menyelamatkannya. Sekarang
ia mengerti kenapa Wright rela melakukan sesuatu sebodoh menyebrang jembatan
yang terbakar untuk menyelamatkan Maya. Ia selalu mengatakan Wright adalah
seorang idiot, karena nekat mempertaruhkan nyawanya. Dan disinilah ia sekarang,
memanjat bangunan yang terbakar untuk menyelamatkan Kay. Karena saat seseorang
mencintai, ia akan bersedia melakukan hal sebodoh dan seberbahaya apapun.
Dengan susah payah Edgeworth
berusaha menghindar dari api yang menjalar, dan berpegangan pada salah satu
jendela. Beberapa kali ia hampir terpeleset, namun berhasil melanjutkan
memanjat. Sakit dadanya terasa lebih parah dari sebelumnya, tapi ia
mengabaikannya.
Nggh!!!!! Ayo, ayo, dada aku, mohon kerjasama kau, Kay terjebak di
dalam, ayo, lanjutkan, sedikit lagi kau sampai di lantai 3!! Kay… kau akan
baik-baik saja…Kau harus baik-baik saja….
Terengah-engah dan mulai
kehabisan nafas, Edgeworth melanjutkan memanjat lagi, sementara api semakin
membesar. Edgeworth menghindar lagi, sepatunya terasa sangat licin. Ia kemudian
menggerakkan kakinya sedikit untuk melepaskan sepatunya ke bawah. Setelah
bertelanjang kaki, Edgeworth menjadi lebih mudah untuk memanjat. Akhirnya ia
sampai di lantai 3. Betapa leganya ia saat mendengar suara Kay.
“TOLONG! TOLONG AKU! AKU HAMPIR
KEHABISAN NAFAS! KAKI AKU TERTIMPA TIANG!”
“Kay!” seru Edgeworth. “Tenang,
Kay, aku akan segera datang!”
“M-m-miles?”
“Ya, Kay, ini aku! Tetap tenang!”
Edgeworth kemudian memanjat ke
kiri, mengikuti arah suara Kay. Ia melewati dua jendela, dan saat sampai ke
jendela keempat di lantai 3, ia bisa melihat bayangan Kay dari luar. Dengan
hati-hati Edgeworth masuk melalui jendela itu. Setengah berlari, ia menghampiri
Kay yang sudah lemas dengan kaki tertimpa tiang.
“MILES!” seru Kay. “Miles,
astaga, ini sangat berbahaya, jantung kau…”
“Ini bukan saatnya membahas soal
jantung aku, Kay!” teriak Edgeworth. “Kita harus segera keluar dari sini!”
Mengabaikan rasa sakit tak
tertahankan di dadanya, Edgeworth mencoba mengangkat tiang yang menimpa kaki
Kay. Berat sekali. Akhirnya, setelah 4 kali percobaan, Edgeworth berhasil
menyingkirkan tiang itu.
“Kau bisa berjalan, Kay?”
“Y-ya, Miles.”
“Kalau begitu, cepat panjat
jendela itu! Aku akan mengikuti kau dari belakang!”
Kay mengangguk, kemudian berlari
keluar melalui jendela, sementara Edgeworth mengikutinya dari belakang. Memanjat
gedung bukanlah hal yang baru bagi Kay, dan ini merupakan salah satu keahliannya.
Ia bisa turun dari gedung dengan cepat, sebelum akhirnya pingsan di halaman,
dan paramedis langsung menaruh tabung oksigen di mulutnya dan membawanya ke
dalam ambulans.
Sementara itu, Edgeworth masih
berusaha keras untuk turun. Ia tidak sengaja melihat ke bawah, dan itu
membuatnya menjadi pusing seketika.
Gulp…. Orang-orang dan Ibu terlihat seperti semut dari atas sini….Sedikit
lagi kau akan sampai di bawah, Edgeworth, sedikit lagi, tahan.. tahan….
Saat ia sampai di lantai 2, api
tiba-tiba keluar dari jendela yang ia jadikan tempat untuk bertumpu. Kaget,
Edgeworth melepaskan kedua tangannya dari pinggir jendela itu, dan ia terjun
bebas ke bawah.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!”
“MILES!!!!!!!!!!!!!!
ANAKKU!!!!!!!!!!”
“TUAN KEPALA JAKSA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Dan yang Edgeworth rasakan
selanjutnya adalah, sekujur tubuhnya terasa sakit semua, seakan habis dihajar
oleh ribuan orang, dan semuanya tiba-tiba berubah menjadi gelap.
To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar