Selasa, 04 April 2017

Aku Akan Selalu Berada di Samping Kau (Ace Attorney Fanfiction)

Note: Cerita ini adalah sebuah fanfiction dari game Nintendo DS, Ace Attorney (Gyakuten Saiban) jadi mungkin untuk memahami sebagian yang terjadi dalam cerita ini, pembaca harus main gamenya terlebih dahulu. Versi Inggris dari fanfiction ini bisa dibaca disini :) https://www.fanfiction.net/s/12329147/1/I-Will-Always-Here-For-You

Rating: T (Teen) untuk sedikit konten seksual dan ketergantungan kepada obat-obatan.

Sinopsis: Miles Edgeworth, seorang Kepala Jaksa di Los Angeles, Amerika,  yang sangat tampan, tidak pernah tertarik pada wanita manapun. Sampai akhirnya, mantan asistennya, Kay Faraday, yang sudah lama menghilang dari kehidupannya selama 8 tahun, muncul kembali dan menjadi asistennya. Mereka pun saling jatuh cinta. Awalnya, hubungan mereka sangat mulus, sampai akhirnya Edgeworth didianogsa menderita aritmia (kelainan jantung), dan membuatnya dihadapkan dua pilihan yang sulit: mempertahankan hubungannya atau menghentikan hubungannya demi kebaikan mereka berdua.

BAB I

Sang Gadis yang Mencuri Hatinya

October 8th, 2026
Kantor Kepala Jaksa
18.00
Miles Edgeworth menghela nafas, menggosok dahinya, dan meminum tehnya. Ia merasa sangat lelah setelah menjalani hari yang cukup panjang di kantornya. Ia memandang telepon genggamnya sesekali dengan penuh harap, sambil menuang dan meminum tehnya. Beberapa saat kemudian, telepon genggamnya berbunyi, dan tiga buah pesan masuk. Edgeworth mengambil telepon genggamnya dan membaca satu demi satu pesan yang masuk. Ia membaca pesan pertama dari Phoenix Wright, sahabat karibnya sejak SD:

“Maaf Edgey, aku tidak bisa, aku sudah berjanji kepada Maya akan menemaninya membelikan hadiah untuk ulang tahun Pearls. Mungkin lain kali, oke?”
Menghela nafas, sang Kepala Jaksa kemudian membaca pesan yang kedua, dari adik adopsinya, Franziska von Karma.

“Adik kecil yang bodoh, kau lupa aku sudah berjanji untuk nonton di bioskop dengan Lang? Kalau kau mau ikut, silahkan.” Edgeworth tersenyum kecil dan menjawab, “Tidak, Franziska. Selamat berkencan dan bersenang-senang dengan pacar kau. Sampaikan salam aku untuk Lang.” Yeah, menurutnya bukanlah ide yang baik bila ia ikut menonton di bioskop bersama adik adopsi dan pacarnya yang sedang dimabuk asmara. Mungkin ia malah hanya akan menyaksikan mereka berdua berciuman dan berpelukan di dalam bioskop. Edgeworth kemudian membuka pesan yang terakhir, dari Detective Gumshoe.

“Tuan Edgeworth, pal! Sangat menyenangkan kalau bisa ikut, tapi Maggey sedang sakit. Maaf sekali, Tuan Edgeworth!”
Tersenyum kecil, Edgeworth mematikan telepon genggamnya dan membenamkan diri di atas sofa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa kesepian. Ia bukan tipe orang yang mengajak teman-temannya makan malam setiap hari. Ia hanya ingin refreshing, mengobrol, dan melupakan sejenak segala beban dan tekanannya sebagai seorang kepala jaksa di kota sebesar Los Angeles. Tapi ia lupa, seluruh sahabatnya sekarang sudah memiliki pasangan masing-masing. Mereka punya kehidupan cinta di luar pekerjaan mereka, tidak seperti dia. Wright sudah bertunangan dengan Maya. Franziska berkencan dengan Lang sudah hampir satu tahun. Detective Gumshoe bahkan sudah menikah dengan Maggey.

Ah, betapa bodohnya dia. Tentu mereka lebih memperhatikan pasangan mereka masing-masing dibanding ajakan makan malam darinya. Mungkinkah setelah mereka semua menikah dan memiliki keluarga, mereka akan melupakannya? Dia tidak tahu bagaimana rasanya jika berada dalam hubungan. Dia tidak pernah memiliki pacar sebelumnya, bahkan hingga sekarang saat usianya sudah menginjak 34 tahun. Tentu, banyak sekali wanita yang mendekatinya, tapi tak satupun dari mereka membuatnya tertarik. Bukan karena ia asexual atau bukan karena ia seorang gay. Banyak yang berspekulasi bahwa ia adalah seorang gay dan memiliki perasaan terhadap Wright. Tapi, tidak, ia mengakui di dalam lubuk hatinya bahwa ia menyayangi Wright, tapi tak lebih dari sebagai saudara. Ia hanya tidak mengerti akan cinta. 

Di saat kesepian seperti ini, mungkin akan sangat indah jika memiliki pacar….Edgeworth meneguk tehnya lagi, dahinya berkerut. Sial. Ada apa sebenarnya dengan aku? Aku seorang kepala jaksa, dan aku iri kepada teman-teman aku yang telah memiliki pasangan? Edgeworth mengernyit. Edgeworth, kau berusia 34 tahun dan kau memiliki pikiran seperti anak SMA berusia 17 tahun?

Edgeworth tersadar dari lamunannya saat ia mendengar pintu kantornya diketuk. “Masuk,” ucapnya pendek. Seorang wanita yang sepertinya sudah berusia 23-25 tahun, dengan rambut berwarna abu-abu gelap terurai panjang, dan memakai blazer serta celana berwarna coklat muda melangkah masuk. Edgeworth tidak mengenali wanita ini, tapi dalam hatinya ia mengakui kalau wanita ini cantik. 

“Silahkan duduk, Nona,” ucap Edgeworth, berusaha seramah mungkin. “Apa ada yang bisa aku bantu?”

Si wanita tidak langsung menjawab, ia melihat Edgeworth dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Tuan Edgeworth, ternyata bertambah tua membuat ingatan kau memburuk eh?” ucap wanita itu geli, kemudian terkikik. Meski ia sudah tidak mendengar tawa itu selama beberapa tahun, tapi Edgeworth masih mengenali suara tawa itu. 

“Kay…………?!!” ucapnya gugup. “Astaga, kau tumbuh begitu cepat, aku benar-benar tidak mengenali kau! Kau sangat berbeda, Kay. Eh, apa kabar, Kay?” 

“Sangat baik, Tuan Edgeworth! Aku dengar kau adalah Kepala Jaksa di LA sekarang. Aku sama sekali tidak terkejut.” jawab Kay dengan ceria.

“Ya, begitulah. Ah, sudah berapa tahun sejak terakhir kali kita bertemu?”
“8 tahun, Tuan Edgeworth! Kau percaya itu? Waktu cepat sekali berlalu, ya? Usia aku 25 sekarang, Tuan Edgeworth! Dan tebak, aku baru saja lulus bar exam!” ucap Kay lagi sambil menunjukkan lencana jaksa penuntut di dadanya dengan bangga.

“Wow. Aku ikut senang mendengarnya, Kay,” jawab Edgeworth kikuk. Entah mengapa, ia merasakan sensasi aneh di dadanya untuk bisa melihat Kay lagi setelah bertahun-tahun. 

“Dan untuk itulah, aku kesini, Tuan Edgeworth! Aku ingin…..aku ingin kau menjadi mentor aku, dan aku ingin melamar menjadi asisten kau! Yah, tentu hanya jika kau mau dan tidak keberatan,tentu saja.. Aku tidak bisa memikirkan jaksa lain yang cocok menjadi mentor aku,” ucap Kay dengan terburu-buru.

Memiliki asisten dan menjadi mentor Kay? Well, dia rasa itu bukan ide yang buruk. Kay akan membantunya, dia tidak akan merasa kesepian selalu sendirian di kantor lagi, dia bisa membantu Kay mewujudkan impiannya untuk mengikuti jejak almarhum ayahnya, Byrne Faraday. Dia sudah mengenal Kay lama, dan ia percaya Kay tidak akan mengecewakannya. Edgeworth tersenyum, kemudian menjawab, “Baiklah, Kay. Selamat datang di kantor aku.”


Sebulan sudah berlalu sejak Kay datang ke kantornya dan menjadi asistennya. Seperti yang ia tebak, Kay sangat banyak membantunya dan tidak mengecewakannya. Kay juga sangat cepat belajar, sehingga Edgeworth yakin gadis ini akan menjadi seorang jaksa penuntut yang hebat suatu saat nanti.
Waktu semakin berlalu, Edgeworth semakin dekat dengan Kay. Mereka melakukan segala sesuatu berdua. Mereka menyortir berkas-berkas kasus berdua, menyelidiki tempat kejadian perkara berdua, dan juga bekerja sebagai tim berdua di pengadilan. Saat Kay menangani kasus, Edgeworth bertindak sebagai penasihatnya. Ia merasa sangat bangga terhadap kemajuan Kay yang begitu pesat dari hari ke hari. Karena Kay dan Edgeworth selalu bersama-sama dan sepertinya tidak terpisahkan, muncul lagi rumor bahwa mereka berkencan.

Suatu hari, Edgeworth datang pagi-pagi sekali ke kantor. Ia merasa kurang enak badan dan belakangan ini kepalanya sering pusing secara tiba-tiba. Tapi ia tidak menghiraukannya, karena ia pikir ini hanyalah akibat stress pekerjaan biasa. Ia kemudian menyeduh teh seperti yang biasa ia lakukan, meneguk tehnya, mulai membaca berkas kasus yang bertumpuk di meja, tapi ia tidak bisa konsentasi. Ia merasa lebih pusing dari sebelumnya. Matanya kemudian beralih ke koran yang tergeletak di sofa. Ia kemudian membaca koran itu. Ia hampir menyemburkan tehnya saat membaca berita tentang dirinya dan Kay.

Kay Faraday dan Kepala Jaksa Miles Edgeworth Berkencan?
Kay Faraday, 25 tahun, dan Kepala Jaksa Miles Edgeworth, 34 tahun, dikabarkan berkencan. Hal ini dibenarkan oleh teman terdekat Kepala Jaksa Miles Edgeworth, Phoenix Wright (34 tahun) yang akan segera menikahi tunangannya, Maya Fey. Berikut petikan wawancara kami saat menemui Tuan Wright di lobi ruang sidang.
“Ya betul, Edgeworth dan Kay berkencan. Meski mereka tidak pernah mengakuinya, atau setidaknya, belum mengakuinya. Kay adalah asisten dan murid Edgeworth sejak beberapa bulan lalu, dan mereka selalu melakukan segalanya berdua. Kalau saya perhatikan, Edgeworth nyaris tidak pernah melepaskan pandangannya dari Kay. Dan, semenjak Kay menjadi asistennya, Edgeworth jauh lebih sering tersenyum daripada dulu, ia sangat dingin. Sebagai teman baiknya, tentu saya sangat bahagia, akhirnya ia menemukan wanita yang tepat untuk mengisi hatinya.”

Edgeworth berhenti membaca, meneguk tehnya lebih cepat lagi, dan bersumpah akan membunuh Wright jika bertemu dengannya. Dasar orang media yang tidak punya kehidupan. Mengusik kehidupan pribadi orang lain seperti ini. gerutunya sebal. Ia membaca ulang kata-kata yang diucapkan Wright.

Kalau saya perhatikan, Edgeworth nyaris tidak pernah melepaskan pandangannya dari Kay.

Alis Edgeworth berkerut semakin dalam. Benarkah itu? Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari Kay? Sialan kau, Wright. Mengapa kau memperhatikan aku sampai sedetail itu? Tapi Edgeworth mengakui, ia memang merasa sangat bahagia setiap kali Kay berada di dekatnya. Perasaan bahagia itu tak pernah ia rasakan sebelum Kay menjadi asistennya. 

Apakah aku akhirnya jatuh cinta, setelah 34 tahun aku berada di dunia ini? Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepada Kay Faraday?

Edgeworth mengernyit lagi, dan menggelengkan kepalanya. Tidak. Ini pasti tidak lebih dari perasaan bangga seorang mentor terhadap muridnya. Lagipula……Kay 9 tahun lebih muda dari aku! 

“Pagi, Tuan Edgeworth!” sapa Kay ceria. Edgeworth tidak menjawab. 

Perasaan itu lagi. Kenapa jantung aku harus berdebar-debar hanya karena ia memanggil nama aku?
“Hellooooo? Tuan Edgeworth? Kau baik-baik saja? Kau pucat sekali, Tuan Edgeworth…kau sakit?” tanya Kay sambil menekan dahi Edgeworth dengan telapak tangannya. 

Gulp. Edgeworth menelan ludah. Jantungnya berdegup lebih kencang. Apa gadis ini sadar tubuhnya sangat berdekatan dengan aku sekarang? 

“Tuan Edgeworth! Badan kau panas, kau benar-benar sakit! Apa kau mau aku antar pulang, Mr. Edgeworth?” ucap Kay lagi dengan nada penuh kekhawatiran. 

“Tidak, Kay, aku baik-baik saja, sungguh,” jawab Edgeworth, dan setelah ia selesai berbicara, ia batuk kencang sekali. Batuknya kasar dan kering, membuat Kay semakin panik. 

“Tidak, Tuan Edgeworth! Kau tidak baik-baik saja. Berbaringlah di sofa, Tuan Edgeworth. Aku akan segera kembali, aku akan ke apotik,” ucap Kay. Tapi Edgeworth menggenggam tangan Kay. Selama beberapa detik, ada kesunyian yang canggung di antara mereka berdua. Edgeworth kemudian melepaskan genggaman tangannya dari tangan Kay dan berkata kikuk, “Maaf Kay, maksud aku, kau tak perlu repot-repot, eh……..”

Kay, yang wajahnya memerah, menjawab, “Tidak apa-apa, Tuan Edgeworth. Tunggu disini, aku tidak akan lama,” gumam Kay kikuk dan ia keluar dari kantor dengan setengah berlari. 

Tolol, dasar tolol, kau tolol, Miles Edgeworth. Apa yang aku pikirkan, menggenggam tangannya begitu aja? Dia kelihatan sangat tidak nyaman.
Sial.
Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepada wanita yang telah aku kenal sejak ia berusia 10 tahun?
Bodoh.
Kenapa aku tidak bisa mengerti akan perasaan aku sendiri?
Aku butuh jawaban. Kepada siapa aku harus bertanya?
Wright? Tidak. Dia akan meledek aku habis-habisan.
Franziska? Tidak. Dia akan memukul aku dengan cambuknya dan berkata betapa tololnya aku tidak dapat mengerti perasaan aku sendiri.
Ah. Tentu saja. Lang. Dia tidak akan meledek aku dan dia akan memberikan nasihat-nasihat bagus.

Pintu kantor kembali terbuka, membuat Edgeworth terlonjak. Kay kembali dari apotik, membawa beberapa bungkus obat dan kompres. 

“Berbaringlah, Tuan Edgeworth,” ucap Kay. Edgeworth tidak menjawab apa-apa dan berbaring di atas sofa. Kay kemudian mulai mengompres dahinya. Edgeworth beberapa kali harus menelan ludah. 

Wajah Kay yang begitu dekat dengannya saat ia mengompresnya membuat Edgeworth sulit sekali berkonsentrasi. Oh Tuhan, apa dia sadar dia ada di posisi yang sangat intim sekarang?

Setelah selesai mengompres Edgeworth, Kay menuangkan obat batuk dan menyuapi Edgeworth.
“Bagaimana perasaan kau, Tuan Edgeworth?”
“Jauh lebih baik, Kay. Terima kasih.” Jawab Edgeworth penuh dengan rasa terima kasih.
“Ah, itu bukan apa-apa, Tuan Edgeworth. Aku rasa lebih baik kau pulang saja sekarang, Tuan Edgeworth! Istirahatlah. Biar aku yang menangani semua pekerjaan hari ini.”

Edgeworth mengangguk, berdiri perlahan, dan bermaksud memberikan kecupan terima kasih di pipi Kay. Awalnya ia sungkan untuk melakukannya, tapi, bagaimanapun, Kay pantas mendapatkannya. Kay banyak membantunya dalam beberapa bulan terakhir ini. Sebuah kecupan terima kasih di pipi, hanyalah hal yang bisa dilakukannya setelah Kay begitu banyak membantunya. Kay, yang sedang membereskan bungkusan obat di meja, berbalik dengan cepat. Akibatnya, secara tak sengaja, bibir ia dan bibir Edgeworth saling bersentuhan. Edgeworth melotot, dan mundur beberapa langkah. Sementara Kay ternganga sedikit.

“Kay…….! Sungguh, aku tak bermaksud…….Aku tak sengaja….aku…aku….” seru Edgeworth terbata. Sebelum ia bisa melanjutkan, Kay berdiri dan menampar pipinya. Kemudian dengan marah ia berteriak, “Kau pikir wanita macam apa aku ini, Tuan Edgeworth?!!!!” Lalu Kay berlari keluar dan membanting pintu.

“LANG!”seru Edgeworth kesal. “Aku kesini karena ingin curhat dengan kau, bukan mendengar kau mentertawakan aku terus-terusan!”

“Maaf, Edgey-boy,” ucap Lang sambil meneguk minumannya, masih tertawa terbahak-bahak. “Tapi, Jesus Christ! Kau berusia 34 tahun, dan kau adalah seorang Kepala Jaksa, Edgey-boy! Dan kau bertingkah seperti anak SMA berumur 17 tahun!”  

“Sudah aku bilang, aku tidak sengaja! Aku hanya ingin memberikan kecupan di pipinya, dan kemudian ia berbalik, dan, dan…….”

Lang mengusap matanya. “Edgey-boy. Akui saja. Jujur saja pada aku. Kau jatuh cinta kepada Nona Faraday, bukan?”

“Justru karena itu aku ingin bicara kepada kau, Lang! Jujur saja, aku sendiri tidak mengerti.” jawab Edgeworth sambil menggaruk hidungnya. 

“Mph. Tidak mengerti, oke. Nah, sekarang, jawab pertanyaan aku. Dengan jujur. Apa yang kau rasakan saat Nona Faraday bersama dengan kau?”

“Jantung aku berdebar-debar. Dan well….Aku merasa aku selalu ingin memandang wajahnya.”
“Apa kau pernah merasakan seperti itu terhadap wanita lain? Kau bekerja dengan banyak wanita sebelumnya, bukan?”
Edgeworth mengernyit, kemudian menggelengkan kepalanya. “Tidak.”

Lang menjentikkan jarinya. “100%, Edgey-boy. Kau jatuh cinta kepada Nona Faraday. Karena itulah yang aku rasakan juga terhadap adikmu Franziska sebelum kami berkencan.”

Edgeworth mengangkat alisnya. “Tapi, Lang! Kay 9 tahun lebih muda dari aku! Aku mengenalnya sejak ia masih berusia 10 tahun, tidakkah menurut kau ini….salah? Bisa dikatakan aku ini termasuk pedofil?”

“Astaga, Edgey-boy. Tentu saja tidak. Tuan Wright dan Nona Fey juga punya perbedaan usia yang hampir sama dengan kalian berdua. Jadi, tunggu apalagi, Edgey-boy? Ungkapkan perasaan kau terhadap Nona Faraday.” 

“Apa?” ucap Edgeworth. “Lang, dia menampar pipi aku karena aku tak sengaja mencium bibirnya selama beberapa detik. Jika aku bilang bahwa aku jatuh cinta kepadanya, ia akan melempar aku ke dalam lift!”

Lang kembali tertawa. “Heh, heh, heh, heh. Astaga, Tuan Kepala Jaksa meminta aku mengajari tentang cinta, hffft. Kau mau jawaban, bukan? Jangan menjadi pengecut, Edgey-boy! Aku rasa Nona Faraday menyukai kau juga!”

Setelah percakapannya dengan Lang, Edgeworth berpikir keras saat di rumahnya. Dia harus memastikan ini semua. Dia rasa Lang memang benar. Bahkan di rumahnya pun, dia tidak bisa menyingkirkan Kay dari pikirannya. Dia masih memikirkan Kay. Sebelumnya, dia tidak pernah memikirkan seseorang terus-terusan seperti ini selain memikirkan almarhum ayahnya.

Jadi, dia benar-benar jatuh cinta pada Kay. Tapi bagaimana jika Kay tidak merasakan hal yang sama kepadanya? Dia ingat ketika dia iseng bertanya kepada Kay apakah dia memiliki pacar. Dan jawaban Kay adalah tidak. Ya, Kay adalah wanita single. Tapi itu bukan berarti Kay akan membalas perasaannya. Kay, dia muda, enerjik, pintar, dan….cantik. Sementara aku tua. Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik.

Apa yang akan aku rasakan jika Kay tertarik kepada pria lain?
Patah hati?
Dia tidak pernah merasakan hal seperti itu. Dia adalah pria yang menikah dengan pekerjaannya. Dia merasa patah hati jika kriminal berkeliaran dengan bebas. Bukan karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Ia berguling di tempat tidurnya, dan menutup matanya. Hal pertama yang muncul dalam pikirannya ketika ia menutup matanya adalah wajah Kay, dan senyuman Kay, yang sangat ia sukai. Tapi bagaimana jika senyuman itu dimiliki oleh pria lain pada akhirnya, bukan dia?

Cinta menyakitkan.
Tuhan. Jadi begini rasanya menahan perasaan kepada seseorang yang bahkan kau tidak tahu apakah ia mencintai kau juga atau tidak. Sepertinya aku harus minta maaf pada Wright karena mentertawakan dia saat ia melihat Maya menggenggam tangan pria lain.
Syukurlah, Wright tidak bisa membaca pikiran aku sekarang.
Aku butuh jawaban. Aku ingin tahu. Dan aku harus tahu.

Kay sekarang berdiri di depan meja kerja Edgeworth. Edgeworth sibuk mengetik di laptopnya, sama sekali tidak menyadari kedatangannya sampai Kay berdeham. Edgeworth memalingkan wajahnya dari laptopnya, dan menatap Kay dalam-dalam.

“Pagi, Tuan Edgeworth,” ucap Kay pelan.
“Halo, Kay, pagi,” jawab Edgeworth dengan suara yang tidak kalah pelan, kemudian kembali memandang ke arah laptopnya. 

“Tentang kemarin…….aku sungguh-sungguh minta maaf, Tuan Edgeworth. Aku……aku terkejut sekali kau tiba-tiba mencium bibir aku seperti itu, aku hilang kontrol, padahal aku tahu kau tidak sengaja, aku tahu kau bukan tipe pria yang seperti itu, aku..aku… Kalau kau mau memecat aku, tidak apa-apa, Tuan Edgeworth! Tapi sungguh, aku harap kau mau memaafkan aku atas sikap aku yang begitu kasar!”

Edgeworth tersenyum dan bangkit dari kursinya.
“Tidak apa-apa, Kay. Aku bisa mengerti. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku jadi kau,” ucap Edgeworth lembut, kemudian ia maju selangkah agar jarak ia dan Kay berdiri semakin dekat. Badannya langsung gemetar, dan jantungnya kembali berdegup dengan kencang. Ia membuka mulutnya, kemudian menutup mulutnya lagi. 

Jangan menjadi pengecut, Edgeworth! Kau seorang Kepala Jaksa, dan kau tidak berani mengungkapkan perasaan kau terhadap gadis yang usianya 9 tahun lebih muda dari kau? Payah!

“Tuan Edgeworth?” tanya Kay khawatir. “Kau sakit lagi?” Perasaan Kay menjadi semakin tak enak karena Edgeworth maju selangkah lagi, membuat tubuh mereka hampir saling bersentuhan.

“Kay,” ucap Edgeworth, berusaha keras memantapkan suaranya, “Aku..aku ingin mengatakan sesuatu kepada kau. Aku..aku menyukai kau.” Astaga, payah sekali, Tuan Kepala Jaksa! Kau seharusnya mengatakan kalau kau mencintainya! 

Kay menatap Edgeworth dengan bingung. Apa maksud Tuan Edgeworth tiba-tiba mengatakan itu? Ia tidak pernah berbicara ataupun bertingkah seperti ini sebelumnya!

“Eh…terima kasih, Tuan Edgeworth. Senang jika ada yang menyukai aku, well, aku berusaha keras untuk menjadi orang yang baik supaya orang-orang menyukai aku,” ucap Kay sambil tertawa dengan salah tingkah. 

Bukan itu maksud aku! Ayo, Miles Edgeworth! 

“Eh……bukan itu maksud aku, Kay. Aku menyukai kau bukan karena kau orang yang baik…….Aku..menyukai kau…….karena……” Edgeworth menelan ludah. Katakan saja, Edgeworth! “Karena aku jatuh cinta kepada kau.”

Sunyi selama beberapa saat. Kay menatap Edgeworth dengan tak percaya. Apakah ini mimpi? Kepala Jaksa Miles Edgeworth, jaksa paling tampan di Amerika, tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepadanya? Kay mengangkat tangannya, dan menampar pipinya beberapa kali.
Ouch. Sakit sekali. Ini bukan mimpi. 

Ia juga telah jatuh cinta kepada Edgeworth sejak bekerja dan menjadi murid Edgeworth. Tapi tidak pernah, dalam pikiran yang paling gila sekalipun, bahwa Edgeworth akan jatuh cinta juga kepadanya. Di luar sana banyak sekali wanita cantik yang tentunya jauh lebih pantas untuk sang Kepala Jaksa! Sebenarnya, apa yang Edgeworth lihat darinya?

Kay menatap Edgeworth lagi, yang sekarang menunduk menatap sepatunya, dan wajahnya merah padam. Dia tidak mungkin serius, kan? Kay menunggu hingga Edgeworth mengangkat wajahnya, kembali dingin seperti biasa, dan berkata bahwa dia hanya membuat lelucon sebagai hukuman karena Kay telah menamparnya. Ia menunggu dan menunggu, dan Edgeworth tetap menundukkan kepalanya.

Dia benar-benar serius?!

“Buktikan.” ucap Kay pendek. Edgeworth mengangkat wajahnya dengan cepat.
“Apa maksud kau, Kay?” tanya Edgeworth gugup.
“Buktikan kalau kau benar-benar mencintai aku. Berikan aku bukti, Tuan Kepala Jaksa.” jawab Kay sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Edgeworth merasa jantungnya merosot hingga ke kakinya. Edgeworth menelan ludah. Edgeworth bersumpah dia hampir mati saat itu.

Ayolah, Miles Edgeworth! Kau tidak akan meninggalkan kasus yang tak terselesaikan, bukan?
“Aku punya bukti yang kuat, Nona Faraday.”

Maka Edgeworth melompat maju, memiringkan kepalanya, dan mengunci mulutnya dengan mulut Kay. Kay mencium Edgeworth balik, bibir Edgeworth terasa seperti campuran antara teh dan gula yang manis, dan ia sangat menyukainya. 

Edgeworth tidak pernah mencium seorang perempuan sebelumnya. Ciuman yang pernah ia rasakan adalah ciuman dari Wendy Oldbag yang sedang mabuk, dan ia tidak mau mengingat salah satu hal paling mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupnya setelah peristiwa DL-6. Menurutnya, Kay sangat profesional. Mereka terus berciuman dengan lapar, hingga akhirnya berhenti untuk udara.
Kay terkikik. “Astaga, Tuan Edgeworth, untuk seorang Kepala Jaksa yang banyak dikagumi orang, kau benar-benar pencium yang buruk.”

Pipi Edgeworth memerah seketika. “Aku tidak pernah mencium wanita sebelumnya, Kay. Dan, maukah kau berhenti memanggil aku Tuan Edgeworth? Berapa banyak wanita yang memanggil pacar mereka ‘Tuan’?”

Kay terkikik lagi, dan menjawab, “Baiklah kalau begitu, Miles.”

Mereka berdua kemudian berciuman lagi, sebelum akhirnya dikejutkan oleh suara blitz dan suara ‘click’ dari luar jendela. Dengan kaget mereka berdua berhenti berciuman dan menoleh ke arah jendela. Beberapa wartawan memotret mereka dari luar jendela, dan salah satu dari wartawan itu berteriak, “Apa kubilang! Mereka berdua memang berkencan! Kepala Jaksa Miles Edgeworth akhirnya menemukan cinta juga!”

“Dan aku pikir Kepala Jaksa Miles Edgeworth adalah seorang asexual.”

“Nah, aku pikir dia adalah gay.”

Edgeworth mendengus. “Bahkan di dalam kantor aku sendiri aku tidak bisa punya privasi. Maafkan aku, Kay.”

“Heh, heh, heh, Miles.  Aku tidak peduli sama sekali. Dan aku tidak keberatan.” 

Kemudian mereka berdua berciuman kembali setelah para wartawan pergi. Beberapa kali Kay mencubit lengannya untuk memastikan sekali lagi bahwa ini semua bukan mimpi. Melainkan sebuah kenyataan. Kenyataan yang indah. 

Tapi, ia tidak sadar, kenyataan yang indah ini akan berubah menjadi suatu kenyataan yang pahit.

Tiga bulan berlalu sejak Edgeworth dan Kay resmi berkencan. Mereka menjadi pasangan paling terkenal di Los Angeles dan di Amerika, layaknya pasangan selebriti Hollywood. Banyak yang bahagia dengan hubungan mereka, tapi banyak juga yang tidak senang dan iri. Hampir setiap hari, jika jalan-jalan bersama Edgeworth, Kay harus menerima pandangan sinis dari para gadis yang menganggap ia tak cukup cantik dan tak pantas untuk Edgeworth. Tapi Kay tidak peduli. Ia mencintai Edgeworth. Dan Edgeworth juga mencintainya. Edgeworth bukan tipe pacar yang selalu mengatakan ‘I love you’ atau memberikannya bunga dan coklat setiap saat, tapi ia adalah pacar yang perhatian dan sangat baik. Dan itu lebih dari cukup untuk Kay.

Teman-temannya, seperti Maya, Phoenix, Lang, Franziska, juga sangat bahagia dengan hubungan mereka berdua. Mereka tidak pernah bertengkar, dan selalu saling mengerti satu sama lain. Phoenix dan Franziska tidak henti-hentinya berpesan kepada Kay agar menjaga Edgeworth dengan baik, dan Kay bersumpah ia tidak akan mengecewakan mereka. Sejak kehilangan ayahnya, Byrne Faraday yang meninggal di pengadilan, Kay tidak pernah merasa hidupnya sesempurna ini. Karir yang bagus, penghasilan yang lebih dari cukup, pacar yang tampan dan mencintainya. Ah, dia tidak pernah sekalipun bermimpi akan kehidupan yang indah seperti ini.
Namun, suatu hari saat ulang tahun Edgeworth, kehidupan yang sempurna itu berubah.

“Oke, Miles, ini berkas terakhir yang harus kau tanda tangani. Setelah itu, kita bisa pulang dan merayakan ulang tahun kau!” ucap Kay sambil menaruh beberapa berkas ke atas meja kerja Edgeworth. Edgeworth tidak menjawab. Ia membelakangi Kay, dan tubuhnya bergetar hebat sekali.

“Miles?” panggil Kay pelan. Kali ini Edgeworth memutar kursinya, dan ia mencengkeram dadanya dengan kencang sekali. 

“K-kay…dada aku..sakit,” ucap Edgeworth lemah. Lalu secara tiba-tiba, lututnya melengkung, dan ia terjatuh dari kursi meja kerjanya.

“MILES!” teriak Kay panik, lalu ia berlutut di sebelah Edgeworth. Ia mengangkat kepala Edgeworth dengan hati-hati ke pangkuannya agar kepala Edgeworth tidak membentur lantai. Edgeworth menggertakkan giginya, mencengkeram dadanya lebih erat lagi.  “Ahn----!” seru Edgeworth lagi.
Selama beberapa saat, pikiran Kay menjadi kosong dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menangis memandangi kekasihnya mencengkeram dadanya dengan kesakitan di pangkuannya.
Panggil ambulans, idiot! Bisik sebuah suara di dalam kepalanya.

Benar. Dengan panik Kay meraba-raba kantongnya, dan ia baru ingat kalau ia menyimpan ponselnya di dalam tas. Mengutuk pelan, Kay mengangkat kepala Edgeworth dengan hati-hati dan berlari mengambil tasnya. 

“Miles, sayang, tahanlah, aku akan panggil ambulans, aku mohon, tahan!” seru Kay. Ia mengambil ponselnya dan menekan 911 dengan cepat. Tidak ada jawaban. Kay mencoba beberapa kali, tetap tidak ada jawaban. Dengan putus asa akhirnya ia menelepon Phoenix.

“TUAN WRIGHT! TUAN WRIGHT!!!!!!!!” teriak Kay sejadi-jadinya.
“Kay?! Kay, ada apa? Kau baik-baik saja?!”
“Tolong ke kantor Miles sekarang, Tuan Wright, ia mencengkeram dadanya dan hampir pingsan,aku mohon bantuan kau, aku memanggil ambulans dan tidak ada jawaban………”
“Baiklah, Kay. Tetap tenang, oke? Aku akan segera kesana.” 

Kay menutup teleponnya, dan kembali berlari menuju Edgeworth. Wajah Edgeworth sudah sangat pucat pasi sekarang, dan seluruh wajahnya dipenuhi keringat dingin. Kay membelai rambut Edgeworth, air mata mengalir di pipinya dan jatuh ke wajah Edgeworth. 

“Bantuan akan segera datang, Miles, aku mohon, bertahanlah……..” isak Kay. Tidak berapa lama kemudian, Edgeworth tak sadarkan diri di pangkuan Kay.
“MILES!!!” teriak Kay sambil mengguncang badan Edgeworth dengan kasar. “MILES!!!!”

Tidak ada komentar: