BAB III
Dilema Edgeworth
Hari demi hari berlalu. Penyakit
arrhythmia Edgeworth tidak kunjung membaik meski ia sangat rajin check up ke
dokter, dan juga rajin meminum obatnya. Hampir setiap hari ia selalu merasakan
sakit dada, sekitar dua bahkan hingga tiga kali dalam sehari. Ia tidak boleh merasa
kaget sedikit pun. Kay selalu berada di sampingnya, dan dengan sabar mengawasi
kesehatannya. Tapi, meski Kay merawat dan mendampinginya dengan penuh cinta,
situasi ini tetap saja membuat Edgeworth merasa depresi. Ia merasa menjadi
beban bagi Kay.
Bagi Kay, Edgeworth bukanlah
beban. Ia mencintai Edgeworth apa adanya. Ia tidak peduli dengan penyakit
Edgeworth. Ia tidak peduli meski ia harus panik dan ketakutan setiap hari jika
sakit dada Edgeworth kambuh. Ia tidak peduli meski ia harus selalu mengingatkan
Edgeworth untuk meminum obatnya. Ia tidak peduli meski banyak orang yang
mengatakan bahwa Edgeworth adalah pria yang terlalu lemah untuknya. Yang ia
inginkan hanyalah, ia selalu ada untuk Edgeworth sampai Edgeworth sembuh total.
Ia ingin berjuang bersama Edgeworth untuk menghadapi penyakit Edgeworth. Ia
ingin membantu Edgeworth mengatasi depresi akibat penyakitnya. Ia tidak
menginginkan apapun selain itu.
September 9th, 2027
Los Angeles City Cinema
Studio Satu
Los Angeles City Cinema
Studio Satu
Edgeworth secara diam-diam
menggosok dan mencengkeram dadanya. Sesekali ia melirik ke arah Kay yang duduk
di sebelahnya. Kay tampak sangat menikmati film yang sedang mereka tonton,
sehingga ia tidak memperhatikan Edgeworth sama sekali.
Saat Kay memintanya menemani
menonton film “The Conjuring,” di bioskop, Edgeworth sebenarnya tahu betul kalau
ini bukan ide yang bagus. “The Conjuring” adalah film horror yang penuh dengan
adegan-adegan mengagetkan dan efek musik yang begitu kencang, yang tentunya
akan memicu sakit dadanya kambuh. Tapi ia tidak mau mengecewakan Kay lagi,
lagi, dan lagi, setelah Kay begitu sabar merawat dan mendampinginya. Maka
Edgeworth mengabulkan permintaan Kay. Sebagai akibatnya, sepanjang film dia
harus menahan rasa sakit yang luar biasa di dadanya dan mencengkeram dadanya
secara diam-diam.
Kemudian ketika adegan saat
karakter di film itu, “Valak” muncul lagi, dan musiknya sangat keras sehingga
membuat Edgeworth berteriak “AHN!—“ dengan kencang tanpa disadarinya. Dengan
cepat Kay menoleh ke arah Edgeworth. Bahkan di tengah gelapnya bioskop, Kay
bisa melihat jelas Edgeworth merunduk, mencengkeram dadanya dengan kencang, dan
keringat dingin menetes di dahinya.
“M-miles? Sakit dada kau kambuh
lagi?” bisik Kay.
“Tidak, Kay, dada aku cuma
gatal,” jawab Edgeworth.
“Miles! Jangan berbohong kepada
aku! Ayo kita pulang!”
Secara paksa Kay kemudian
mencengkeram tangan Edgeworth dan menyeretnya keluar dari studio. Saat mereka
berada di luar studio, Kay menyenderkan Edgeworth ke dinding, menghela nafas,
dan bertanya, “Miles, kenapa kau tidak bilang kepada aku kalau sakit dada kau
kambuh lagi?”
“Aku tidak mau mengecewakan kau,
Kay. Kau sudah berbuat terlalu banyak untuk aku, masa aku tidak bisa menemani
kau hanya untuk menonton film?”
Kay menggelengkan kepalanya.
“Miles. Kesehatan kau adalah yang paling penting untuk aku di dunia ini, tidak
yang lain. Aku bukan anak kecil, aku tidak akan kecewa dan marah kepada kau
hanya karena kau tidak bisa menemani aku untuk menonton film di bioskop. Lain
kali, tolong langsung bilang kepada aku kalau sakit dada kau kambuh. Maafkan
aku Miles, seharusnya aku tidak mengajak kau menonton film ini… Ayo kita
pulang.”
“Kay,” gumam Edgeworth. “Filmnya
bahkan belum selesai.”
“Tidak apa-apa, Miles. Ayo kita
pulang saja. Aku tak mau kau harus menahan sakit dada kau sepanjang film.”
Lagi. Lagi. Dan Lagi. Aku mengecewakannya dan gagal membuatnya senang. Pacar
macam apa aku ini? Untuk memberikan sesuatu sesimpel menemani kekasih aku di
bioskop saja, aku tak sanggup.
Kay…….mungkin benar yang orang-orang katakan.
Aku pria yang terlalu lemah untuk kau.
Kay……Aku mencintai kau. Tapi waktu kau terlalu berharga jika dihabiskan
hanya untuk mengkhawatirkan sakit dada aku.
Kay……. Mengapa kau begitu sabar? Mengapa kau begitu penuh pengertian
dan begitu penuh perhatian?
Seharusnya aku yang memberikan perhatian kepada kau, bukan sebaliknya.
Karena aku adalah seorang pria dan kau adalah seorang wanita.
Tuhan.
Di saat aku akhirnya menemukan cinta…. Di saat aku akhirnya menemukan
wanita yang tepat…. Hidup tetap kejam dan membenci aku.
September 14th, 2027
Apartemen Kay Faraday
Lantai Dasar
Apartemen Kay Faraday
Lantai Dasar
Hari itu adalah hari yang cukup
melelahkan bagi Kay maupun Edgeworth. Mereka baru saja pulang dari sidang
terdakwa bernama Hanson Jaal, seorang serial pembunuh yang sangat rapi dalam
merencanakan aksi-aksinya. Terdakwa itu hampir saja bebas di pengadilan jika
bukan karena Kay yang secara tiba-tiba mengeluarkan barang bukti kuat yang
tidak bisa dibantah Jaal. Sehingga akhirnya Jaal mengakui semua kejahatannya di
pengadilan.
“Kau lihat ekspresi Jaal saat aku
mengeluarkan buku hariannya itu secara tiba-tiba? Dia langsung kelihatan
seperti Mickey Mouse!” ucap Kay sambil terkikik geli.
Edgeworth tertawa kecil. “Ya,
ekspresinya sangat lucu. Kau luar biasa, Kay. Jika kau tidak pernah menemukan
buku harian itu, seorang serial pembunuh akan bebas dan tetap melancarkan
aksinya. Korban-korbannya akan bertambah banyak. Kau benar-benar luar biasa.”
“Miles, jangan berlebihan! Ini
semua juga berkat kau. Begitu banyak ilmu yang kau berikan kepada aku, Miles!
Kalau bukan karena kau, aku mungkin tidak akan pernah bisa berhasil menangani
kasus-kasus yang berat seperti ini!” ucap Kay sambil berjingkat dan mengecup
pipi Edgeworth.
“Yuk, kita ke lantai apartemen aku
sekarang, aku akan memasakkan makanan favorit kau, Miles! Steak domba!”
“Aku tidak sabar untuk
mencicipinya. Ayo.”
Mereka berdua kemudian memutar
langkah mereka menuju tangga. Akan tetapi, sesampainya di tangga, terdapat
papan peringatan:
Tangga sedang direnovasi. Untuk para penghuni apartemen, silahkan
gunakan lift.
Lift. Kay menelan ludah. Edgeworth
sangat takut kepada lift. Edgeworth juga tampak ketakutan saat membaca papan
peringatan itu. Selama beberapa detik, Kay dan Edgeworth saling berpandangan tanpa
berkata apapun, berdiri terpaku di depan papan peringatan itu. Sampai akhirnya
Edgeworth menghela nafas, memecah keheningan.
“Ayo.”
“Apa, Miles? Ayo apa?”
“Ayo, kita naik lift. Kalau kita
terus-terusan diam disini, kapan aku bisa mencicipi steak domba hasil masakan
kau?” ucap Edgeworth sambil memaksakan diri tersenyum. Kay ternganga
menatapnya.
“Tapi, Miles! Kau yakin??? Kau
benar-benar mau naik lift?”
“Ya, Kay. Tidak akan lama, bukan?
Paling hanya membutuhkan waktu 5 menit? Mungkin ini juga saatnya aku menghadapi
ketakutan aku.”
“Well…kalau begitu…baiklah. Ayo,
Miles.”
Mereka berdua kemudian berjalan
menuju lift, dan masuk ke dalam lift. Saat berada di dalam lift, Kay memiliki
firasat tak enak. Ia langsung mengamati Edgeworth baik-baik, yang sekarang wajahnya
sudah sepucat tembok.
“Kay, kenapa kau melihat aku
seperti itu? Aku baik-baik saja,” jawab Edgeworth.
Kay tidak menjawab. Ia kemudian
menekan tombol “Lantai 19” dan mereka menunggu sampai lift bergerak.
Selama beberapa detik, semua
sepertinya akan baik-baik saja. Sampai akhirnya lift tiba-tiba berhenti.
“Sudah sampai? Oh syukurlah,”
ucap Edgeworth.
Kay mengerutkan keningnya.
“Tidak, Miles. Ini baru sampai lantai 9.” ucap Kay. Kemudian matanya melebar
ketakutan. Lift tidak bergerak sama sekali. Pintu lift pun tidak terbuka. Jangan-jangan lift ini macet?
“K-kay,” ujar Edgeworth, mulai
terdengar ketakutan sekarang, “Kenapa liftnya tidak bergerak?? Kenapa pintu
liftnya tidak terbuka?” Tubuh Edgeworth mulai bergetar, nafasnya mulai
terdengar tidak beraturan dan cepat. Keringat dingin muncul di wajah dan
rambutnya. Edgeworth merapatkan badannya ke dinding lift. Lututnya bergetar
begitu hebat hingga ia merasa ia akan lumpuh seketika.
“Miles, tahan, aku akan panggil
bantuan!” seru Kay. Tidak, aku mohon
Tuhan, sakit dada Miles tidak boleh kambuh sekarang, tidak di dalam lift!
Dengan terengah-engah Kay mengeluarkan ponselnya dan menelepon nomor layanan
darurat apartemen. Rasanya lama sekali bagi Kay sebelum menerima jawaban dari
layanan darurat.
“Layanan darurat apartemen, ada
yang bisa saya bantu?” tanya sang operator.
“Ini Kay Faraday, penghuni lantai
19. Lift yang aku dan pacar aku naiki macet. Kami baru sampai di lantai 9 dan
setelah itu liftnya tidak bergerak lagi.”
“Baik, Miss Faraday. Terima kasih
banyak atas laporan anda. Kami akan segera mengirimkan teknisi. Mereka akan
tiba dalam 30 menit.”
“30 MENIT?!” teriak Kay
sejadi-jadinya, membuat sang operator terlonjak. “Tolonglah! Tidak bisa lebih
cepat?! Pacar aku menderita arrhythmia dan phobia terhadap lift, dia harus
segera keluar dari sini! Tolong!”
“Baik, Miss Faraday. Kami akan
berusaha mengirimkan teknisi kesana secepat mungkin.” Baru saja Kay hendak
menutup teleponnya, Kay dikagetkan dengan suara “DUK” yang cukup keras.
Edgeworth telah jatuh berlutut ke lantai. Badannya bergetar lebih hebat dari
sebelumnya. Seluruh wajahnya sudah sangat basah oleh keringat dingin sekarang.
Ia mencengkeram dadanya dan nafasnya terdengar terputus-putus dan tidak
beraturan. Kay langsung berlutut di sebelah Edgeworth.
“Miles! Bertahanlah! Mereka akan
segera mengirimkan teknisi, Miles. Miles, obat kau? Dimana obat kau? Kau
membawanya, kan?” seru Kay. Edgeworth menggelengkan kepalanya dengan lemah.
“Aku meninggalkannya di apartemen
kau sebelum kita berangkat ke pengadilan tadi.”
Kay menjerit tertahan. Ia kemudian dengan susah payah membaringkan
Edgeworth di pangkuannya. Mereka terjebak di dalam lift yang macet, entah
berapa lama lagi teknisi akan datang, sakit dada Edgeworth kambuh lagi, dan
obat Edgeworth tertinggal di apartemennya. Apa yang lebih buruk dari ini?
“Miles, tetaplah bangun, kumohon,
kau tak boleh pingsan,” isak Kay. Bagaimana
caranya agar Miles tetap bangun dan tidak kolaps? Akan sangat berbahaya jika ia
kolaps sekarang…. Ia bisa meninggal.. Oh Tuhan, lindungi kami!
“M-miles, apa kau senang
mendengarkan lagu?”
“Y-ya, Kay.”
“Coba ingatkan aku, apa saja
lagu-lagu favorit kau?”
“Y-you’re still th-the one,
Shania Twain… 7-years, L-lukas Graham…”
“Baiklah. Aku akan menyanyikannya
untuk kau. Kau dengarkan dan ikut bernyanyi bersama aku, oke Miles?”
“O-okay, K-kay.”
“Oke, aku akan menyanyikan lagu
pertama dulu…. You’re Still The One….”
“Looks like we made it
Look how far we’ve come, my baby
We mighta took the long way
We knew we’d get there someday
“Ayo Miles, teruskan… teruskan
liriknya..” bisik Kay.
Dengan suara parau, Edgeworth berusaha
melanjutkan bernyanyi.
“Th-they said, “I-I’ll b-bet, th-they’ll n-never m-make i-it
B-but just look a-at u-us holding on
W-we’re still t-together, s-still g-going strong
“You’re still the one I run to. The one that I belong to.. You’re still
the one I want for life. You’re still the one that I love. The only I dream of.
You’re still the one I kiss good night. Apakah liriknya benar, Miles?”
Edgeworth mengangguk lemah. Pandangannya
sekarang menjadi kabur, dan ia hampir kehilangan kesadarannya. Kay, yang
menyadari Edgeworth hampir kolaps, langsung mengguncang badan Edgeworth.
“Ayo, lanjutkan lagi, Miles, teruskan
liriknya. Bukankah masih ada lanjutan liriknya? Tetap sadar, Miles, aku mohon…”
Edgeworth mengangguk lemah lagi,
dan mencoba bernyanyi kembali.
“A-aint n-nothing better..
W-we b-beat the odds together…
I’m glad w-we didn’t l-listen
L-look at w-what would be missing…
“They said, ‘I bet they’ll never
make it.’ But just look at us holding on…”
“W-we’re st-ill t-together s-still g-going s-strong..”
Pintu lift kemudian diketuk.
“Miss Faraday, ini kami para
teknisi. Anda baik-baik saja di dalam?”
Kay benar-benar merasa jengkel
sekarang. Aku terjebak di dalam lift yang
macet dan pacar aku hampir saja kolaps! Bagaimana mungkin mereka masih bisa
bertanya apa aku baik-baik saja? Gerutunya kesal.
“Aku baik-baik saja, tapi pacar
aku tidak! Tolong cepat, dia hampir kolaps!” teriak Kay.
“Baik, Miss Faraday! Kami akan
segera memperbaiki liftnya, jangan khawatir!”
Sementara menunggu para teknisi
memperbaiki lift, Kay terus menyanyikan reff lagu You’re Still The One untuk
menjaga agar Edgeworth tetap sadar. Akhirnya, setelah menunggu selama hampir 15
menit, lift bergerak lagi dan akhirnya mereka sampai di lantai 19.
Tanpa membuang banyak waktu Kay
memapah Edgeworth yang sudah sangat lemas keluar dari lift dan membawanya
memasuki apartemennya. Tepat saat mereka berdua baru saja masuk ke dalam apartemen
Kay, Edgeworth muntah banyak sekali, membuat karpet yang ada di apartemen langsung
kotor seketika. Dengan cepat Kay membaringkan Edgeworth di sofa dan membantu
Edgeworth melepaskan kemeja dan cravatnya yang sudah sangat kotor akibat bekas
muntahannya.
“Kay……” bisik Edgeworth lemas,
“Maaf, sungguh, aku tidak bermaksud..”
“Ssh! Diam, Miles! Tidak apa-apa!
Sebentar, aku akan ambilkan obat kau dulu sebelum aku membersihkan badan kau,”
bisik Kay. Setengah berlari, Kay membongkar koper yang Edgeworth tinggalkan,
mengambil obat Edgeworth, dan membantu Edgeworth menelan obatnya. Setelah
selesai meminum obatnya, Edgeworth mengerjap beberapa kali. Pandangannya tidak
kabur dan badannya tidak terasa lemas lagi. Kay kemudian mengambil handuk,
menuangkan air ke handuknya, dan mengelap badan Edgeworth.
“Tunggu Miles, aku akan
mencarikan baju handuk untuk kau, kau tidak boleh telanjang dada dan
kedinginan,” ucap Kay setelah selesai membersihkan badan Edgeworth. Kemudian ia
membongkar pakaian lemarinya, mengambil baju handuk, dan mengalungkan baju
handuknya yang lumayan kecil ke badan Edgeworth.
Edgeworth meremas rambutnya. Ia
merasa putus asa sekali.
“Kay. Aku sungguh minta maaf. Aku
sakit hampir tiap hari. Aku selalu membuat kau ketakutan dan khawatir. Aku
selalu merepotkan kau. Aku membuat kau menjadi perawat aku daripada pacar aku.”
Kay menekankan jari telunjuknya
ke bibir Edgeworth. “Shh. Diam, Miles. Aku tidak pernah merasa kerepotan
merawat kau. Aku sangat mencintai kau, Miles. Untuk itulah aku ada untuk kau,
Miles. Aku sangat beruntung memiliki kau, Miles.”
“Aku yang justru sangat beruntung
memiliki kau, Kay,” gumam Edgeworth sambil meraih tangan Kay dan menciumnya.
“Bagaimana caranya aku berterima kasih kepada kau? Bagaimana caranya aku bisa
membalas semua kebaikan dan kesabaran kau, Kay?”
“Gampang saja. Sangat mudah,
Miles. Kau harus sembuh total dari penyakit kau. Kau berjanji kepada aku,
Miles?”
Edgeworth mengangkat sebelah
tangannya. “Aku bersumpah, aku berjanji, Yang Mulia.”
Kay tersenyum. “Baiklah, terdakwa
Miles Edgeworth. Sekarang, duduk manis disini dan jadilah anak baik. Aku akan
memasak steak domba kesukaan kau.”
“Aku tidak sabar mencicipi dan
menjatuhkan vonis kepada masakan kau, Yang Mulia.”
Kay bangkit, mengecup pipi
Edgeworth sekali lagi, dan berjalan ke dapur. Sementara Kay memasak, Edgeworth
membaca buku. Meski begitu, ia tidak bisa berkonsentrasi. Pikirannya kembali
dipenuhi kegalauan.
Ini benar-benar memalukan. Sangat memalukan. Seharusnya aku yang
membelai rambutnya di atas pangkuan aku. Seharusnya aku yang menenangkan dia
dan menghiburnya, bukan sebaliknya. Kenapa aku lemah sekali menjadi seorang
pria? Aku takut kepada lift. Jantung aku tidak berdetak dengan normal. Aku tak
kuat menemani Kay untuk menonton di bioskop. Aku tidak kuat menemani Kay di
taman hiburan. Aku tidak kuat melakukan seks bersama Kay. Tempat kami berkencan
adalah rumah sakit dan dokter. Dan sekarang dengan tidak tahu diri aku
mengotori apartemennya.
Aku tidak pernah memberikan apa-apa kepada Kay selain keluhan sakit
dada dan kekhawatiran.
Aku tidak pantas untuk Kay. Dia adalah wanita yang begitu tangguh. Dan
aku?
Bahkan tidak bisa masuk ke dalam lift dengan lutut dan tubuh tidak
bergetar.
Kay. Kau pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dan lebih kuat
dari aku.
Pria yang melindungi kau. Membuat kau bahagia. Membuat kau tertawa.
Bukan pria yang harus minum obat setiap dua jam sekali seperti aku.
Sampai kapan hubungan macam ini harus terus berlanjut?
“Taraaa!” ucap Kay sambil
melompat keluar dari dapur. “Kay Faraday mempersembahkan, steak domba ala chef
Faraday yang akan membuat lidah anda seperti berada di surga, Miles Edgeworth!
Ayo, Mr. Chief Prosecutor, saatnya makan!” Kay kemudian menaruh dua piring
steak domba yang dimasaknya ke meja makan. Ia dan Edgeworth kemudian duduk dan
mulai makan.
“Jadi, bagaimana vonis anda, Tuan Kepala Jaksa?”
Edgeworth tersenyum lebar. “Ini
makanan terlezat yang pernah aku makan selama hidup aku, Nona Faraday. Dan aku
akan memberikan hukuman kepada anda karena telah memasak makanan selezat ini.”
Edgeworth bangkit dari kursinya, mengambil sendoknya, dan bermaksud menyuapi
Kay.
“H-hey!” seru Kay. “Tunggu dulu, Tuan Kepala Jaksa! Jaksa ini keberatan!”
“Dan apa yang membuat anda
keberatan, Miss Faraday?”
“Aku bisa makan sendiri! Aku
bukan seorang bayi!” protes Kay.
“Kau tetap memaksa untuk menyuapi
aku saat di rumah sakit. Sekarang saatnya pembalasan.”
“Itu berbeda! Kau sedang sakit
dan tidak mungkin makan sendiri! H-hey! Tuan Kepala Jaksa! I will held you
for contempt of court!” seru Kay sambil berusaha menghindar dan mencegah
Edgeworth menyuapinya. Sebagai hasilnya, sendok yang dipegang oleh Edgeworth
tepat mengenai wajah Kay. Wajah Kay menjadi penuh dengan bumbu steak domba yang
dimasaknya sekarang. Edgeworth tertawa terbahak-bahak.
“Lihat pembalasan aku, Mr. Chief
Prosecutor!” seru Kay, kemudian ia mengambil sesendok bumbu steak domba dari
piringnya, kemudian mengoleskannya ke wajah dan hidung Edgeworth.
“Hey! Kau curang, Miss Faraday! Kau
tidak memberi tanda!”
“Skor kita satu sama, kalau
begitu!”
Mereka berdua tertawa
terbahak-bahak. Sudah lama sekali bagi Edgeworth sejak terakhir kali ia bisa
tertawa lepas seperti ini. Hanya dua orang yang bisa membuatnya tersenyum dan
tertawa lepas. Pertama adalah Wright, dengan kelakuan ajaibnya di pengadilan.
Dan kedua adalah Kay.
Setelah mencuci wajah mereka, Kay
dan Edgeworth melanjutkan makan. Edgeworth kemudian tidak sengaja menyenggol
sesuatu yang tergeletak di atas meja. Ia kemudian mengambil benda yang jatuh ke
lantai itu. Ternyata sebuah kalung berwarna abu-abu metalik yang sangat indah.
“Kay, apa kalung ini milik kau?”
Kay yang sedang ayik makan
steaknya, mendongak.
“Ya, Miles. Itu kalung pemberian
Ayah sebagai hadiah ulang tahun aku yang ke-10. Ayah memberikannya empat hari
sebelum ia dibunuh di pengadilan.”
Edgeworth menatap Kay dengan
heran. Bagaimana mungkin dia bisa
mengatakan itu semua dengan muka datar tentang kado terakhir yang diberikan almarhum
ayahnya?
“Kenapa kau menyimpannya
sembarangan, Kay? Ini hadiah terakhir dari ayah kau, seharusnya kau
menyimpannya baik-baik.”
“Karena…….karena melihat benda
itu hanya membuat aku sedih dan teringat akan kenangan Ayah, Miles. Miles, kalung
itu untuk kau saja.”
Edgeworth tercengang. “Kay,
terima kasih banyak atas tawarannya, tapi tidak, aku tidak bisa menerimanya.
Ini peninggalan ayah kau, Kay. Simpanlah dengan baik.”
“Aku memaksa. Simpan saja kalung
itu, Miles. Kalung itu bisa dibuka, di dalamnya ada tempat untuk menaruh foto. Kau
bisa menyimpan foto kita berdua di dalam kalung itu.”
“Kay, tapi….”
“Sush! Sebentar, aku akan
mengambil foto kita berdua untuk kau simpan di kalung itu.” Kemudian ia bangkit
dari kursinya, mengambil foto ia bersama Edgeworth yang diambil beberapa hari
lalu, dan menaruh foto itu ke dalam kalung.
“Ini, Miles. Selesai.” ucap Kay.
“Pakailah.”
“Kay, tapi…….”
“Diam, Tuan Kepala Jaksa. Aku
memaksa.” Kemudian Kay mengalungkan kalung peninggalan ayahnya itu ke leher
Edgeworth. “Berjanjilah untuk tidak pernah melepaskan kalung ini, kalau tidak
nanti aku curi semua koleksi Steel-Samurai kau dan akan aku lelang dengan murah
di eBay dan Amazon.”
“Oke, oke, lagi-lagi aku kalah
dengan kau. Aku berjanji aku tidak akan melepaskannya.”
Kay kemudian mengalungkan lengannya di leher Edgeworth, dan menciumnya dengan lapar.
"Kau adalah anak yang baik, Tuan Kepala Jaksa."
October 5th, 2027
Hotel Gatewater
Hotel Gatewater
Hari ini adalah hari ulang tahun
Kay yang ke-26. Edgeworth bertekad untuk memberikan pesta ulang tahun terbaik
untuk kekasihnya itu. Dibantu oleh Phoenix, Lang, Franziska, Maya, Pearl, dan
Trucy, Edgeworth bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu untuk ulang tahun
Kay. Ia menjadi sangat kritis sekali jika ada dekorasi yang salah sedikit atau
tidak berkenan di hatinya. Ia ingin ulang tahun yang sempurna untuk Kay. Ia
ingin membahagiakan kekasihnya itu setelah begitu sabar merawatnya dan setelah
memberikan begitu banyak ketakutan dan kekhawatiran untuk Kay.
“Wright, balon itu miring
sedikit. Dan warnanya tidak cocok jika disatukan dengan warna hijau.”
“Baiklah, baiklah, Edgeworth. Astaga, kau
cerewet sekali hari ini.”
Edgeworth mendelik. “Hari ini
adalah hari ulang tahun pacar aku. Tidak salah kan kalau aku ingin segalanya
sempurna?”
Maya, Pearl, dan Franziska
kemudian muncul dan mendorong sebuah kue ulang tahun besar ke dalam ruangan. Kue
itu berwarna pink, warna favorit Kay, dengan taburan ceri dan krim di pinggirnya,
dan sebuah lilin dengan bentuk angka 26. Di atas kue, terdapat tulisan “Happy birthday, Kay Faraday, from the love
of your life, Miles Edgeworth,” yang ditulis dengan krim gula berwarna
hijau.
“Nah, ini kuenya, Mr. Edgeworth! Bagaimana
? Aku, Trucy, Pearl, dan Franziska bekerja keras membuat kue ini! Kami hampir
tidak tidur semalaman!” ujar Maya.
“Ini bagus sekali, Maya. Terima
kasih banyak.”
“Oke, dekor yang terakhir…. Semua
selesai!” ucap Lang sambil menaruh huruf balon yang terakhir. “Bagaimana,
Edgey-boy? Kau puas dengan dekorasinya?”
Edgeworth memandang berkeliling. Meja
dan kursi untuk para tamu undangan sudah diatur dengan rapi, dinding sudah
didekorasi dengan ornament balon yang bertuliskan “HAPPY 26th
BIRTHDAY, KAY FARADAY.” Panggung tempat para band akan memainkan musik juga
sudah ditata dengan rapi. Edgeworth mengangguk puas.
“Kerja yang sangat bagus sekali,
guys! Terima kasih banyak. Sekarang aku akan jemput Kay dan ingat untuk
bersembunyi di bawah meja bersama para tamu undangan.”
“Baik, Edgey. Hati-hati di
jalan.”
Edgeworth kemudian berjalan
menuju mobilnya, mulai menyetir mobilnya, dan berangkat menuju apartemen Kay. Sesampainya
di apartemen Kay, Kay sudah menunggu di depan pintu. Kay kemudian masuk ke
dalam mobil.
“Selamat ulang tahun, Kay.” ucap
Edgeworth sambil mengecup kepala Kay. “Semoga panjang umur, sehat selalu,
semakin dewasa, dan semakin cantik. I love you.”
Kay balas mengecup bibir
Edgeworth. “Terima kasih banyak, Miles. I love you too. So much. Kita mau pergi
kemana?”
“Kau akan lihat sendiri.”
Edgeworth menyetir mobilnya menuju
Gatewater Hotel lagi. Sesampainya di Gatewater Hotel, Edgeworth menutup Kay
dengan kedua tangannya dan menuntun Kay turun dari mobil. Kay merasa bingung
dan gugup. Apa ia menyiapkan kejutan
untuk aku? Kejutan macam apakah yang akan ia berikan?
Ketika sampai di dalam, Phoenix,
Maya, Franziska, Lang, Trucy, Pearl, beserta para tamu undangan melompat keluar
dari meja, dan berteriak, “KEJUTAN!!!! SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-26, NONA JAKSA KAY FARADAY! SEMOGA PANJANG UMUR DAN MENJADI JAKSA PENUNTUT TERBAIK DI
NEGERI INI!”
Edgeworth menurunkan tangannya
dari mata Kay dan Kay langsung tercengang melihat apa yang ada di hadapannya. Semua
teman-temannya dan kerabatnya, seperti Phoenix, Maya, Franziska, Lang, Trucy,
Pearl, Detective Gumshoe, Uncle Badd, Uncle Ray, teman-teman sekolahnya,
teman-teman kuliahnya, semua berkumpul di ruangan itu. Kay memandang
berkeliling lagi, dan melihat dekorasi ruangan yang sangat indah. Sebelumnya,
tidak pernah ada orang yang mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untuknya.
Saat ayahnya masih hidup, ia hanya memberikan Kay hadiah saat Kay berulang
tahun, tapi tidak pernah mengadakan sebuah pesta. Ia merasa sangat terharu dan
kehilangan kata-kata.
“Selamat ulang tahun sekali lagi,
Kay. Apa kau suka kejutan dari aku? Kalau kau tidak menyukainya, tidak apa-apa,
Kay,” ucap Edgeworth dengan malu.
“Apa kau gila?!” seru Kay. “Ini
luar biasa, Miles! Oh, Miles! Terima kasih banyak!”
“Ayo, potong kuenya, Kay!” ucap
Maya sambil mendorong kue ulang tahun yang telah dibuatnya ke depan Kay. “Ayo,
semuanya, nyanyikan selamat ulang tahun untuk Kay! Tuan Edgeworth, nyalakan
lilinnya!”
Phoenix kemudian menyerahkan
sebuah korek api ke Edgeworth dan Edgeworth menyalakan lilin yang terpasang di
atas kue. Para tamu kemudian menyanyikan “happy birthday to you, happy birthday
to you, Kay Faraday….” Secara bersamaan.
“Make a wish, Kay!” seru Lang. Kay
menutup matanya. Make a wish…. Yeah… Aku
ingin Edgeworth sembuh total dari penyakitnya dan ia tidak merasakan sakit dada
lagi sepanjang hidupnya. Setelah selesai mengucapkan keinginan terbesar
dalam hidupnya di dalam hati, Kay kembali membuka matanya, dan meniup lilinnya.
Para undangan bertepuk tangan.
“Sekarang potong kuenya dan bagi
kuenya bersama kami, Kay!” seru Uncle Ray, membuat ruangan itu langsung
dipenuhi gelak tawa. Edgeworth kemudian menaruh tangannya di atas tangan Kay,
dan membantu Kay memotong kue itu. Ia kemudian menyuapi Kay sepotong besar kue.
Kay menelan kuenya dengan cepat, kemudian memeluk Edgeworth dengan erat dan
langsung mencium bibir Edgeworth. Para tamu undangan bertepuk tangan lagi.
“Ahh..mereka manis sekali… Aku
tidak menyangka Paman Miles bisa begitu manis terhadap pacarnya, tidak seperti
Daddy!” ujar Trucy tiba-tiba. Phoenix melotot ke arah putri adopsinya itu.
“Dan apa itu maksudnya, Trucy?”
“Trucy benar, Mr. Nick! Kau
selalu lupa ulang tahun Mystic Maya kalau tidak kami ingatkan! Ingat terakhir
kali Mystic Maya ulang tahun, kau malah memberinya hadiah mainan bebek karet?”
timpal Pearl. Seluruh ruangan kembali dipenuhi gelak tawa. Wajah Phoenix
langsung merah padam.
“Pearl, tidak baik membuka aib
Nick di depan banyak orang! Yang penting Nick mencintai aku, dan itu lebih dari
cukup bagi aku.”
Para tamu undangan kemudian
duduk, dan menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah semua makanan
habis, MC melompat ke panggung untuk mengumumkan acara selanjutnya.
“Nah, setelah perut kita semua
kenyang, hadirin sekalian, saya persembahkan, yang sudah kita tunggu-tunggu
dari tadi, The Gavinners!”
“THE GAVINNERS?” teriak Kay. “Kau
mengundang The Gavinners, Miles? Oh, Miles, I love you, I love you, I LOVE
YOU!” Kay menyerang mulut Edgeworth lagi. Wajah Edgeworth langsung berubah
menjadi merah padam.
“Ini bukan apa-apa, Kay,
sungguh,” gumam Edgeworth saat mereka telah melepaskan ciuman mereka.
“Guten Tag, para tamu undangan! Pertama-tama,
saya ingin ucapkan alles gute zum geburstag untuk gadis yang berulang tahun, Kay
Faraday! Semoga panjang umur, sehat selalu, sukses untuk karirnya,dan semoga
langgeng dengan Herr Edgeworth hingga maut memisahkan kalian berdua. Now…
achtung, baby! It’s time for music!”
Klavier menyanyikan lagu pertama,
“The Guitar Serenade.” Para tamu undangan kemudian bangkit dari kursi mereka
dan berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Phoenix dengan Maya, Lang
dengan Franziska, Trucy dengan Pearl, dan yang membuat semua orang tertawa,
Uncle Badd berdansa dengan Uncle Ray.
“Ayo kita berdansa juga, Miles!”
“Your wish is my command, Your
Honor.”
Edgeworth dan Kay bangkit dari
kursi mereka, dan mulai berdansa. Edgeworth tidak pernah berdansa sebelumnya.
Dengan kikuk ia mengikuti gerakan Kay. Edgeworth cukup terkejut melihat Kay
yang ternyata cukup mahir berdansa. Beberapa kali kaki Edgeworth menginjak kaki
Kay, membuat Kay terkikik tertahan melihat ekspresi malu di wajah Edgeworth.
“Ahh… musik yang pelan dan
menenangkan… sangat menyenangkan. Bagaimana kalau selanjutnya, kita mainkan
yang lebih keras? ARE YOU READY TO ROCK? Lagu
kedua, The Gavinners mempersembahkan, “Guilty Love!”
Begitu lagu kedua dimainkan, para
tamu berdansa dengan lebih cepat dan tidak beraturan. Kay ikut melompat-lompat
mengikuti irama musik rock yang keras itu. Edgeworth dengan salah tingkah
berusaha mengikuti gerakan tubuh Kay. Tapi tiba-tiba…
DEG.
Sakit dadanya kambuh lagi.
Oh, tidak. Jangan sekarang. Tahan, Edgeworth. Tahan. Kau tidak boleh
menghancurkan pesta ulang tahun Kay.
Lebih baik aku mencuri waktu ke kamar mandi sebentar untuk meminum obat
dan..
Kemudian Edgeworth teringat kalau
ia lagi-lagi lupa membawa obatnya.
Bagus! Bagus sekali! Tidak ada obat. Sakit dada aku kambuh lagi.
Nggghhh!! Tahan, Edgeworth…….kau pasti bisa menahannya…Kau tidak boleh membuat
Kay ketakutan dan harus merawat kau lagi… Tidak di hari spesialnya..
Kay yang tadinya asyik menari
mengikuti irama musik The Gavinners, langsung teralihkan saat melihat wajah
Edgeworth yang sekarang pucat pasi dan keringat dingin mulai muncul di
wajahnya. Kay memperhatikan Edgeworth dengan seksama, dan melihat Edgeworth
berdansa dengan gerakan kaku seperti kesakitan, Kay mengerti apa yang sedang
terjadi.
“Miles? Sakit dada kau kambuh
lagi, ya?” panggil Kay pelan.
Edgeworth mendongak ke arah Kay, menahan
diri untuk tidak mencengkeram dadanya, dan menggelengkan kepalanya. “Tidak,
Kay. Aku baik-baik saja.”
Kay tahu betul kalau Edgeworth
berbohong. “Obat kau? Dimana obat kau?”
“Aku baik-baik saja, Kay.”
Dahi Kay berkerut. “Apa kau lupa
membawa obat kau lagi, Miles?”
“Kay, sungguh, aku tidak
apa-apa.”
Kay benar-benar merasa jengkel
sekarang. Bagaimana mungkin ia masih bisa
berkata bahwa ia baik-baik saja, sedangkan kelihatan jelas kalau ia menahan
rasa sakit! Kay kemudian mencengkeram bahu Edgeworth dengan kencang.
“Tidak, kau tidak baik-baik saja!
Kau tidak bisa menyembunyikannya dari aku, Miles! Sakit dada kau kambuh lagi,
kan? Kenapa kau terus-terusan lupa membawa obat kau?! Kau tahu hidup kau
bergantung pada obat-obatan itu—“
Sebelum Edgeworth bisa menahan
diri, ia akhirnya berteriak dengan kencang.
“KAY! CUKUP!” teriak Edgeworth. “AKU
BAIK-BAIK SAJA! AKU TIDAK BUTUH OBAT-OBATAN SIALAN ITU!”
Sunyi. The Gavinner berhenti
memainkan musik mereka, dan para tamu berhenti berdansa. Semua mata sekarang
tertuju kepada Edgeworth dan Kay. Kay memandang Edgeworth dengan tidak percaya.Sama
sekali tidak pernah terpikir di benaknya kalau Edgeworth tega membentaknya di
hadapan banyak orang, dan di hari ulang tahunnya.
“Aku…maafkan aku…” gumam
Edgeworth, kemudian sambil mencengkeram dadanya, Edgeworth berlari keluar
menuju mobilnya.
“MILES! TUNGGU!” seru Kay,
kemudian ikut berlari keluar mengejar Edgeworth.
Kay berhasil mengejar Edgeworth.
Dengan mata berlinang, Kay mencengkeram lengan Edgeworth yang baru saja hendak
masuk ke dalam mobilnya.
“Miles, sebenarnya kau ini
kenapa?? Aku hanya khawatir dengan kau!”
“Tinggalkan aku sendiri, Kay!”
“Tidak sebelum kau menjawab
pertanyaan aku! Kenapa kau begitu dingin, Miles? Kenapa? Aku hanya ingin
membantu kau melawan penyakit kau! Bukan salah aku kalau jantung kau tidak
berdetak dengan normal dan kau harus bergantung pada obat-obatan!”
“Kay. Hanya. Tinggalkan aku.
Sendiri.”
“Tidak, tidak! Bagaimana mungkin
aku meninggalkan kau sementara penyakit kau sedang kambuh?! Miles, kenapa kau
selalu bersikap seakan-akan kau adalah beban bagi aku dan kau tidak cukup baik
bagi aku?”
“Karena itu memang benar, Kay!”
seru Edgeworth sambil menggertakkan giginya. “Aku terlalu lemah untuk kau. Kau
pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari aku! Yang bisa melindungi
kau, yang tidak membuat kau ketakutan dengan sakit dada yang kambuh tiap hari!”
“Tapi aku tidak peduli!! Aku
tidak peduli bahkan jika kau sakit kanker, diabetes, TBC, pneumonia, aku sama
sekali tidak peduli, Miles! Karena aku mencintai kau apa adanya!”
“Dan aku tidak mau menjadi beban
kau terus-terusan, Kay! Kau pantas mendapatkan pria yang jauh lebih muda dan
lebih sehat daripada aku. Lupakan hubungan kita. Ini semua untuk kebaikan kau. Selamat
tinggal, Kay.” Edgeworth kemudian masuk ke dalam mobilnya, dan meninggalkan Kay
dengan wajah yang basah dipenuhi oleh air mata.
October 5th, 2027
Rumah Miles Edgeworth
Edgeworth masuk dengan
terburu-buru ke dalam rumahnya, mencari obatnya, kemudian meminumnya. Ia
kemudian duduk di lantai dan mencengkeram rambutnya. Ia sudah menghancurkan
pesta ulang tahun Kay. Ia tahu, tindakannya sangat egois dan kejam. Tidak
seharusnya ia mengucapkan kata-kata seperti itu di hari spesial Kay. Ia seharusnya
membuat Kay menjadi wanita paling bahagia di hari ulang tahunnya.
Ia sebenarnya tidak marah kepada
Kay. Ia marah kepada dirinya sendiri. Ia marah kepada penyakitnya. Ia marah
karena lagi-lagi harus menunjukkan kelemahan di depan Kay. Di hari ulang
tahunnya. Ia marah dan tidak bisa menerima kalau ia jauh lebih lemah dari Kay.
Matanya terasa panas oleh air
mata sekarang. Ia kemudian melepaskan kalung yang diberikan Kay dari lehernya,
dan meremas kalungnya dengan kencang.
Ia lalu mengambil sebotol wine
dari lemari dapur, dan mulai minum untuk melupakan segala-galanya.
Dia adalah Miles Edgeworth. Dia
adalah seorang Kepala Jaksa. Dia dikagumi banyak orang. Dia menjadi prosecutor
di usia 20, di saat anak muda seusianya masih bergelut dengan dunia kuliah. Dia
adalah pria yang menikah dengan pekerjaannya.
Dan disinilah ia sekarang,
menangis di atas tempat tidurnya dengan meminum sebotol wine, akibat penyakit
yang membuat jarak antara ia dan wanita yang dicintainya.
Sebenarnya, aku tidak ingin lari. Aku tidak mau mengabaikan Kay. Tapi
aku tidak tahan dengan semua beban ini… Aku tidak mengerti.
Tidak bisakah aku merasakan kebahagiaan, sekali saja dalam hidup aku?
Ibunya meninggalkannya saat ia
masih berusia 5 tahun. Dia melihat ayahnya ditembak di depan mata kepalanya
sendiri saat ia masih berusia 9 tahun. Pria yang ia pikir adalah pengganti
ayahnya ternyata adalah seorang iblis yang membuatnya kehilangan ayahnya. Dan,
sekarang, saat ia akhirnya menemukan cinta, ketika dia menemukan wanita yang
tepat… Dia harus kena penyakit yang membuatnya tidak bisa memberikan hal yang
indah untuk sang kekasih.
Dia bernama Miles Edgeworth, dan
hidup selalu menyiksanya, bahkan dalam kehidupan cintanya.
Hidup selalu menyakitkan baginya,
dalam setiap kata.
October 5th, 2027
Apartemen Kay Faraday
Apartemen Kay Faraday
Hari sudah hampir tengah malam,
dan Kay masih menangis di pelukan Maya. Tanpa lelah Maya terus membelai punggung
dan kepala Kay, berusaha membuatnya merasa lebih baik. Hari itu seharusnya
adalah hari yang bahagia. Seharusnya ia memeluk Edgeworth sekarang, bukan
dipeluk oleh Maya. Seharusnya ia merasa sebagai wanita yang sangat beruntung
hari itu.
“Jesus Christ, Kay, berhentilah
menangis. Kau sudah menangis selama hampir 5 jam. Aku nanti akan meninju wajah
Edgeworth dan berteriak di depan wajahnya betapa tindakannya itu sangat
tolol,--“
“NICK!” seru Maya sambil menyenggol
perut Nick dengan sikunya.
“Ow! Tapi memang benar kan,
tindakannya itu benar-benar bodoh, ia merasa menjadi beban kau karena
penyakitnya? Oh, ayolah..”
“Aku hanya ingin membantunya
melawan penyakitnya! Aku tak percaya ia mencampakkan aku hanya karena ia sakit…
Ia sama sekali tidak mengerti kalau aku tidak peduli dengan penyakitnya… Karena
aku mencintainya… Tapi ia terus-terusan berpikir kalau ia terlalu lemah untuk aku…”
ucap Kay tercekat di tengah-tengah tangisannya.
“Maya, tapi Phoenix Wright benar.
Adik kecilku itu memang bodoh, Kay. Apalagi yang ia cari? Kau merawat dia
dengan sangat baik dan tidak pernah mengeluh. Dan apa yang ia balas kepada kau?
Dia ingin putus dengan kau hanya karena dia pikir dia terlalu lemah untuk kau?
Itu alasan paling tolol yang pernah aku dengar dalam sebuah hubungan dalam
seluruh hidup aku.” ucap Franziska sambil menyerahkan segelas teh ke tangan
Kay. “Ini, Kay. Minumlah agar kau merasa lebih baik.”
“T-terima kasih, Franziska.”
“Mungkin kalian hanya butuh break
untuk sementara waktu, Kay. Tenangkan pikiran kalian berdua dulu, setelah itu
cobalah untuk berkomunikasi lagi. Edgey-boy memang kadang terlalu memandang
rendah dirinya sendiri, yang sebenarnya sama sekali tidak perlu ia lakukan.”
Sambung Lang. “Ini, Kay. Hapus air mata kau.”
Kay mengambil tisu pemberian Lang dan mengelap wajahnya yang
basah. “Thanks, guys. Mungkin kalian benar. Mungkin aku harus move on sementara
dari Miles.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar