Selasa, 04 April 2017

Aku Akan Selalu Berada di Samping Kau, Bab III

BAB III
Dilema Edgeworth 

Hari demi hari berlalu. Penyakit arrhythmia Edgeworth tidak kunjung membaik meski ia sangat rajin check up ke dokter, dan juga rajin meminum obatnya. Hampir setiap hari ia selalu merasakan sakit dada, sekitar dua bahkan hingga tiga kali dalam sehari. Ia tidak boleh merasa kaget sedikit pun. Kay selalu berada di sampingnya, dan dengan sabar mengawasi kesehatannya. Tapi, meski Kay merawat dan mendampinginya dengan penuh cinta, situasi ini tetap saja membuat Edgeworth merasa depresi. Ia merasa menjadi beban bagi Kay. 

Bagi Kay, Edgeworth bukanlah beban. Ia mencintai Edgeworth apa adanya. Ia tidak peduli dengan penyakit Edgeworth. Ia tidak peduli meski ia harus panik dan ketakutan setiap hari jika sakit dada Edgeworth kambuh. Ia tidak peduli meski ia harus selalu mengingatkan Edgeworth untuk meminum obatnya. Ia tidak peduli meski banyak orang yang mengatakan bahwa Edgeworth adalah pria yang terlalu lemah untuknya. Yang ia inginkan hanyalah, ia selalu ada untuk Edgeworth sampai Edgeworth sembuh total. Ia ingin berjuang bersama Edgeworth untuk menghadapi penyakit Edgeworth. Ia ingin membantu Edgeworth mengatasi depresi akibat penyakitnya. Ia tidak menginginkan apapun selain itu.

September 9th, 2027
Los Angeles City Cinema
Studio Satu

Edgeworth secara diam-diam menggosok dan mencengkeram dadanya. Sesekali ia melirik ke arah Kay yang duduk di sebelahnya. Kay tampak sangat menikmati film yang sedang mereka tonton, sehingga ia tidak memperhatikan Edgeworth sama sekali.

Saat Kay memintanya menemani menonton film “The Conjuring,” di bioskop, Edgeworth sebenarnya tahu betul kalau ini bukan ide yang bagus. “The Conjuring” adalah film horror yang penuh dengan adegan-adegan mengagetkan dan efek musik yang begitu kencang, yang tentunya akan memicu sakit dadanya kambuh. Tapi ia tidak mau mengecewakan Kay lagi, lagi, dan lagi, setelah Kay begitu sabar merawat dan mendampinginya. Maka Edgeworth mengabulkan permintaan Kay. Sebagai akibatnya, sepanjang film dia harus menahan rasa sakit yang luar biasa di dadanya dan mencengkeram dadanya secara diam-diam. 

Kemudian ketika adegan saat karakter di film itu, “Valak” muncul lagi, dan musiknya sangat keras sehingga membuat Edgeworth berteriak “AHN!—“ dengan kencang tanpa disadarinya. Dengan cepat Kay menoleh ke arah Edgeworth. Bahkan di tengah gelapnya bioskop, Kay bisa melihat jelas Edgeworth merunduk, mencengkeram dadanya dengan kencang, dan keringat dingin menetes di dahinya. 

“M-miles? Sakit dada kau kambuh lagi?” bisik Kay.
“Tidak, Kay, dada aku cuma gatal,” jawab Edgeworth.
“Miles! Jangan berbohong kepada aku! Ayo kita pulang!” 

Secara paksa Kay kemudian mencengkeram tangan Edgeworth dan menyeretnya keluar dari studio. Saat mereka berada di luar studio, Kay menyenderkan Edgeworth ke dinding, menghela nafas, dan bertanya, “Miles, kenapa kau tidak bilang kepada aku kalau sakit dada kau kambuh lagi?”

“Aku tidak mau mengecewakan kau, Kay. Kau sudah berbuat terlalu banyak untuk aku, masa aku tidak bisa menemani kau hanya untuk menonton film?”

Kay menggelengkan kepalanya. “Miles. Kesehatan kau adalah yang paling penting untuk aku di dunia ini, tidak yang lain. Aku bukan anak kecil, aku tidak akan kecewa dan marah kepada kau hanya karena kau tidak bisa menemani aku untuk menonton film di bioskop. Lain kali, tolong langsung bilang kepada aku kalau sakit dada kau kambuh. Maafkan aku Miles, seharusnya aku tidak mengajak kau menonton film ini… Ayo kita pulang.”

“Kay,” gumam Edgeworth. “Filmnya bahkan belum selesai.”
“Tidak apa-apa, Miles. Ayo kita pulang saja. Aku tak mau kau harus menahan sakit dada kau sepanjang film.”

Lagi. Lagi. Dan Lagi. Aku mengecewakannya dan gagal membuatnya senang. Pacar macam apa aku ini? Untuk memberikan sesuatu sesimpel menemani kekasih aku di bioskop saja, aku tak sanggup.
Kay…….mungkin benar yang orang-orang katakan.
Aku pria yang terlalu lemah untuk kau.
Kay……Aku mencintai kau. Tapi waktu kau terlalu berharga jika dihabiskan hanya untuk mengkhawatirkan sakit dada aku.
Kay……. Mengapa kau begitu sabar? Mengapa kau begitu penuh pengertian dan begitu penuh perhatian?
Seharusnya aku yang memberikan perhatian kepada kau, bukan sebaliknya. Karena aku adalah seorang pria dan kau adalah seorang wanita.
Tuhan.
Di saat aku akhirnya menemukan cinta…. Di saat aku akhirnya menemukan wanita yang tepat…. Hidup tetap kejam dan membenci aku.

September 14th, 2027
Apartemen Kay Faraday
Lantai Dasar

Hari itu adalah hari yang cukup melelahkan bagi Kay maupun Edgeworth. Mereka baru saja pulang dari sidang terdakwa bernama Hanson Jaal, seorang serial pembunuh yang sangat rapi dalam merencanakan aksi-aksinya. Terdakwa itu hampir saja bebas di pengadilan jika bukan karena Kay yang secara tiba-tiba mengeluarkan barang bukti kuat yang tidak bisa dibantah Jaal. Sehingga akhirnya Jaal mengakui semua kejahatannya di pengadilan.

“Kau lihat ekspresi Jaal saat aku mengeluarkan buku hariannya itu secara tiba-tiba? Dia langsung kelihatan seperti Mickey Mouse!” ucap Kay sambil terkikik geli. 

Edgeworth tertawa kecil. “Ya, ekspresinya sangat lucu. Kau luar biasa, Kay. Jika kau tidak pernah menemukan buku harian itu, seorang serial pembunuh akan bebas dan tetap melancarkan aksinya. Korban-korbannya akan bertambah banyak. Kau benar-benar luar biasa.”

“Miles, jangan berlebihan! Ini semua juga berkat kau. Begitu banyak ilmu yang kau berikan kepada aku, Miles! Kalau bukan karena kau, aku mungkin tidak akan pernah bisa berhasil menangani kasus-kasus yang berat seperti ini!” ucap Kay sambil berjingkat dan mengecup pipi Edgeworth.

“Yuk, kita ke lantai apartemen aku sekarang, aku akan memasakkan makanan favorit kau, Miles! Steak domba!”

“Aku tidak sabar untuk mencicipinya. Ayo.”

Mereka berdua kemudian memutar langkah mereka menuju tangga. Akan tetapi, sesampainya di tangga, terdapat papan peringatan:

Tangga sedang direnovasi. Untuk para penghuni apartemen, silahkan gunakan lift.

Lift. Kay menelan ludah. Edgeworth sangat takut kepada lift. Edgeworth juga tampak ketakutan saat membaca papan peringatan itu. Selama beberapa detik, Kay dan Edgeworth saling berpandangan tanpa berkata apapun, berdiri terpaku di depan papan peringatan itu. Sampai akhirnya Edgeworth menghela nafas, memecah keheningan.

“Ayo.”
“Apa, Miles? Ayo apa?”

“Ayo, kita naik lift. Kalau kita terus-terusan diam disini, kapan aku bisa mencicipi steak domba hasil masakan kau?” ucap Edgeworth sambil memaksakan diri tersenyum. Kay ternganga menatapnya. 

“Tapi, Miles! Kau yakin??? Kau benar-benar mau naik lift?”

“Ya, Kay. Tidak akan lama, bukan? Paling hanya membutuhkan waktu 5 menit? Mungkin ini juga saatnya aku menghadapi ketakutan aku.”

“Well…kalau begitu…baiklah. Ayo, Miles.”

Mereka berdua kemudian berjalan menuju lift, dan masuk ke dalam lift. Saat berada di dalam lift, Kay memiliki firasat tak enak. Ia langsung mengamati Edgeworth baik-baik, yang sekarang wajahnya sudah sepucat tembok.

“Kay, kenapa kau melihat aku seperti itu? Aku baik-baik saja,” jawab Edgeworth.
Kay tidak menjawab. Ia kemudian menekan tombol “Lantai 19” dan mereka menunggu sampai lift bergerak.

Selama beberapa detik, semua sepertinya akan baik-baik saja. Sampai akhirnya lift tiba-tiba berhenti.
“Sudah sampai? Oh syukurlah,” ucap Edgeworth.

Kay mengerutkan keningnya. “Tidak, Miles. Ini baru sampai lantai 9.” ucap Kay. Kemudian matanya melebar ketakutan. Lift tidak bergerak sama sekali. Pintu lift pun tidak terbuka. Jangan-jangan lift ini macet?

“K-kay,” ujar Edgeworth, mulai terdengar ketakutan sekarang, “Kenapa liftnya tidak bergerak?? Kenapa pintu liftnya tidak terbuka?” Tubuh Edgeworth mulai bergetar, nafasnya mulai terdengar tidak beraturan dan cepat. Keringat dingin muncul di wajah dan rambutnya. Edgeworth merapatkan badannya ke dinding lift. Lututnya bergetar begitu hebat hingga ia merasa ia akan lumpuh seketika.

“Miles, tahan, aku akan panggil bantuan!” seru Kay. Tidak, aku mohon Tuhan, sakit dada Miles tidak boleh kambuh sekarang, tidak di dalam lift! Dengan terengah-engah Kay mengeluarkan ponselnya dan menelepon nomor layanan darurat apartemen. Rasanya lama sekali bagi Kay sebelum menerima jawaban dari layanan darurat.

“Layanan darurat apartemen, ada yang bisa saya bantu?” tanya sang operator.

“Ini Kay Faraday, penghuni lantai 19. Lift yang aku dan pacar aku naiki macet. Kami baru sampai di lantai 9 dan setelah itu liftnya tidak bergerak lagi.”

“Baik, Miss Faraday. Terima kasih banyak atas laporan anda. Kami akan segera mengirimkan teknisi. Mereka akan tiba dalam 30 menit.”

“30 MENIT?!” teriak Kay sejadi-jadinya, membuat sang operator terlonjak. “Tolonglah! Tidak bisa lebih cepat?! Pacar aku menderita arrhythmia dan phobia terhadap lift, dia harus segera keluar dari sini! Tolong!”

“Baik, Miss Faraday. Kami akan berusaha mengirimkan teknisi kesana secepat mungkin.” Baru saja Kay hendak menutup teleponnya, Kay dikagetkan dengan suara “DUK” yang cukup keras. Edgeworth telah jatuh berlutut ke lantai. Badannya bergetar lebih hebat dari sebelumnya. Seluruh wajahnya sudah sangat basah oleh keringat dingin sekarang. Ia mencengkeram dadanya dan nafasnya terdengar terputus-putus dan tidak beraturan. Kay langsung berlutut di sebelah Edgeworth.

“Miles! Bertahanlah! Mereka akan segera mengirimkan teknisi, Miles. Miles, obat kau? Dimana obat kau? Kau membawanya, kan?” seru Kay. Edgeworth menggelengkan kepalanya dengan lemah.
“Aku meninggalkannya di apartemen kau sebelum kita berangkat ke pengadilan tadi.”

Kay menjerit tertahan.  Ia kemudian dengan susah payah membaringkan Edgeworth di pangkuannya. Mereka terjebak di dalam lift yang macet, entah berapa lama lagi teknisi akan datang, sakit dada Edgeworth kambuh lagi, dan obat Edgeworth tertinggal di apartemennya. Apa yang lebih buruk dari ini?

“Miles, tetaplah bangun, kumohon, kau tak boleh pingsan,” isak Kay. Bagaimana caranya agar Miles tetap bangun dan tidak kolaps? Akan sangat berbahaya jika ia kolaps sekarang…. Ia bisa meninggal.. Oh Tuhan, lindungi kami!

“M-miles, apa kau senang mendengarkan lagu?”
“Y-ya, Kay.”
“Coba ingatkan aku, apa saja lagu-lagu favorit kau?”
“Y-you’re still th-the one, Shania Twain… 7-years, L-lukas Graham…”
“Baiklah. Aku akan menyanyikannya untuk kau. Kau dengarkan dan ikut bernyanyi bersama aku, oke Miles?”
“O-okay, K-kay.”
“Oke, aku akan menyanyikan lagu pertama dulu…. You’re Still The One….”

“Looks like we made it
Look how far we’ve come, my baby
We mighta took the long way
We knew we’d get there someday

“Ayo Miles, teruskan… teruskan liriknya..” bisik Kay.
Dengan suara parau, Edgeworth berusaha melanjutkan bernyanyi.

“Th-they said, “I-I’ll b-bet, th-they’ll n-never m-make i-it
B-but just look a-at u-us holding on
W-we’re still t-together, s-still g-going strong

You’re still the one I run to. The one that I belong to.. You’re still the one I want for life. You’re still the one that I love. The only I dream of. You’re still the one I kiss good night. Apakah liriknya benar, Miles?” 

Edgeworth mengangguk lemah. Pandangannya sekarang menjadi kabur, dan ia hampir kehilangan kesadarannya. Kay, yang menyadari Edgeworth hampir kolaps, langsung mengguncang badan Edgeworth.

“Ayo, lanjutkan lagi, Miles, teruskan liriknya. Bukankah masih ada lanjutan liriknya? Tetap sadar, Miles, aku mohon…”

Edgeworth mengangguk lemah lagi, dan mencoba bernyanyi kembali.

“A-aint n-nothing better..
W-we b-beat the odds together…
I’m glad w-we didn’t l-listen
L-look at w-what would be missing…

“They said, ‘I bet they’ll never make it.’ But just look at us holding on…”

“W-we’re st-ill t-together s-still g-going s-strong..”
Pintu lift kemudian diketuk.
“Miss Faraday, ini kami para teknisi. Anda baik-baik saja di dalam?”

Kay benar-benar merasa jengkel sekarang. Aku terjebak di dalam lift yang macet dan pacar aku hampir saja kolaps! Bagaimana mungkin mereka masih bisa bertanya apa aku baik-baik saja? Gerutunya kesal.

“Aku baik-baik saja, tapi pacar aku tidak! Tolong cepat, dia hampir kolaps!” teriak Kay.
“Baik, Miss Faraday! Kami akan segera memperbaiki liftnya, jangan khawatir!”

Sementara menunggu para teknisi memperbaiki lift, Kay terus menyanyikan reff lagu You’re Still The One untuk menjaga agar Edgeworth tetap sadar. Akhirnya, setelah menunggu selama hampir 15 menit, lift bergerak lagi dan akhirnya mereka sampai di lantai 19.

Tanpa membuang banyak waktu Kay memapah Edgeworth yang sudah sangat lemas keluar dari lift dan membawanya memasuki apartemennya. Tepat saat mereka berdua baru saja masuk ke dalam apartemen Kay, Edgeworth muntah banyak sekali, membuat karpet yang ada di apartemen langsung kotor seketika. Dengan cepat Kay membaringkan Edgeworth di sofa dan membantu Edgeworth melepaskan kemeja dan cravatnya yang sudah sangat kotor akibat bekas muntahannya.

“Kay……” bisik Edgeworth lemas, “Maaf, sungguh, aku tidak bermaksud..”

“Ssh! Diam, Miles! Tidak apa-apa! Sebentar, aku akan ambilkan obat kau dulu sebelum aku membersihkan badan kau,” bisik Kay. Setengah berlari, Kay membongkar koper yang Edgeworth tinggalkan, mengambil obat Edgeworth, dan membantu Edgeworth menelan obatnya. Setelah selesai meminum obatnya, Edgeworth mengerjap beberapa kali. Pandangannya tidak kabur dan badannya tidak terasa lemas lagi. Kay kemudian mengambil handuk, menuangkan air ke handuknya, dan mengelap badan Edgeworth.

“Tunggu Miles, aku akan mencarikan baju handuk untuk kau, kau tidak boleh telanjang dada dan kedinginan,” ucap Kay setelah selesai membersihkan badan Edgeworth. Kemudian ia membongkar pakaian lemarinya, mengambil baju handuk, dan mengalungkan baju handuknya yang lumayan kecil ke badan Edgeworth. 

Edgeworth meremas rambutnya. Ia merasa putus asa sekali.

“Kay. Aku sungguh minta maaf. Aku sakit hampir tiap hari. Aku selalu membuat kau ketakutan dan khawatir. Aku selalu merepotkan kau. Aku membuat kau menjadi perawat aku daripada pacar aku.”

Kay menekankan jari telunjuknya ke bibir Edgeworth. “Shh. Diam, Miles. Aku tidak pernah merasa kerepotan merawat kau. Aku sangat mencintai kau, Miles. Untuk itulah aku ada untuk kau, Miles. Aku sangat beruntung memiliki kau, Miles.”

“Aku yang justru sangat beruntung memiliki kau, Kay,” gumam Edgeworth sambil meraih tangan Kay dan menciumnya. “Bagaimana caranya aku berterima kasih kepada kau? Bagaimana caranya aku bisa membalas semua kebaikan dan kesabaran kau, Kay?”

“Gampang saja. Sangat mudah, Miles. Kau harus sembuh total dari penyakit kau. Kau berjanji kepada aku, Miles?”

Edgeworth mengangkat sebelah tangannya. “Aku bersumpah, aku berjanji, Yang Mulia.”
Kay tersenyum. “Baiklah, terdakwa Miles Edgeworth. Sekarang, duduk manis disini dan jadilah anak baik. Aku akan memasak steak domba kesukaan kau.”

“Aku tidak sabar mencicipi dan menjatuhkan vonis kepada masakan kau, Yang Mulia.”

Kay bangkit, mengecup pipi Edgeworth sekali lagi, dan berjalan ke dapur. Sementara Kay memasak, Edgeworth membaca buku. Meski begitu, ia tidak bisa berkonsentrasi. Pikirannya kembali dipenuhi kegalauan.

Ini benar-benar memalukan. Sangat memalukan. Seharusnya aku yang membelai rambutnya di atas pangkuan aku. Seharusnya aku yang menenangkan dia dan menghiburnya, bukan sebaliknya. Kenapa aku lemah sekali menjadi seorang pria? Aku takut kepada lift. Jantung aku tidak berdetak dengan normal. Aku tak kuat menemani Kay untuk menonton di bioskop. Aku tidak kuat menemani Kay di taman hiburan. Aku tidak kuat melakukan seks bersama Kay. Tempat kami berkencan adalah rumah sakit dan dokter. Dan sekarang dengan tidak tahu diri aku mengotori apartemennya. 

Aku tidak pernah memberikan apa-apa kepada Kay selain keluhan sakit dada dan kekhawatiran.
Aku tidak pantas untuk Kay. Dia adalah wanita yang begitu tangguh. Dan aku?
Bahkan tidak bisa masuk ke dalam lift dengan lutut dan tubuh tidak bergetar.
Kay. Kau pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dan lebih kuat dari aku.
Pria yang melindungi kau. Membuat kau bahagia. Membuat kau tertawa.
Bukan pria yang harus minum obat setiap dua jam sekali seperti aku.
Sampai kapan hubungan macam ini harus terus berlanjut?

“Taraaa!” ucap Kay sambil melompat keluar dari dapur. “Kay Faraday mempersembahkan, steak domba ala chef Faraday yang akan membuat lidah anda seperti berada di surga, Miles Edgeworth! Ayo, Mr. Chief Prosecutor, saatnya makan!” Kay kemudian menaruh dua piring steak domba yang dimasaknya ke meja makan. Ia dan Edgeworth kemudian duduk dan mulai makan. 

“Jadi, bagaimana vonis anda, Tuan Kepala Jaksa?” 

Edgeworth tersenyum lebar. “Ini makanan terlezat yang pernah aku makan selama hidup aku, Nona Faraday. Dan aku akan memberikan hukuman kepada anda karena telah memasak makanan selezat ini.” Edgeworth bangkit dari kursinya, mengambil sendoknya, dan bermaksud menyuapi Kay. 

“H-hey!” seru Kay. “Tunggu dulu, Tuan Kepala Jaksa! Jaksa ini keberatan!”
“Dan apa yang membuat anda keberatan, Miss Faraday?”
“Aku bisa makan sendiri! Aku bukan seorang bayi!” protes Kay. 

“Kau tetap memaksa untuk menyuapi aku saat di rumah sakit. Sekarang saatnya pembalasan.”

“Itu berbeda! Kau sedang sakit dan tidak mungkin makan sendiri! H-hey! Tuan Kepala Jaksa! I will held you for contempt of court!” seru Kay sambil berusaha menghindar dan mencegah Edgeworth menyuapinya. Sebagai hasilnya, sendok yang dipegang oleh Edgeworth tepat mengenai wajah Kay. Wajah Kay menjadi penuh dengan bumbu steak domba yang dimasaknya sekarang. Edgeworth tertawa terbahak-bahak.

“Lihat pembalasan aku, Mr. Chief Prosecutor!” seru Kay, kemudian ia mengambil sesendok bumbu steak domba dari piringnya, kemudian mengoleskannya ke wajah dan hidung Edgeworth.
“Hey! Kau curang, Miss Faraday! Kau tidak memberi tanda!”
“Skor kita satu sama, kalau begitu!”

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Sudah lama sekali bagi Edgeworth sejak terakhir kali ia bisa tertawa lepas seperti ini. Hanya dua orang yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa lepas. Pertama adalah Wright, dengan kelakuan ajaibnya di pengadilan. Dan kedua adalah Kay. 

Setelah mencuci wajah mereka, Kay dan Edgeworth melanjutkan makan. Edgeworth kemudian tidak sengaja menyenggol sesuatu yang tergeletak di atas meja. Ia kemudian mengambil benda yang jatuh ke lantai itu. Ternyata sebuah kalung berwarna abu-abu metalik yang sangat indah. 

“Kay, apa kalung ini milik kau?”
Kay yang sedang ayik makan steaknya, mendongak.
“Ya, Miles. Itu kalung pemberian Ayah sebagai hadiah ulang tahun aku yang ke-10. Ayah memberikannya empat hari sebelum ia dibunuh di pengadilan.”

Edgeworth menatap Kay dengan heran. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan itu semua dengan muka datar tentang kado terakhir yang diberikan almarhum ayahnya?

“Kenapa kau menyimpannya sembarangan, Kay? Ini hadiah terakhir dari ayah kau, seharusnya kau menyimpannya baik-baik.”

“Karena…….karena melihat benda itu hanya membuat aku sedih dan teringat akan kenangan Ayah, Miles. Miles, kalung itu untuk kau saja.”

Edgeworth tercengang. “Kay, terima kasih banyak atas tawarannya, tapi tidak, aku tidak bisa menerimanya. Ini peninggalan ayah kau, Kay. Simpanlah dengan baik.”

“Aku memaksa. Simpan saja kalung itu, Miles. Kalung itu bisa dibuka, di dalamnya ada tempat untuk menaruh foto. Kau bisa menyimpan foto kita berdua di dalam kalung itu.”

“Kay, tapi….”
“Sush! Sebentar, aku akan mengambil foto kita berdua untuk kau simpan di kalung itu.” Kemudian ia bangkit dari kursinya, mengambil foto ia bersama Edgeworth yang diambil beberapa hari lalu, dan menaruh foto itu ke dalam kalung.
“Ini, Miles. Selesai.” ucap Kay. “Pakailah.”
“Kay, tapi…….”

“Diam, Tuan Kepala Jaksa. Aku memaksa.” Kemudian Kay mengalungkan kalung peninggalan ayahnya itu ke leher Edgeworth. “Berjanjilah untuk tidak pernah melepaskan kalung ini, kalau tidak nanti aku curi semua koleksi Steel-Samurai kau dan akan aku lelang dengan murah di eBay dan Amazon.”

“Oke, oke, lagi-lagi aku kalah dengan kau. Aku berjanji aku tidak akan melepaskannya.”

Kay kemudian mengalungkan lengannya di leher Edgeworth, dan menciumnya dengan lapar.

"Kau adalah anak yang baik, Tuan Kepala Jaksa."

October 5th, 2027
Hotel Gatewater

Hari ini adalah hari ulang tahun Kay yang ke-26. Edgeworth bertekad untuk memberikan pesta ulang tahun terbaik untuk kekasihnya itu. Dibantu oleh Phoenix, Lang, Franziska, Maya, Pearl, dan Trucy, Edgeworth bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu untuk ulang tahun Kay. Ia menjadi sangat kritis sekali jika ada dekorasi yang salah sedikit atau tidak berkenan di hatinya. Ia ingin ulang tahun yang sempurna untuk Kay. Ia ingin membahagiakan kekasihnya itu setelah begitu sabar merawatnya dan setelah memberikan begitu banyak ketakutan dan kekhawatiran untuk Kay.

“Wright, balon itu miring sedikit. Dan warnanya tidak cocok jika disatukan dengan warna hijau.”
 “Baiklah, baiklah, Edgeworth. Astaga, kau cerewet sekali hari ini.”

Edgeworth mendelik. “Hari ini adalah hari ulang tahun pacar aku. Tidak salah kan kalau aku ingin segalanya sempurna?”

Maya, Pearl, dan Franziska kemudian muncul dan mendorong sebuah kue ulang tahun besar ke dalam ruangan. Kue itu berwarna pink, warna favorit Kay, dengan taburan ceri dan krim di pinggirnya, dan sebuah lilin dengan bentuk angka 26. Di atas kue, terdapat tulisan “Happy birthday, Kay Faraday, from the love of your life, Miles Edgeworth,” yang ditulis dengan krim gula berwarna hijau.

“Nah, ini kuenya, Mr. Edgeworth! Bagaimana ? Aku, Trucy, Pearl, dan Franziska bekerja keras membuat kue ini! Kami hampir tidak tidur semalaman!” ujar Maya.

“Ini bagus sekali, Maya. Terima kasih banyak.”
“Oke, dekor yang terakhir…. Semua selesai!” ucap Lang sambil menaruh huruf balon yang terakhir. “Bagaimana, Edgey-boy? Kau puas dengan dekorasinya?”

Edgeworth memandang berkeliling. Meja dan kursi untuk para tamu undangan sudah diatur dengan rapi, dinding sudah didekorasi dengan ornament balon yang bertuliskan “HAPPY 26th BIRTHDAY, KAY FARADAY.” Panggung tempat para band akan memainkan musik juga sudah ditata dengan rapi. Edgeworth mengangguk puas. 

“Kerja yang sangat bagus sekali, guys! Terima kasih banyak. Sekarang aku akan jemput Kay dan ingat untuk bersembunyi di bawah meja bersama para tamu undangan.”

“Baik, Edgey. Hati-hati di jalan.”
Edgeworth kemudian berjalan menuju mobilnya, mulai menyetir mobilnya, dan berangkat menuju apartemen Kay. Sesampainya di apartemen Kay, Kay sudah menunggu di depan pintu. Kay kemudian masuk ke dalam mobil.

“Selamat ulang tahun, Kay.” ucap Edgeworth sambil mengecup kepala Kay. “Semoga panjang umur, sehat selalu, semakin dewasa, dan semakin cantik. I love you.”

Kay balas mengecup bibir Edgeworth. “Terima kasih banyak, Miles. I love you too. So much. Kita mau pergi kemana?”

“Kau akan lihat sendiri.”

Edgeworth menyetir mobilnya menuju Gatewater Hotel lagi. Sesampainya di Gatewater Hotel, Edgeworth menutup Kay dengan kedua tangannya dan menuntun Kay turun dari mobil. Kay merasa bingung dan gugup. Apa ia menyiapkan kejutan untuk aku? Kejutan macam apakah yang akan ia berikan? 

Ketika sampai di dalam, Phoenix, Maya, Franziska, Lang, Trucy, Pearl, beserta para tamu undangan melompat keluar dari meja, dan berteriak, “KEJUTAN!!!! SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-26, NONA JAKSA KAY FARADAY! SEMOGA PANJANG UMUR DAN MENJADI JAKSA PENUNTUT TERBAIK DI NEGERI INI!”

Edgeworth menurunkan tangannya dari mata Kay dan Kay langsung tercengang melihat apa yang ada di hadapannya. Semua teman-temannya dan kerabatnya, seperti Phoenix, Maya, Franziska, Lang, Trucy, Pearl, Detective Gumshoe, Uncle Badd, Uncle Ray, teman-teman sekolahnya, teman-teman kuliahnya, semua berkumpul di ruangan itu. Kay memandang berkeliling lagi, dan melihat dekorasi ruangan yang sangat indah. Sebelumnya, tidak pernah ada orang yang mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untuknya. Saat ayahnya masih hidup, ia hanya memberikan Kay hadiah saat Kay berulang tahun, tapi tidak pernah mengadakan sebuah pesta. Ia merasa sangat terharu dan kehilangan kata-kata.

“Selamat ulang tahun sekali lagi, Kay. Apa kau suka kejutan dari aku? Kalau kau tidak menyukainya, tidak apa-apa, Kay,” ucap Edgeworth dengan malu.
“Apa kau gila?!” seru Kay. “Ini luar biasa, Miles! Oh, Miles! Terima kasih banyak!”

“Ayo, potong kuenya, Kay!” ucap Maya sambil mendorong kue ulang tahun yang telah dibuatnya ke depan Kay. “Ayo, semuanya, nyanyikan selamat ulang tahun untuk Kay! Tuan Edgeworth, nyalakan lilinnya!”

Phoenix kemudian menyerahkan sebuah korek api ke Edgeworth dan Edgeworth menyalakan lilin yang terpasang di atas kue. Para tamu kemudian menyanyikan “happy birthday to you, happy birthday to you, Kay Faraday….” Secara bersamaan. 

“Make a wish, Kay!” seru Lang. Kay menutup matanya. Make a wish…. Yeah… Aku ingin Edgeworth sembuh total dari penyakitnya dan ia tidak merasakan sakit dada lagi sepanjang hidupnya. Setelah selesai mengucapkan keinginan terbesar dalam hidupnya di dalam hati, Kay kembali membuka matanya, dan meniup lilinnya. Para undangan bertepuk tangan. 

“Sekarang potong kuenya dan bagi kuenya bersama kami, Kay!” seru Uncle Ray, membuat ruangan itu langsung dipenuhi gelak tawa. Edgeworth kemudian menaruh tangannya di atas tangan Kay, dan membantu Kay memotong kue itu. Ia kemudian menyuapi Kay sepotong besar kue. Kay menelan kuenya dengan cepat, kemudian memeluk Edgeworth dengan erat dan langsung mencium bibir Edgeworth. Para tamu undangan bertepuk tangan lagi.

“Ahh..mereka manis sekali… Aku tidak menyangka Paman Miles bisa begitu manis terhadap pacarnya, tidak seperti Daddy!” ujar Trucy tiba-tiba. Phoenix melotot ke arah putri adopsinya itu.

“Dan apa itu maksudnya, Trucy?” 

“Trucy benar, Mr. Nick! Kau selalu lupa ulang tahun Mystic Maya kalau tidak kami ingatkan! Ingat terakhir kali Mystic Maya ulang tahun, kau malah memberinya hadiah mainan bebek karet?” timpal Pearl. Seluruh ruangan kembali dipenuhi gelak tawa. Wajah Phoenix langsung merah padam.

“Pearl, tidak baik membuka aib Nick di depan banyak orang! Yang penting Nick mencintai aku, dan itu lebih dari cukup bagi aku.”

Para tamu undangan kemudian duduk, dan menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah semua makanan habis, MC melompat ke panggung untuk mengumumkan acara selanjutnya.

“Nah, setelah perut kita semua kenyang, hadirin sekalian, saya persembahkan, yang sudah kita tunggu-tunggu dari tadi, The Gavinners!”

“THE GAVINNERS?” teriak Kay. “Kau mengundang The Gavinners, Miles? Oh, Miles, I love you, I love you, I LOVE YOU!” Kay menyerang mulut Edgeworth lagi. Wajah Edgeworth langsung berubah menjadi merah padam.

“Ini bukan apa-apa, Kay, sungguh,” gumam Edgeworth saat mereka telah melepaskan ciuman mereka. 

“Guten Tag, para tamu undangan! Pertama-tama, saya ingin ucapkan alles gute zum geburstag untuk gadis yang berulang tahun, Kay Faraday! Semoga panjang umur, sehat selalu, sukses untuk karirnya,dan semoga langgeng dengan Herr Edgeworth hingga maut memisahkan kalian berdua. Now… achtung, baby! It’s time for music!”

Klavier menyanyikan lagu pertama, “The Guitar Serenade.” Para tamu undangan kemudian bangkit dari kursi mereka dan berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Phoenix dengan Maya, Lang dengan Franziska, Trucy dengan Pearl, dan yang membuat semua orang tertawa, Uncle Badd berdansa dengan Uncle Ray.

“Ayo kita berdansa juga, Miles!”
“Your wish is my command, Your Honor.”

Edgeworth dan Kay bangkit dari kursi mereka, dan mulai berdansa. Edgeworth tidak pernah berdansa sebelumnya. Dengan kikuk ia mengikuti gerakan Kay. Edgeworth cukup terkejut melihat Kay yang ternyata cukup mahir berdansa. Beberapa kali kaki Edgeworth menginjak kaki Kay, membuat Kay terkikik tertahan melihat ekspresi malu di wajah Edgeworth.

“Ahh… musik yang pelan dan menenangkan… sangat menyenangkan. Bagaimana kalau selanjutnya, kita mainkan yang lebih keras? ARE YOU READY TO ROCK? Lagu kedua, The Gavinners mempersembahkan, “Guilty Love!”

Begitu lagu kedua dimainkan, para tamu berdansa dengan lebih cepat dan tidak beraturan. Kay ikut melompat-lompat mengikuti irama musik rock yang keras itu. Edgeworth dengan salah tingkah berusaha mengikuti gerakan tubuh Kay. Tapi tiba-tiba…

DEG.
Sakit dadanya kambuh lagi.
Oh, tidak. Jangan sekarang. Tahan, Edgeworth. Tahan. Kau tidak boleh menghancurkan pesta ulang tahun Kay.
Lebih baik aku mencuri waktu ke kamar mandi sebentar untuk meminum obat dan..

Kemudian Edgeworth teringat kalau ia lagi-lagi lupa membawa obatnya. 

Bagus! Bagus sekali! Tidak ada obat. Sakit dada aku kambuh lagi. Nggghhh!! Tahan, Edgeworth…….kau pasti bisa menahannya…Kau tidak boleh membuat Kay ketakutan dan harus merawat kau lagi… Tidak di hari spesialnya..

Kay yang tadinya asyik menari mengikuti irama musik The Gavinners, langsung teralihkan saat melihat wajah Edgeworth yang sekarang pucat pasi dan keringat dingin mulai muncul di wajahnya. Kay memperhatikan Edgeworth dengan seksama, dan melihat Edgeworth berdansa dengan gerakan kaku seperti kesakitan, Kay mengerti apa yang sedang terjadi.

“Miles? Sakit dada kau kambuh lagi, ya?” panggil Kay pelan. 

Edgeworth mendongak ke arah Kay, menahan diri untuk tidak mencengkeram dadanya, dan menggelengkan kepalanya. “Tidak, Kay. Aku baik-baik saja.” 

Kay tahu betul kalau Edgeworth berbohong. “Obat kau? Dimana obat kau?”

“Aku baik-baik saja, Kay.”

Dahi Kay berkerut. “Apa kau lupa membawa obat kau lagi, Miles?”

“Kay, sungguh, aku tidak apa-apa.”
Kay benar-benar merasa jengkel sekarang. Bagaimana mungkin ia masih bisa berkata bahwa ia baik-baik saja, sedangkan kelihatan jelas kalau ia menahan rasa sakit! Kay kemudian mencengkeram bahu Edgeworth dengan kencang.

“Tidak, kau tidak baik-baik saja! Kau tidak bisa menyembunyikannya dari aku, Miles! Sakit dada kau kambuh lagi, kan? Kenapa kau terus-terusan lupa membawa obat kau?! Kau tahu hidup kau bergantung pada obat-obatan itu—“

Sebelum Edgeworth bisa menahan diri, ia akhirnya berteriak dengan kencang.
“KAY! CUKUP!” teriak Edgeworth. “AKU BAIK-BAIK SAJA! AKU TIDAK BUTUH OBAT-OBATAN SIALAN ITU!”

Sunyi. The Gavinner berhenti memainkan musik mereka, dan para tamu berhenti berdansa. Semua mata sekarang tertuju kepada Edgeworth dan Kay. Kay memandang Edgeworth dengan tidak percaya.Sama sekali tidak pernah terpikir di benaknya kalau Edgeworth tega membentaknya di hadapan banyak orang, dan di hari ulang tahunnya.

“Aku…maafkan aku…” gumam Edgeworth, kemudian sambil mencengkeram dadanya, Edgeworth berlari keluar menuju mobilnya. 

“MILES! TUNGGU!” seru Kay, kemudian ikut berlari keluar mengejar Edgeworth.
Kay berhasil mengejar Edgeworth. Dengan mata berlinang, Kay mencengkeram lengan Edgeworth yang baru saja hendak masuk ke dalam mobilnya. 

“Miles, sebenarnya kau ini kenapa?? Aku hanya khawatir dengan kau!”
“Tinggalkan aku sendiri, Kay!”

“Tidak sebelum kau menjawab pertanyaan aku! Kenapa kau begitu dingin, Miles? Kenapa? Aku hanya ingin membantu kau melawan penyakit kau! Bukan salah aku kalau jantung kau tidak berdetak dengan normal dan kau harus bergantung pada obat-obatan!”

“Kay. Hanya. Tinggalkan aku. Sendiri.”

“Tidak, tidak! Bagaimana mungkin aku meninggalkan kau sementara penyakit kau sedang kambuh?! Miles, kenapa kau selalu bersikap seakan-akan kau adalah beban bagi aku dan kau tidak cukup baik bagi aku?”

“Karena itu memang benar, Kay!” seru Edgeworth sambil menggertakkan giginya. “Aku terlalu lemah untuk kau. Kau pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari aku! Yang bisa melindungi kau, yang tidak membuat kau ketakutan dengan sakit dada yang kambuh tiap hari!”

“Tapi aku tidak peduli!! Aku tidak peduli bahkan jika kau sakit kanker, diabetes, TBC, pneumonia, aku sama sekali tidak peduli, Miles! Karena aku mencintai kau apa adanya!”

“Dan aku tidak mau menjadi beban kau terus-terusan, Kay! Kau pantas mendapatkan pria yang jauh lebih muda dan lebih sehat daripada aku. Lupakan hubungan kita. Ini semua untuk kebaikan kau. Selamat tinggal, Kay.” Edgeworth kemudian masuk ke dalam mobilnya, dan meninggalkan Kay dengan wajah yang basah dipenuhi oleh air mata.

October 5th, 2027
Rumah Miles Edgeworth

Edgeworth masuk dengan terburu-buru ke dalam rumahnya, mencari obatnya, kemudian meminumnya. Ia kemudian duduk di lantai dan mencengkeram rambutnya. Ia sudah menghancurkan pesta ulang tahun Kay. Ia tahu, tindakannya sangat egois dan kejam. Tidak seharusnya ia mengucapkan kata-kata seperti itu di hari spesial Kay. Ia seharusnya membuat Kay menjadi wanita paling bahagia di hari ulang tahunnya.

Ia sebenarnya tidak marah kepada Kay. Ia marah kepada dirinya sendiri. Ia marah kepada penyakitnya. Ia marah karena lagi-lagi harus menunjukkan kelemahan di depan Kay. Di hari ulang tahunnya. Ia marah dan tidak bisa menerima kalau ia jauh lebih lemah dari Kay. 

Matanya terasa panas oleh air mata sekarang. Ia kemudian melepaskan kalung yang diberikan Kay dari lehernya, dan meremas kalungnya dengan kencang. 

Ia lalu mengambil sebotol wine dari lemari dapur, dan mulai minum untuk melupakan segala-galanya.

Dia adalah Miles Edgeworth. Dia adalah seorang Kepala Jaksa. Dia dikagumi banyak orang. Dia menjadi prosecutor di usia 20, di saat anak muda seusianya masih bergelut dengan dunia kuliah. Dia adalah pria yang menikah dengan pekerjaannya.

Dan disinilah ia sekarang, menangis di atas tempat tidurnya dengan meminum sebotol wine, akibat penyakit yang membuat jarak antara ia dan wanita yang dicintainya.

Sebenarnya, aku tidak ingin lari. Aku tidak mau mengabaikan Kay. Tapi aku tidak tahan dengan semua beban ini… Aku tidak mengerti.
Tidak bisakah aku merasakan kebahagiaan, sekali saja dalam hidup aku?

Ibunya meninggalkannya saat ia masih berusia 5 tahun. Dia melihat ayahnya ditembak di depan mata kepalanya sendiri saat ia masih berusia 9 tahun. Pria yang ia pikir adalah pengganti ayahnya ternyata adalah seorang iblis yang membuatnya kehilangan ayahnya. Dan, sekarang, saat ia akhirnya menemukan cinta, ketika dia menemukan wanita yang tepat… Dia harus kena penyakit yang membuatnya tidak bisa memberikan hal yang indah untuk sang kekasih.

Dia bernama Miles Edgeworth, dan hidup selalu menyiksanya, bahkan dalam kehidupan cintanya.
Hidup selalu menyakitkan baginya, dalam setiap kata.

October 5th, 2027
Apartemen Kay Faraday

Hari sudah hampir tengah malam, dan Kay masih menangis di pelukan Maya. Tanpa lelah Maya terus membelai punggung dan kepala Kay, berusaha membuatnya merasa lebih baik. Hari itu seharusnya adalah hari yang bahagia. Seharusnya ia memeluk Edgeworth sekarang, bukan dipeluk oleh Maya. Seharusnya ia merasa sebagai wanita yang sangat beruntung hari itu.

“Jesus Christ, Kay, berhentilah menangis. Kau sudah menangis selama hampir 5 jam. Aku nanti akan meninju wajah Edgeworth dan berteriak di depan wajahnya betapa tindakannya itu sangat tolol,--“ 

“NICK!” seru Maya sambil menyenggol perut Nick dengan sikunya.

“Ow! Tapi memang benar kan, tindakannya itu benar-benar bodoh, ia merasa menjadi beban kau karena penyakitnya? Oh, ayolah..”

“Aku hanya ingin membantunya melawan penyakitnya! Aku tak percaya ia mencampakkan aku hanya karena ia sakit… Ia sama sekali tidak mengerti kalau aku tidak peduli dengan penyakitnya… Karena aku mencintainya… Tapi ia terus-terusan berpikir kalau ia terlalu lemah untuk aku…” ucap Kay tercekat di tengah-tengah tangisannya.

“Maya, tapi Phoenix Wright benar. Adik kecilku itu memang bodoh, Kay. Apalagi yang ia cari? Kau merawat dia dengan sangat baik dan tidak pernah mengeluh. Dan apa yang ia balas kepada kau? Dia ingin putus dengan kau hanya karena dia pikir dia terlalu lemah untuk kau? Itu alasan paling tolol yang pernah aku dengar dalam sebuah hubungan dalam seluruh hidup aku.” ucap Franziska sambil menyerahkan segelas teh ke tangan Kay. “Ini, Kay. Minumlah agar kau merasa lebih baik.”

“T-terima kasih, Franziska.”

“Mungkin kalian hanya butuh break untuk sementara waktu, Kay. Tenangkan pikiran kalian berdua dulu, setelah itu cobalah untuk berkomunikasi lagi. Edgey-boy memang kadang terlalu memandang rendah dirinya sendiri, yang sebenarnya sama sekali tidak perlu ia lakukan.” Sambung Lang. “Ini, Kay. Hapus air mata kau.”

Kay mengambil tisu pemberian Lang dan mengelap wajahnya yang basah. “Thanks, guys. Mungkin kalian benar. Mungkin aku harus move on sementara dari Miles.”








Tidak ada komentar: