Selasa, 04 April 2017

Aku Akan Selalu Berada di Samping Kau, Bab V

BAB V
Kesempatan Kedua
 
Setelah Edgeworth selesai mandi dan berpakaian, ia bersiap-siap ke kantor Phoenix terlebih dahulu untuk mengembalikan magatama dan minta maaf kepada Phoenix dan Maya atas sikapnya yang kasar. Sebelum ia pergi ke kantor Phoenix, Edgeworth menyempatkan diri untuk berkaca dulu. Ia cukup kaget dengan tubuhnya yang sekarang sangat kurus dan wajahnya yang sangat pucat, membuat ia tampak seperti penderita kanker, bukan penderita arrhythmia. 

Tenang saja, Edgeworth…. Setelah kau berdamai dengan Kay, ia pasti akan memasak berbagai macam makanan enak kesukaan kau dan bisa membuat berat badan kau menjadi normal lagi…

Edgeworth tersenyum pasrah. Yeah, kalau ia mau memaafkan aku.

Menyisir rambutnya sekali lagi, Edgeworth kemudian menyimpan magatama Maya dengan hati – hati ke dalam tasnya, dan berangkat menuju kantor Phoenix.

November 2nd, 2027
Wright Anything Agency

Kay, Franziska, Phoenix, dan Lang mendengarkan dengan penuh seksama laporan Maya setelah berhasil memanggil arwah Gregory Edgeworth. Maya membacakan kepada mereka semua penjelasan Gregory Edgeworth yang ditulis di dalam kertas. 

“Mr. Gregory bilang, ia berhasil membujuk Edgeworth agar mau keluar dari kamar dan minta maaf kepada kita semua, termasuk kau juga, Kay. Ia juga bilang, Edgeworth tidak henti-hentinya menangis saat melihat ia lagi…Ah, Edgeworth yang malang,” gumam Maya. “Kurasa ide kau memang berhasil, Kay, dan usaha aku untuk memanggil arwah Mr. Gregory tidak sia-sia.”

Kay tersenyum lemah. “Semoga saja Miles benar-benar menepati janjinya kepada ayahnya… Aku… aku sangat merindukannya. Aku ingin sekali……. Bisa menjalani hari-hari bersamanya lagi….”
Bel kantor kemudian berdering. Dengan cepat Maya bangkit dari kursinya.

“Tunggu sebentar, aku akan lihat siapa yang datang.” 

Maya kemudian membuka pintu, dan alangkah terkejut serta bahagianya ia melihat Edgeworth berdiri di depan pintu kantor. Maya memperhatikan Edgeworth dengan seksama, setidaknya ia terlihat sedikit lebih baik sekarang, meski tubuhnya sangat kurus dan wajahnya sangat pucat. Sungguh saat yang tepat! Kay sedang berada disini, dan kami bisa mendamaikan mereka berdua dengan cepat! Pikir Maya senang.

“Halo.” Ucap Edgeworth kaku, bingung harus mengatakan apalagi.
“Halo, Tuan Edgeworth! Selamat pagi! Ah, cuaca mendung terus, ya? Bagaimana kabar kau? Kau, eh, kelihatan lebih sehat.”

“Aku, um, baik. Aku, eh, datang kesini untuk mengembalikan magatama milik kau, Maya. ”
“Magatama punya aku?” Alis Maya berkerut. “Bagaimana magatama aku bisa ada pada kau, Tuan Edgeworth?”

Edgeworth nyengir. “Karena kau memanggil arwah ayahku tadi malam, Maya. Dan magatama kau tertinggal di kamar aku setelah arwah ayah aku pergi. Ini, jangan sampai kau teledor lagi, barang ini bukankah sangat penting untuk kau?” Kemudian ia menyerahkan magatama itu ke tangan Maya.

“Oh!” Pipi Maya memerah seketika. “Terima kasih banyak, Tuan Edgeworth. Dan…eh…aku minta maaf jika aku lancang, tapi…yah…aku hanya ingin mencoba menolong kau, Tuan Edgeworth.”

“Tidak apa-apa, Maya. Well, um, aku justru, eh, sangat berterima kasih, karena kau, aku bisa berbicara dengan ayah aku lagi…Aku juga minta maaf atas sikap aku yang kasar kemarin pagi.”

“Sudahlah, tidak ada yang perlu dimaafkan. Ayo, silahkan masuk dulu, Tuan Edgeworth! Tidak baik berdiri di luar lama-lama dengan cuaca sedingin ini.” Ucap Maya. Baru saja Edgeworth membuka mulut untuk menolak, Maya sudah menggenggam pergelangan tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam kantor. Saat Edgeworth masuk dan melihat Kay sedang berada di dalam juga, suasana menjadi hening seketika. Selama beberapa detik, Edgeworth dan Kay hanya saling pandang dengan pipi merah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Halo, Kay.” gumam Edgeworth pelan sambil memandang ke lantai, dengan suara pelan yang hampir tak terdengar sama sekali.

“Hai, Miles.” jawab Kay, juga sambil merunduk, tanpa memandang wajah Edgeworth sama sekali.

Phoenix dengan tak sabar menghela nafas dalam-dalam dan bangkit dari kursinya. Kemudian ia berdiri di tengah-tengah Kay dan Edgeworth. Dengan agak kasar, Phoenix menarik tangan Edgeworth dan Kay untuk membuat mereka saling berjabat tangan. 

“Kalian ini seperti anak SMA saja! Ayo, Kay, Edgeworth, apa kalian tidak punya kata-kata lain selain halo dan hai?” ucap Phoenix gemas. Lang, Franziska, dan Maya meledak tertawa. 

“Ayolah, Edgey-boy, katakan sesuatu,” ucap Lang. 

“Ayo, adik kecil bodoh, jangan diam saja seperti robot! Buktikan kalau kau masih mencintai Kay!” seru Franziska tiba-tiba sambil mengayunkan cambuknya. 

Sambil menghindar dari cambuk Franziska, Edgeworth menelan ludah.
“Maafkanakuatassikapaku,” gumam Edgeworth cepat sekali.
“Maaf?” tanya Kay dengan bingung. 

“Aku….aku….” Edgeworth memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya, kemudian melanjutkan, “Aku… minta maaf kepada kau, Kay. Maafkan aku telah mempermalukan kau di pesta ulang tahun kau, maafkan aku atas sikap aku yang kasar saat kau sedang bersama Debeste, maafkan aku telah menyakiti hati kau dengan mengabaikan kau…Maukah…” Edgeworth kembali menelan ludah. “Maukah kau..memberi aku kesempatan kedua? Jika kau memberikan aku kesempatan… Aku bersumpah… Aku akan mencintaimu dengan benar.”

Kay diam saja. Tak lama kemudian, ia maju selangkah, dan menampar pipi kiri Edgeworth. Edgeworth menggosok pipi kirinya, dan menatap Kay dengan tercengang. Sementara Lang, Franziska, Maya, dan Phoenix juga ikut tercengang melihat reaksi Kay.

“Itu untuk kau menganggap kau terlalu lemah untuk aku dan merasa kau menjadi beban aku.” Setelah itu, Kay sekali lagi menampar pipi Edgeworth, kali ini pipi kanan. “Itu untuk kau telah membiarkan media mengalahkan kau dan kau menyiksa diri kau sendiri.” Tangan Kay terayun lagi, dan kali ini ia mencubit lengan kiri Edgeworth. “Itu untuk kau tidak pernah check-up ke dokter lagi dan membahayakan kesehatan kau.” Lalu ia mencubit lengan kanan Edgeworth. “Itu untuk kau membuat badan kau menjadi kurus sekali. Tapi tenang, Tuan Kepala Jaksa, kau tetaplah sangat tampan bagi aku.” 

Kay kemudian mengalungkan lengannya di leher Edgeworth, dan mencium bibirnya. Wajah Edgeworth menjadi sangat merah padam.

“Jadi kau mau memaafkan aku, Kay? Kau mau memberi aku kesempatan kedua?” tanya Edgeworth setelah mereka melepaskan ciuman mereka.  Kay mencubit pipi Edgeworth, dan mengecup pipinya.
“Tentu saja, Tuan Kepala Jaksa. The prosecution has no objection for give you a second chance.”
 
“T-teima kasih, Kay.” Gumam Edgeworth pelan, kemudian mengecup tangan Kay dengan lembut. Dalam sekejap, kantor itu dipenuhi dengan gumaman “Awwww.” Edgeworth buru-buru mundur selangkah, ia benar-benar lupa kalau saat itu sedang tidak berada di kantornya, melainkan di kantor Phoenix.

“Nah, akhirnya kita mendapatkan Edgeworth yang dulu! Semoga tidak ada lagi yang merintangi hubungan kalian,” ucap Phoenix. 

“Terima kasih, Wright. Ngomong-ngomong…. Aku juga ingin minta maaf kepada kalian semua, Franziska, Lang, Wright.. atas sikap aku yang kasar kemarin… Maaf aku sudah marah-marah dan mengusir kalian dengan kasar dari rumah aku seperti itu… Aku harap kalian mau memaafkan aku,” gumam Edgeworth pelan. Lang dan Phoenix mendengus tertawa.

“Sudahlah, Edgeworth. Kami sudah memaafkan kau dari awal. Tidak usah dipikirkan,” ucap Phoenix sambil menepuk punggung Edgeworth, yang dibalas oleh Edgeworth dengan senyuman kecil.
“Terima kasih, Wright.”
“Tuan Kepala Jaksa,” potong Kay,”apakah ini berarti saya bisa bekerja di kantor anda lagi?”
“Betul sekali, Yang Mulia. Ayo, kita ke kantor aku sekarang. Selamat pagi, semuanya.”
“Bye, Edgeworth! Bye, Kay! Hati-hati di jalan,” ucap Phoenix dan Maya. Edgeworth kemudian menggandeng tangan Kay, dan mereka berangkat menuju kantor Edgeworth.

November 2nd, 2027
Kantor Kepala Jaksa

“Huwaaah….” ujar Kay saat sampai di kantor Edgeworth. “Padahal aku meninggalkan kantor ini hanya kurang dari sebulan tapi rasanya seperti sudah berpuluh-puluh tahun. Oh, sofa merah, oh, set catur, aku benar-benar rindu pada kau.” 

Edgeworth tertawa kecil. “Jangan bilang kau jauh lebih merindukan sofa merah dan set catur dibanding pemilik dari kantor ini?” 

“Tentu saja tidak, Tuan Kepala Jaksa,” Kay terkikik. “Aku merindukan segala tentang kau, rambut kau, mata, hidung, alis, dan juga cravat kau.” Kay berdiri dan mengecup bibir Edgeworth dengan lembut. Edgeworth membalas mengecup bibir Kay, sementara ia mengalungkan lengannya di leher Kay. Kay membalas dengan mengalungkan lengannya di pinggang Edgeworth, sebelum mulai mencium Edgeworth dengan cepat dan ganas. 

“Jadi, apa yang kalian bicarakan?” tanya Kay saat mereka berhenti berciuman.
“Hm?”
“Apa yang kau bicarakan dengan Ayah kau? Sampai akhirnya kau mau bangkit lagi?”
“Yah, tidak begitu banyak, sebetulnya…. Dia menasihati aku… Dia bilang dia selalu mengawasi aku… Dan… ia mengatakan bahwa tiada hari tanpa ia terharu karena sangat bangga terhadap aku.” Edgeworth menjawab dengan suara tercekat. 

“Kau pasti sudah merindukannya lagi, ya?” tanya Kay sambil membelai punggung Edgeworth dengan lembut. 

“Y-yeah… Aku agak kecewa karena Ayah berbicara dengan aku hanya sebentar saja… W-well… Aku sempat menangis saat memintanya untuk tinggal. Sangat kekanak-kanakan, bukan?”

“Aku mengerti bagaimana perasaan kau, Miles. Aku juga merindukan Ayah setiap hari. Kadang aku berkhayal bisa berada di dalam pelukan atau pangkuannya lagi.”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak meminta Maya untuk memanggil arwah Ayah kau, Kay? Setidaknya itu bisa mengobati rindu kau.”

Kay tersenyum lemah, dan menggelengkan kepalanya. “Tidak, Miles. Meminta Maya untuk memanggil arwah Ayah hanya agar aku bisa berbicara dengannya lagi hanya akan membuat aku tidak bisa menerima kenyataan, Miles. Kenyataan bahwa Ayah sudah berada di alam yang berbeda dengan aku. Kenyataan bahwa Ayah sudah meninggal. Aku takut, jika aku melihat arwah Ayah lagi, aku akan marah dengan semua yang terjadi…dan itu hanya akan mengakibatkan luka lama yang sudah aku kubur menjadi terbuka lagi.”

Edgeworth tersenyum kecil. “Kau benar-benar bijaksana, Kay.” Kemudian tiba-tiba ia teringat lagi ucapan Ayahnya tentang Ibunya.

“Kay, Ayah juga mengatakan bahwa aku…aku harus minta maaf kepada Ibu atas sikap aku yang kasar di rumah sakit dan… ia juga bilang bahwa aku harus memaafkan Ibu. Bagaimana menurut kau? Jujur saja… sulit bagi aku untuk bisa memaafkannya.”

Sambil membelai pipi Edgeworth dengan lembut, Kay menjawab, “Miles. Aku sependapat dengan Ayah kau. Menyimpan dendam itu tidak baik. Aku tahu Ibu kau telah melakukan kesalahan di masa lalu… Memang, aku tidak tahu bagaimana sakitnya diabaikan oleh seorang Ibu, karena Ibu aku sudah meninggal setelah melahirkan aku…Tapi… Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, bukan? Seperti aku yang memberi kau kesempatan kedua… Kau beruntung, Miles. Setidaknya Ibu kau masih hidup, dan sehat… Kau masih punya kesempatan untuk merasakan kembali pelukan dan kasih sayang seorang Ibu… Lakukan itu, Miles. Minta maaf dan memaafkan. Sebelum kau menyesal karena semuanya terlambat.”

Edgeworth menatap Kay dengan tajam. Inilah mengapa ia jatuh cinta kepada Kay. Kay sangat bijaksana untuk usianya, melebihi dirinya. Dia sangat tangguh dan selalu ceria dalam situasi apapun. Ia sangat kagum dengan mata hijaunya yang memancarkan aura seseorang yang selalu memandang sesuatu dari sisi positif. 

“Terima kasih, Kay. Aku…lebih lega sekarang. Aku…aku akan meminta maaf kepada Ibu.”
“Kau tahu dimana dia tinggal sekarang, Miles?”
“Y-yeah… Dia mengirim aku kartu namanya beberapa waktu lalu.. Aku tidak pernah melihatnya, tapi aku ingat, ulang tahun Ibu sebentar lagi. Tanggal 10 November.”

“Kalau begitu, ambil kartu itu dan kita kunjungi Ibu kau nanti di hari ulang tahunnya. Kau berjanji?”
“Baiklah. Terima kasih banyak sekali lagi, Kay.”

Edgeworth memiringkan kepalanya lagi dan mencium Kay, yang dibalas oleh Kay dengan cepat dan ganas.

Saat mereka berhenti sejenak untuk udara, Kay memainkan cravat Edgeworth dengan tangannya, kemudian memandang Edgeworth dengan pandangan yang sangat menggoda penuh arti.
“Ada apa, Kay? Mengapa kau memandang aku seperti itu?”
“Kau masih mencintai aku, kan?”
Edgeworth mengangguk pelan. Tentu saja, Kay! Kau satu-satunya wanita yang mengisi hati aku. Apa yang ia mau?
“Apakah kau sudah minum obat kau, Miles?”
Edgeworth kembali mengangguk. 

“Bagus. Anggap saja ini hadiah selamat-datang-kembali-hubungan-kita,” ucap Kay, dan sebelum Edgeworth bisa bertanya atau berteriak “TUNGGU DULU” atau “KEBERATAN”, Kay sudah merobek cravatnya, kemudian dengan sangat cepat membuka kancing kemeja dan jasnya. Tersenyum licik, Kay kemudian melempar cravat, kemeja, dan jas Edgeworth ke atas sofa. 

“H-hey, Miss Faraday!” seru Edgeworth. “The prosecution has an objection! Kau merobek crava—MPPPH!” protes Edgeworth terpotong dengan ciuman Kay yang begitu ganas dan tak beraturan. Edgeworth membalas ciuman Kay dengan lidahnya, kemudian, tanpa disadarinya, ia merobek kaos dan bra Kay. Keduanya telanjang dada sekarang. Kay tertawa terbahak-bahak.

“Kau adalah pemain yang tajam Tuan Kepala Jaksa? Oh, dasar anak nakal!” 

Balas tertawa, Edgeworth memeluk Kay dengan sangat erat, dan ia bisa merasakan dadanya dan dada Kay menekan satu sama lain. Ia bisa merasakan detak jantungnya dan detak jantung Kay saling beradu, layaknya sebuah harmoni dalam music orchestra. Ia bisa merasakan kehangatan dalam pelukan ini, sesuatu yang hilang dari hidupnya belakangan ini. Mulut mereka saling beradu lagi, sementara tangan Edgeworth dengan nakal memainkan payudara Kay. Saat mereka berhenti berciuman kembali untuk udara, Edgeworth berlutut, dan mencium serta menjilat payudara Kay dengan ganas.
“Miles…. kau menjilat...menjilat seperti.... Sapi yang kelaparan akan susu!”

Seperti sapi?!! Menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak, Edgeworth bangkit kembali, dan kali ini menyerang leher Kay dengan ciumannya. Kay terkikik geli, kemudian perlahan-lahan mendorong Edgeworth untuk berbaring di lantai. Kay merangkak di atasnya, dan membelai dadanya dengan pelan.

“Apa kau siap, Miles?” bisik Kay.
“Lebih dari siap.” 

Tersenyum licik, Kay membuka rok dan celana dalamnya, sebelum ia membuka ikat pinggang dan celana Edgeworth. Dunia terasa bagaikan surga untuk Edgeworth saat itu. Ia benar-benar tergila-gila dengan segala sesuatu tentang kekasihnya, rambutnya, mata hijaunya, bau parfumnya, senyumnya…. 

Tak henti-hentinya Edgeworth menggumamkan nama Kay dan berbisik “I love you” saat tubuh mereka akhirnya menjadi satu. Ia akhirnya bisa melakukan seks bersama Kay tanpa diserang sakit dada lagi, tanpa harus membuat Kay ketakutan lagi… Saat mereka mencapai klimaks, Edgeworth mencium bibir dan leher Kay lagi, kemudian berkata, 

“Kau adalah gadis yang mencuri hati aku.”
“Dan lebih baik kita tidak memberitahu Ibu kau tentang ini.

November 10th, 2027

Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu Edgeworth. Setelah mengambil kartu nama Ibu Edgeworth dari rumah Edgeworth, Kay dan Edgeworth bersiap-siap untuk berangkat menuju kediaman Stella Edgeworth. Selama menyetir dan mencari alamat Ibunya, berbagai pikiran muncul di benak Edgeworth. Seperti apa rupa suami baru Ibu? Seperti apa wajah saudara tiri aku? Apa yang akan Ibu katakan jika melihat aku muncul di depan pintu rumahnya? 

Mereka berhenti sejenak di sebuah toko untuk membeli seikat bunga mawar dan sebuah kado, kemudian melanjutkan perjalanan mencari alamat ibu Edgeworth.

November 10th , 2027
Rumah Stella Edgeworth

Mereka akhirnya sampai di alamat yang mereka cari. Edgeworth benar-benar terkejut akan keadaan rumah sang Ibu. Dari luar, rumah itu kelihatan kecil dan kusam. Perasaan bersalah menghantui Edgeworth. Sang Ibu tinggal di rumah seperti ini, sementara ia tinggal di rumah yang sangat mewah… Ia berdiri terpaku di depan pintu yang sepertinya sudah sangat usang, memegang bunga yang baru dibelinya, terpaku, dan gugup. 

“Ayo, Miles.” bisik Kay sambil mendorong Edgeworth sedikit. Dengan gugup dan tangan bergetar, Edgeworth memencet bel. Tidak lama kemudian, Mrs. Stella keluar, dan betapa terkejutnya ia melihat putra kecilnya, yang memakinya saat terakhir mereka bertemu, berdiri di depan pintu rumahnya, dengan membawa seikat bunga dan sebungkus kado.

“H-halo, Ibu.” bisik Edgeworth terbata. “S-selamat ulang t-tahun, Ibu.” Kemudian dengan tangan bergetar, dan tanpa memandang wajah sang Ibu, Edgeworth menyerahkan bunga dan sebungkus kado yang dibawanya.

“MILES! OH, NAK! Terima kasih banyak!” seru Mrs. Stella sambil menerima bunga dan kado dari Edgeworth, kemudian membenamkan Edgeworth ke dalam pelukannya. Setelah itu Mrs. Stella mencium kepala Edgeworth berkali-kali. Air matanya bercucuran dan jatuh ke rambut Edgeworth. Kay yang tersentuh melihat kejadian itu, air matanya ikut tumpah.

Mrs. Stella sepertinya memeluk Edgeworth sangat lama sekali sebelum akhirnya melepaskan pelukannya. Dengan kikuk ia menghapus air matanya.

“Maaf… Ayo, silahkan masuk, Nak, Nona Faraday……”

Mereka bertiga kemudian masuk, dan saat Edgeworth masuk ke dalam rumah ibunya untuk pertama kalinya, ia kembali merasa bersalah. Ibunya benar-benar hidup dalam kemiskinan. Rumah itu sangat kotor, kecil, dan juga bau. Tentu bukan tempat tinggal yang baik untuk seseorang menikmati masa tuanya. Edgeworth memandang berkeliling, dan ia tercengang melihat sebagian dinding rumah itu ditutupi oleh kliping berita tentang dirinya. Ia kemudian melihat foto saat ia masih berusia 3 tahun bersama Gregory dan Stella dibingkai dengan sangat rapi, dan di sebelah foto itu, terletak guntingan kliping berita dengan headline : Baca wawancara kami dengan jaksa penuntut pendatang baru yang jenius, Miles Edgeworth! Dan di bawahnya, Ibunya menuliskan, “Sangat bangga kepada kau, my baby boy =).”
Ibunya ternyata tidak pernah melupakannya… Ibunya selalu memikirkannya sepanjang waktu…

Edgeworth dan Kay kemudian duduk di atas sofa yang sudah sangat usang. Mrs. Stella tampak sangat salah tingkah.

“Maaf, rumah aku tidak nyaman… Kotor dan kecil.. Hehe… Eh, kalian mau minum apa, Miles, Nona Faraday? Aku hanya punya air putih hangat…”

Kay melambaikan tangannya. “Tidak usah repot-repot, Mrs. Edgeworth.” Lalu ia menyenggol Edgeworth. “Miles. Katakan sesuatu.” bisiknya karena Edgeworth diam saja.

“M-mom,” ucap Edgeworth sambil mengangkat kepalanya, “Eh….dimana… suami kau?”
Mrs. Stella tersenyum lemah. Saat melihat ibunya tersenyum, Edgeworth baru menyadari betapa cantiknya ibunya..dan ia memiliki mata dan bentuk hidung yang sama dengannya.

“Ia sudah meninggalkan aku dan menikah lagi, Miles. Ia juga membawa Andreo & Geraldo. Aku tinggal sendirian disini.”

Dalam sekejap, kemarahan yang dipendam Edgeworth kepada ibunya selama bertahun-tahun berubah menjadi rasa iba dan rasa bersalah. Ibunya tinggal di rumah kotor dan kecil seperti ini di masa tuanya, sedangkan aku, putranya satu-satunya hidup bergelimang harta dan kemewahan……

“Dan…. Apa yang kau lakukan untuk membiayai hidup kau, Mrs. Stella?” tanya Kay.
Sesaat, wajah Mrs. Stella memerah. Dengan malu ia menjawab, “Aku menjadi tukang cuci pakaian panggilan. Para tetangga biasanya memanggil aku untuk menggunakan jasa mereka.”

Edgeworth terperangah. Ia, seorang Kepala Jaksa di Los Angeles, mempunyai mobil sport dengan harga ribuan dolar, tinggal di rumah yang sangat mewah, dan ia membiarkan ibunya menjadi seorang tukang cuci pakaian…. 

“Ibu... Maafkan aku.. Sungguh..” bisik Edgeworth pelan. “Maafkan aku atas sikap aku yang kasar di rumah sakit kepada kau, Ibu… Maaf aku juga selalu mengabaikan semua surat-surat yang kau kirimkan… Aku… Kalau saja aku tahu kau hidup seperti ini, Ibu….”

Mrs. Stella tersenyum lemah dan membelai rambut Edgeworth dengan lembut.

“Nak, tidak apa-apa, sungguh. Ibu mengerti kau marah saat melihat Ibu di rumah sakit, Ibu tahu kau sangat terluka karena Ibu telah menelantarkan kau… Maafkan Ibu sekali lagi, ya? Maukah kau memaafkan Ibu?”

“T-tentu, Mom.”

Mrs. Stella membenamkan Edgeworth ke dalam pelukannya lagi. Dan Edgeworth tiba-tiba merasakan kehangatan yang luar biasa dalam pelukan Ibunya itu. Ia merindukan ini… Pelukan hangat seorang Ibu…

“Miles, bagaimana dengan penyakit kau? Apa kau sudah sembuh? Ibu marah sekali ketika membaca berita yang bilang kau berbohong tentang penyakit kau…”
“W-well… sudah lebih baik, I-Ibu.”

“Oh, syukurlah, Nak. Setiap hari Ibu selalu berdoa agar kau sembuh dan Ibu selalu khawatir akan terjadi apa-apa pada diri kau..” Mrs. Stella kemudian melepaskan pelukannya, menatap Edgeworth dengan seksama, kemudian air matanya bercucuran lagi. “Astaga, Nak, Ibu tidak pernah menyadari betapa tampannya kau.”

Edgeworth tersenyum kecil, kemudian berkata,”Ibu… Maukah..maukah kau tinggal bersama aku di rumah aku?”

Ibunya memang telah menelantarkannya saat ia masih kecil, tapi bagaimanapun, Mrs. Stella adalah ibunya, darah dagingnya, dan telah mengandungnya selama 9 bulan. Ibunya telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya. Tidak, ia tidak akan membiarkan ibunya tinggal sendirian di tempat kotor dan kumuh seperti ini.

Baik Kay dan Mrs. Stella ternganga.
“M-miles?? Kau tidak mungkin serius, kan?” tanya Mrs. Stella.

“Ibu, aku serius. Sangat serius. Tidak sepatutnya kau tinggal di rumah seperti ini. Aku…..aku tidak mau menelantarkan ibu aku sendiri, Mom. Aku mohon. Aku…aku tak mau kau menjadi tukang cuci pakaian keliling lagi….”

“Oh, astaga, Nak! Tentu saja Ibu mau ! Ibu bisa menjaga dan mengawasi kau! Oh, Nak! Terima kasih banyak!” Mrs. Stella lalu menyerang pipi Edgeworth dengan ciumannya. Kay senang sekali melihat itu semua. Ia telah berhasil mempersatukan kembali kekasihnya dan calon ibu mertuanya.

Sudah satu bulan Mrs. Stella tinggal bersama Edgeworth. Awalnya, Edgeworth merasa canggung dan kikuk dengan ibunya, tapi lama kelamaan, ia menjadi terbiasa. Ia merasa bahagia sekali sekarang. Kay telah kembali kepadanya, ia sudah berdamai dengan ibunya. Hubungan Kay dengan ibunya juga sangat baik, bahkan ibunya memaksa Kay untuk memanggilnya “Ibu” juga. 

Setiap hari, sebelum berangkat bekerja, Mrs. Stella bersama Luciana selalu memasak makanan favoritnya. Selain itu, Mrs. Stella selalu mengecup pipi Edgeworth sebelum ia berangkat bekerja. Meski ia sudah berusia 35 tahun, tapi Edgeworth sangat senang dicium oleh ibunya. Hal yang tak pernah ia dapatkan selama tinggal di rumah Von Karma.  Dan Edgeworth benar-benar menyesal karena baru sekarang ini, ia menyadari bahwa ibunya sangat menyayanginya.

December 4th , 2027
Rumah Miles Edgeworth

Hari ini adalah hari Sabtu, dan Kay serta Edgeworth sudah berencana akan menghabiskan akhir pekan untuk check up ke dokter. Kay menjadi sangat cerewet sekali karena sudah lama Edgeworth tidak melakukan check-up ke dokter. Ia terus-terusan mengoceh, membenarkan jam tangan Edgeworth, dan menyisir rambut Edgeworth lebih dari sekali. 

“Miles, lihat jadwal check up kau! Aku tidak percaya kau melewatkan check-up selama sebulan lebih! Dokter Leona pasti akan sangat marah kepada kau, Miles, astaga… dan lihat betapa masih banyaknya obat-obatan kau! Bagaimana jika kau tidak sadar meminum obat yang sudah kadaluarsa? Miles, kau bukan sakit demam, bukan chicken pox, ini jantung, Miles, jantung kau! Alat organ yang paling vital dalam hidup kau….” Oceh Kay tanpa henti sambil menyisiri rambut Edgeworth. Edgeworth kemudian menutup mulut Kay dengan tangannya. 

“Mph!” Kay menurunkan tangan Edgeworth dari mulutnya dengan gemas. “Miles, apa-apaan kau ini! Aku hampir tidak bisa bernafas, tahu!”

“Kau cantik sekali ketika kau marah, Kay,” goda Edgeworth. “Secantik Cruela Devil.”
“Miles!” Kay memonyongkan bibirnya, kemudian memukul kepala Edgeworth dengan sisir yang telah ia pegang. “Tega-teganya kau menyebut kekasihmu ini Cruela Devil! Rasakan ini! Ini ! Dan ini!” 

Edgeworth tertawa terbahak-bahak. “Habis kau cerewet sekali! Ayo, kita berangkat sekarang, nanti kita terlambat.” 

“HOLD IT!” seru Kay tiba-tiba. “Anda terlalu pucat, Tuan Kepala Jaksa! Ketampanan anda tersembunyi di balik kepucatan itu! Sini, aku poles dulu wajah kau!” Kemudian Kay mengambil sekotak bedak dari laci meja kamar Edgeworth yang nyaris tidak pernah Edgeworth sentuh, dan menyerang wajah Edgeworth dengan spons bedak. Edgeworth berusaha keras menghindar.

“Hey!! Aku tidak mau dipakaikan bedak! Kay! Cukup! Aku bukan badut! Aku tidak butuh make-up, HEY!” 

Wajah Edgeworth menjadi sangat putih akibat bedak sekarang. Kay tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. 

“Miles, kau seperti…seperti seekor domba!”
“Pertama sapi, sekarang domba, aku ini pacar kau atau daftar menu makanan kau?”
“Ha ha, itu pembalasan karena kau telah memanggil aku Cruela Devil.” Kay kemudian mengecup pipi Edgeworth. 

“Miles, Kay, sarapan sudah siap!” terdengar suara Mrs. Stella memanggil mereka. Mereka kemudian ke ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat check-up.

“Hati-hati di jalan ya Nak, jangan menyetir dengan kecepatan tinggi,” ucap Mrs.Stella sambil mengecup pipi Edgeworth dan pipi Kay. “Semoga hasil check-up nya bagus.”

December 4th , 2027
Hickfield Hospital
Dr. Leona’s Office

“Woah, Tuan Kepala Jaksa! Ini benar-benar kejutan! Senang sekali bisa melihat anda lagi,” sapa Dokter Leona dengan gembira saat Edgeworth dan Kay sampai di rumah sakit. “Sudah berapa lama anda tidak melakukan check-up, Tuan Kepala Jaksa?”
“Satu bulan, Dokter Leona,” jawab Kay.

Dokter Leona ternganga lebar sekali. “Satu bulan, Tuan Kepala Jaksa? Astaga, sadarkah anda  betapa berbahayanya jika anda melewatkan check-up anda? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada jantung anda? Bagaimana kondisi jantung anda, dan sebagainya? Apa yang membuat anda mengabaikan jadwal check-up anda begitu lama, Tuan Kepala Jaksa?”

“Er…um…. Aku tidak mau membicarakannya, Dokter,” gumam Edgeworth dengan malu.
“Baiklah, saya tidak mau mencampuri urusan pribadi anda. Nah, sekarang, buka kaus anda, dan berbaringlah di tempat tidur itu.” 

Kay kemudian membantu Edgeworth melepas kausnya dan berbaring di atas tempat tidur. Entah mengapa, meski sudah sering mengantar Edgeworth check-up ke dokter, Kay selalu merasa ketakutan. Dokter Leona kemudian mengecek detak jantung Edgeworth dengan stetoskopnya, sambil memijit  dan menekan dada Edgeworth dengan pelan. 

“Ow…ow…ow..pelan-pelan, Dokter.” rintih Edgeworth. Dokter Leona mengangkat sebelah alisnya.
“Sakit, Tuan Kepala Jaksa? Hmmm…ini aneh, padahal aku memijit dan menekan dada anda dengan pelan….”

“Apa yang aneh, Dokter? Apa kondisi jantung Miles semakin memburuk?” tanya Kay dengan panik sambil menggigit kukunya.

“Saya belum tahu, Nona Faraday. Sebentar, saya akan membuat catatan detak jantung Tuan Kepala Jaksa dan akan saya bawa ke lab untuk dianalisa. Kalian tunggu disini.” 

“Miles, jangan-jangan kondisi jantung kau semakin memburuk karena kau mengabaikan check-up begitu lama,” ucap Kay setelah Dokter Leona pergi. “Miles, seharusnya aku mengawasi kau, maafkan aku.”

“Kay, untuk apa kau minta maaf? Kau adalah kekasih aku, bukan dokter atau perawat aku.” jawab Edgeworth sambil mengecup tangan Kay. Tak lama kemudian Dokter Leona muncul kembali dengan menggenggam sebuah clipboard.

“Jadi…. Bagaimana diagnosisnya, Dokter? Bagaimana kondisi jantung Miles?” tanya Kay dengan gugup.
“Dari data yang ada…. Kondisi jantung anda benar-benar lemah, Tuan Kepala Jaksa. Jantung anda berdetak sangat lambat. Normalnya, untuk orang dewasa, detak jantung orang dewasa seharusnya di angka 60-100 detak per menit. Kau, kau hanya di 30-40 detak per menit, Tuan Kepala Jaksa.”

“Dan apa artinya itu, dokter?” tanya Edgeworth sambil menelan ludah.
“Anda harus dioperasi pemasangan alat pacu jantung sekali lagi, Tuan Kepala Jaksa. Sangat riskan kalau anda hanya….”
Gulp. Operasi lagi?!! No way…….pikir Edgeworth.
“Maksud anda, Miles harus dipasang DUA alat pacu jantung?!” seru Kay histeris. 

“Tepat sekali, Miss Faraday. DUA alat pacu jantung. Karena jantung Tuan Kepala Jaksa kondisinya sudah sangat, sangat lemah. Tapi, untuk langkah pertama, saya harus melakukan suntik di dada anda untuk……..”
“Apa?!!! Suntik di dada?!” seru Edgeworth dengan nada suara yang sangat tinggi tanpa ia sendiri menyadarinya.

“Ya, Tuan Kepala Jaksa. Suntikan ini namanya Revascor. Ini untuk mencegah anda mendapatkan serangan jantung mendadak. Potensi anda kena serangan jantung meningkat 70%, Tuan Kepala Jaksa… Kalau saja anda tidak mengabaikan check up anda…” Dokter Leona menghela nafas. “Kita tidak mau mengambil resiko anda terkena serangan jantung sebelum dioperasi pemasangan alat pacu jantung tahap 2. Sebentar, saya akan ambil obat suntiknya.”

Selain takut kepada lift, Edgeworth juga sangat takut kepada jarum suntik. Mata Edgeworth melebar ketakutan dan ia mencengkeram tangan Kay erat sekali saat Dr. Leona mengeluarkan jarum suntik dari laci meja kerjanya. Jika situasinya tidak sedang seserius itu, Kay akan tertawa terbahak-bahak melihat wajah hijau Edgeworth yang ketakutan karena hendak disuntik. 

“Jangan kau lepaskan tangan kau, Kay,” gumam Edgeworth.
“Tidak akan, Miles. Ini tidak akan lama, hanya satu suntikan, dan selesai. Tidak perlu takut, aku disini untuk kau, Miles.”

“Oke. Bisa anda berbaring kembali, Tuan Kepala Jaksa?”

Dengan perlahan, Kay membantu Edgeworth untuk berbaring kembali. Dokter Leona kemudian menancapkan jarum suntik itu ke dada Edgeworth secara perlahan, kemudian dengan cepat mencabutnya kembali.

“OOOOOOOOOOWWWW!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Edgeworth sejadi-jadinya. Kay merasa marah sekali. Ingin rasanya ia memukul kepala dokter itu sekarang juga. Kenapa ia tidak menyuntik Miles secara perlahan? Kasar sekali cara dia menyuntik!

“Dokter,” ucap Kay, berusaha agar tidak terdengar marah, “Apa anda tidak bisa menyuntik Miles lebih pelan? Sepertinya..itu…terlalu keras…dan terlalu….kasar…”

“Maaf, Nona Faraday. Tapi memang beginilah cara menyuntik pencegahan serangan jantung.” Jawab Dokter Leona dengan tenang. “Ayo, 4 kali lagi saja, Tuan Kepala Jaksa, setelah itu anda boleh pulang.”
“4 kali lagi?!” seru Edgeworth. “Tidak bisakah saya pulang sekarang—“

“Sayangnya, aturannya anda harus disuntik 5 kali, Tuan Kepala Jaksa. Siap?” 

Dokter Leona kembali menyuntik dada Edgeworth, membuat Edgeworth terus berteriak sejadi-jadinya. Kay menggenggam tangan Edgeworth dengan sangat erat, berharap setidaknya genggaman tangannya bisa membuat rasa sakit yang diderita Edgeworth sedikit berkurang. Setelah 20 menit yang menyiksa dan seperti neraka untuk Edgeworth, akhirnya ia diperbolehkan pulang.

“Oh ya, Dokter, kapan kira-kira Miles harus dioperasi tahap 2?” tanya Kay saat ia membantu Edgeworth memakai pakaiannya kembali dan bersiap-siap untuk pulang.

“Nanti akan saya telepon anda, Miss Faraday. Selamat siang, Tuan Kepala Jaksa, Miss Faraday. Selamat berakhir pekan.”

December 4th, 2027
Rumah Miles Edgeworth

“Kay, Miles? Bagaimana hasil check-up nya?” tanya Mrs. Stella saat mereka pulang ke rumah. Ia khawatir melihat putra satu-satunya itu kelihatan sangat kesakitan setelah pulang dari rumah sakit.
“Miles harus dioperasi lagi, Mom,” jawab Kay. “Operasi pemasangan satu alat pacu jantung lagi. Dr. Leona bilang, kondisi jantung Miles sudah benar-benar sangat lemah sehingga satu alat pacu jantung saja tidak cukup. Ini akibat Miles terlalu lama mengabaikan check-up nya.”

“Oh, astaga, Nak…” desah Mrs. Stella sambil memeluk Edgeworth. “Tidak seharusnya kau mengabaikan check-up… Dua alat pacu jantung? Lalu, kapan kau akan dioperasi lagi, Miles?”

Edgeworth mengangkat bahunya. “Aku belum tahu, Mom. Dr. Leona bilang ia akan mengabari kami.”
“Kenapa dada kau ada memar seperti itu, Miles?” tanya Mrs. Stella setelah menyadari ada memar bekas suntikan di dada Edgeworth. “Kau jatuh?”

“Tadi Miles disuntik di dadanya oleh Dr. Leona,” Kay tiba-tiba terkikik. “Mom, seharusnya kau melihat bagaimana ketakutan dan wajah Miles berubah menjadi hijau saat disuntik. Ia kelihatan seperti Shrek!”

 Mrs. Stella tertawa terbahak-bahak, sementara Edgeworth cemberut.

“Nah, Miles, karena kau akan dioperasi lagi, kau harus makan makanan yang bergizi! Daging, sayur, wortel, brokoli, dan sebagainya!” ucap Kay. Edgeworth mengerang pelan.

“Tidak mau! Kau tahu betul aku tidak suka segala macam sayur, Kay……..”
“Tapi kau harus, anak nakal! Kau harus makan makanan yang sehat! Setuju, Mom?”
“Kay benar, Nak,” ucap Mrs. Stella. “Kau harus makan makanan bergizi. Ayo, kita masak, Kay! Satu mangkuk besar sup sayur hanya untuk Miles, bagaimana, kau setuju?”

“Setuju sekali! Ayo, kita masak di dapur, Mom! Dan Miles, jadi anak baik, tunggu disini, berbaring di sofa dan tonton koleksi DVD Steel Samurai kau sementara aku dan Ibu memasak!” 

Edgeworth mengangkat bahunya, menggerutu pelan karena tidak bisa protes, lalu berbaring di atas sofa. Ia kemudian menyalakan DVD Steel Samurai miliknya dan mulai menonton. 

Baru saja 10 menit Edgeworth menonton DVD Steel Samurai miliknya, Kay sudah keluar dari dapur.
“Kay? Sudah selesai memasaknya? Cepat sekali,” tanya Edgeworth heran. 

“Tidak, Miles. Aku akan keluar untuk belanja wortel dan tomat sebentar di Shop Ink Mall. Tidak ada tomat dan wortel di dapur. Aku juga mau sekalian belanja lipstick dan make up, punya aku sudah habis.”

Edgeworth memutar bola matanya. “Dasar wanita. Kau mau aku antar?”

“Tidak usah, Miles. Kau istirahat saja. Aku tidak akan lama. Sampai nanti.”

Kay mengecup pipi Edgeworth, kemudian pergi berbelanja. Sementara ibunya masih sibuk di dapur, Edgeworth melanjutkan menonton DVD Steel Samurai miliknya. Kemudian, tanpa disadarinya, ia tertidur. Saat Mrs. Stella keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh, dilihatnya Edgeworth sudah tertidur pulas di atas sofa sedangkan DVD Steel Samurai nya masih menyala. Mengerutkan keningnya, Mrs. Stella kemudian mematikan DVD itu. Saat memasukkan keping DVD itu ke dalam kemasannya, Mrs. Stella tertawa pelan. Ia sama sekali tidak menyangka putranya, sang Kepala Jaksa, ternyata adalah penggemar acara untuk anak-anak. 

Tidak tega untuk membangunkan Edgeworth, Mrs. Stella mengambil selimut dari kamar Edgeworth dan menyelimutinya. Dengan penuh kasih sayang ia kemudian mengecup dahi Edgeworth. Melihat wajah putranya yang begitu damai dalam tidurnya, perasaan bersalah muncul di benak Mrs. Stella. Seandainya saja dia dulu tidak naïf dan tidak tergoda dengan lelaki itu… Mungkin ia bisa mengawasi dan menjaga kesehatan Edgeworth dengan baik. Jika saja dia tidak menelantarkan Edgeworth, mungkin Edgeworth tidak akan sakit parah seperti ini. Putra satu-satunya ini baru berusia 35 tahun, dan ia sudah harus dipasangi 2 alat pacu jantung…. Sambil menyeka matanya yang tiba-tiba basah, Mrs. Stella kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak. Ia kemudian menyetel radio untuk mendengarkan lagu sambil memasak. 

“…Maaf pemirsa, lantunan lagu dari Bryan Adams tadi harus kami interupsi. Breaking news, pemirsa! Shop Ink Mall kebakaran, dan menurut sumber kami, beberapa orang telah berhasil dievakuasi, tapi ada satu yang masih terjebak di lantai 3. Sumber kami mengatakan bahwa yang terjebak di lantai 3 adalah jaksa penuntut Kay Faraday.”

PRANG. Mrs. Stella menjatuhkan piring yang hendak dicucinya. Kay?!! Kay terjebak di gedung yang terbakar?? Apa yang harus aku katakan pada Miles??

Sebelum Mrs. Stella mengatasi rasa shock-nya, Edgeworth sudah muncul di dapur. Mrs. Stella rupanya tidak sadar kalau ia menyetel radio itu dengan volume yang keras.
“I-ibu!” seru Edgeworth. “K-kay! Tadi aku dengar di radio…. Apa aku salah dengar?!”
Mrs. Stella hanya mengangguk pelan. Mata Edgeworth melotot, kemudian ia memutar badannya.
“Miles, tunggu, Nak!” seru Mrs. Stella. “Kau mau kemana, sayang?”
“Aku akan pergi kesana!” jawab Edgeworth sambil memakai jaketnya dengan terburu-buru tanpa menoleh ke arah Mrs. Stella.
“Tunggu, Nak! Ibu juga ikut!”

December 4th, 2027
Shop Ink Mall
Los Angeles City

Dengan tergesa-gesa Edgeworth memarkir mobilnya, kemudian turun diikuti ibunya. Kerumunan orang banyak sekali, semua menengadah menatap gedung Shop Ink Mall yang sudah terbakar dengan api ganas. Edgeworth kemudian menerobos kerumunan orang-orang itu, dan bertemu dengan salah satu polisi yang sedang sibuk bicara dengan walkie talkie. 

“Officer!” seru Edgeworth. “Apa Kay Faraday masih terjebak di dalam sana?”

“Tuan Kepala Jaksa? Ya, benar, Nona Faraday masih terjebak, kami sedang memanggil tim untuk menyelamatkannya….”
“Berapa lama?!!” teriak Edgeworth.
“Kira-kira 45 menit, Tuan Kepala Jaksa….”

“45 MENIT?!!!” teriak Edgeworth sejadi-jadinya. “Kay bisa dilahap habis oleh api itu!!!” Lalu, tanpa pikir panjang lagi, Edgeworth membuka jaketnya, kemudian melemparkannya ke tanah. 

“H-hey!!” seru sang polisi. “Tuan Kepala Jaksa, apa yang hendak anda lakukan?! Tunggu disini! Anda tidak boleh kesana! Terlalu berbahaya!” Sang polisi kemudian memegang pinggang Edgeworth dengan kencang untuk mencegahnya masuk ke dalam gedung. 

“Lepaskan! Lepaskan aku!” teriak Edgeworth, lalu ia menendang tulang kering sang polisi hingga sang polisi kesakitan dan melepaskan cengkeramannya dari pinggang Edgeworth. Edgeworth kemudian berlari ke arah gedung mall itu, mengabaikan teriakan ibunya dan kerumunan orang-orang yang menyuruhnya untuk kembali.

Edgeworth kemudian mulai memanjat gedung mall yang terbakar itu. Kaki dan tangannya bergetar, sakit dadanya mulai kambuh, dan ia mulai sesak nafas. Edgeworth tahu tindakannya ini bodoh, ia tahu ini sangat berbahaya, ia takut ketinggian, tapi ia tidak peduli. Yang ia pikirkan adalah Kay terjebak di dalam sana, dan ia harus menyelamatkannya. Sekarang ia mengerti kenapa Wright rela melakukan sesuatu sebodoh menyebrang jembatan yang terbakar untuk menyelamatkan Maya. Ia selalu mengatakan Wright adalah seorang idiot, karena nekat mempertaruhkan nyawanya. Dan disinilah ia sekarang, memanjat bangunan yang terbakar untuk menyelamatkan Kay. Karena saat seseorang mencintai, ia akan bersedia melakukan hal sebodoh dan seberbahaya apapun.

Dengan susah payah Edgeworth berusaha menghindar dari api yang menjalar, dan berpegangan pada salah satu jendela. Beberapa kali ia hampir terpeleset, namun berhasil melanjutkan memanjat. Sakit dadanya terasa lebih parah dari sebelumnya, tapi ia mengabaikannya. 

Nggh!!!!! Ayo, ayo, dada aku, mohon kerjasama kau, Kay terjebak di dalam, ayo, lanjutkan, sedikit lagi kau sampai di lantai 3!! Kay… kau akan baik-baik saja…Kau harus baik-baik saja…. 

Terengah-engah dan mulai kehabisan nafas, Edgeworth melanjutkan memanjat lagi, sementara api semakin membesar. Edgeworth menghindar lagi, sepatunya terasa sangat licin. Ia kemudian menggerakkan kakinya sedikit untuk melepaskan sepatunya ke bawah. Setelah bertelanjang kaki, Edgeworth menjadi lebih mudah untuk memanjat. Akhirnya ia sampai di lantai 3. Betapa leganya ia saat mendengar suara Kay.

“TOLONG! TOLONG AKU! AKU HAMPIR KEHABISAN NAFAS! KAKI AKU TERTIMPA TIANG!”

“Kay!” seru Edgeworth. “Tenang, Kay, aku akan segera datang!”
“M-m-miles?”
“Ya, Kay, ini aku! Tetap tenang!”

Edgeworth kemudian memanjat ke kiri, mengikuti arah suara Kay. Ia melewati dua jendela, dan saat sampai ke jendela keempat di lantai 3, ia bisa melihat bayangan Kay dari luar. Dengan hati-hati Edgeworth masuk melalui jendela itu. Setengah berlari, ia menghampiri Kay yang sudah lemas dengan kaki tertimpa tiang.

“MILES!” seru Kay. “Miles, astaga, ini sangat berbahaya, jantung kau…”
“Ini bukan saatnya membahas soal jantung aku, Kay!” teriak Edgeworth. “Kita harus segera keluar dari sini!” 

Mengabaikan rasa sakit tak tertahankan di dadanya, Edgeworth mencoba mengangkat tiang yang menimpa kaki Kay. Berat sekali. Akhirnya, setelah 4 kali percobaan, Edgeworth berhasil menyingkirkan tiang itu.

“Kau bisa berjalan, Kay?”
“Y-ya, Miles.”
“Kalau begitu, cepat panjat jendela itu! Aku akan mengikuti kau dari belakang!”

Kay mengangguk, kemudian berlari keluar melalui jendela, sementara Edgeworth mengikutinya dari belakang. Memanjat gedung bukanlah hal yang baru bagi Kay, dan ini merupakan salah satu keahliannya. Ia bisa turun dari gedung dengan cepat, sebelum akhirnya pingsan di halaman, dan paramedis langsung menaruh tabung oksigen di mulutnya dan membawanya ke dalam ambulans.

Sementara itu, Edgeworth masih berusaha keras untuk turun. Ia tidak sengaja melihat ke bawah, dan itu membuatnya menjadi pusing seketika. 

Gulp…. Orang-orang dan Ibu terlihat seperti semut dari atas sini….Sedikit lagi kau akan sampai di bawah, Edgeworth, sedikit lagi, tahan.. tahan…. 

Saat ia sampai di lantai 2, api tiba-tiba keluar dari jendela yang ia jadikan tempat untuk bertumpu. Kaget, Edgeworth melepaskan kedua tangannya dari pinggir jendela itu, dan ia terjun bebas ke bawah.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!”
“MILES!!!!!!!!!!!!!! ANAKKU!!!!!!!!!!”

“TUAN KEPALA JAKSA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Dan yang Edgeworth rasakan selanjutnya adalah, sekujur tubuhnya terasa sakit semua, seakan habis dihajar oleh ribuan orang, dan semuanya tiba-tiba berubah menjadi gelap.
To be continued…











Tidak ada komentar: